KARYA DIVISI SASTRA
DAUN DAN BUNGA RUMPUT - MUSIKALISASI PUISI
Karya :
Nur Asira (TEMARAM)
Daun dan bunga rumput
Berseliweran, melambai di halaman
Lekat nan mesra, udara mencumbu
Jadilah liar yang ranggas
Daun dan bunga rumput
Menyisih ruang-ruang yang hampa
Detik tergeletak di ubun batu
Dan burung-burung berlalu
Haa.... Haa... Haa (4x)
Kita hanyalah belalang sembah
Dan kumbang-kumbang
Melambaikan purnama
Terlarut dimensinya
Terlelap lambat
Detik yang mati
Dan tak tertata...
Menjadi liar yang ranggas di halaman
Di halaman... Di halaman... Di halaman
Haaaaaaa... Haaaaaa
Jerit cuaca tidak terdengar
Langit merengek marah padanya
Jerit cuaca tidak terdengar
Langit merengek marah padanya
Haaaaaa... Haaaaaa
Puisi :
Kepada pendengar yang sedang mengamatkan
Ini sebuah bait dari seorang yang amatir dalam membaca
Ribuan sajak tidak akan berarti apa-apa
Jika kebenarannya terus diperdagangkan
Sajak-sajak lama yang ia tuang pada sebuah buku yang bertajuk "insan"
Perihal ruang yang dirampas kefasifan
Dan perihal kefasifan yang terlamat dalam ruang
Aku bukanlah puisi, kaulah puisinya
Jika kau bukan puisi, maka kita ada diantaranya
Daun dan bunga rumput
Adalah ribuan detik yang dihamburkan
Ribuan titik yang di buramkan
Dan ribuan hasrat yang dihambarkan
Diam dan lamat menyantap bundaran arloji
Mati di tangan kepandiran
Dan terbiar menenggelamkan hasrat semestinya
Hei! kalian yang lamat melahap kehampaan
Jiwa yang terpatung dalam suasana
Sudahkah kalian sadari?
Mimpi dan ilusi berada dan tidak pada kepastian
Hei! jiwa yang terpulas
Jangan hanya jadi pengamat
Jika kesadaran masih tersemat
Bukankah itu belum terlambat
DILUAR, JALAN BEGITU DINGIN
DRAMA MAPABA ANIMASI
Karya : Divisi Sastra
Pemain :
Kawindra sebagai pembaca sinopsis
Kalung Mutiara sebagai Senior
Kain maxmara sebagai Mahasiswa Baru
Kalindaqdaq sebagai Mahasiswa Baru
Temaram sebagai pembaca puisi
Prolog Kawindra :
Tanpa kamu minta , malam ini aku hadir
Tanpa kamu sadari setiap gerakanmu
Mataku akan selalu mengikuti mu
Daya tarikmu membuat ku terpaku
(Ya inilah dia penampilan dari ANIMASI divisi SASTRA)
....
Kampus adalah wadah bagi mereka yang ingin memperluas wawasan secara lebih mendalam.
Orang orangnya bukan lagi siswa namun sudah mendapatkan gelar Maha dari siswa.
MAHASISWA.
Dalam kampus ada beberapa organisasi sebagai wadah pengembangan minat dan bakat para Mahasiswa.
Satu diantara organisasi terbesar dikampus IAIN PAREPARE adalah ANIMASI (ALIANSI MAHASISWA SENI).
Suatu ketika 2 orang mahasiswa baru bernama Kalindaqdaq dan Aima berbincang mengenai minat dan bakat mereka yang entah harus di kembangkan di organisasi apa diantara banyaknya pilihan organisasi yang ada dikampus.
Kalinda : Jalan jalan sama mama
Jangan lupa singgah di Belawa
Hai Aima
Sudah maki daftar ormawa?
Aima : Beli papan beli besi
Iye sudah ma daftar di animasi
kalau kau?
Kalinda : Di Sidrap ada baling baling
Jangan lupa mampir ke sana
Saya pusing
Mau pilih yang mana
Aima : Pagi pagi makan kue nastar
Buka kulkas ternyata basi
Di animasi maki daftar
Apalagi kamu suka puisi
Kalinda : Jalan jalan ke Jepang
Jangan lupa bawa tahu isi
Kenapa memang
Kalau ku suka puisi?
Aima : Nah cocokmi karna di animasi ada divisi sastra
Kalinda : Eh iyagah? disitu ma ple
Aima : Ke Animasi bawa mie
Ayo mi
Kawindra : Seusai berbincang, mereka pun segera menghampiri anggota animasi untuk mencari tahu lebih mendalam tentang ANIMASI.
(Amura, yang merupakan senior di Animasi tengah duduk seorang diri dihampiri oleh Kalinda dan Aima)
Aima : Assalamualaikum, kak mauki bertanya
Amura : Iye, kenapa Ki?
Aima : Masih bisa kah daftar di animasi?
Amura : Iye masih bisa
Aima : Ini temanku, mau daftar di Animasi, tapi masih bingung Ki sebenarnya kak. Apa itu
Animasi?
Amura : Animasi itu merupakan salah satu organisasi kesenian yang ada di kampus kita ini.
Dan Ada banyak sekali bidang kesenian didalamnya.
Kalinda : Iye gah? Apa saja mi itu kak?
Amura : Eh di ANIMASI itu ada banyak sekali divisi.
Ada divisi musik, tari, vokal, tilawah, qasidah, paduan suara, seni rupa, teater, cinematography, dan yang terakhir tapi tak kalah keren yakni sastra.
Kalinda : Sastra!?
Amura : Iya. Nah di sastra itu, tidak hanya belajar puisi saja. Tetapi, juga belajar syair, pantun
dan masih banyak lagi.
Ayo buruan daftar, karena pendaftaran akan ditutup pada tanggal 25. Sampai jumpa di ANIMASI, dan menjadi bagian dari kami.
(Musik Pengiring)
Sajak Bual : Temaram
Sketsa Tuhan tentang hidup adalah keindahan
Dunia indah dengan warna, dengan rupa, dengan cerita
Selamat malam, selamat datang di pelataran kata
Ada banyak hal yang terlampir disana
Disana, kita mengelana menyusuri keindahan
Belajar memberi warna pada kanvas hari
Melodi-melodi melantun dan menyapa telinga kita dengan kesyahduan nya
Menikmati ruang delusi dengan sedalam-dalamnya dan sehanyut-hanyutnya
Terenyuh dan terpaku kepada renjana
Memilinnya menjadi kasih
Menorehnya menjadi kisah
Lalu, abadi dalam cinta.
Ahh..
Bagaimana aku menuliskan puisi tentangmu
Sedangkan kau lebih dulu lahir sebagai puisi
Ada ribuan sajak- sajak fasif yang sengaja dimassifkan kepada mu untuk aku menorehkan cinta
Tangan-tangan yang memberi kasih
Telinga-telinga yang menjadi malam
Para mata yang tak lari pandang
Serta mulut yang menyanyikan lagu tentang cinta.
Tuhan menciptakan mereka
Semesta mempertemukan kami
Ada waktu yang mesti kita cipta untuk kita kenang
Ada rasa yang perlu ditanam untuk kita rindukan
Ada ruang yang harus diberi warna untuk kita berikan makna.
Pintu akan terbuka Kepada siapa yang mengetuknya,
Puisi akan berbaris kepada siapa yang memetiknya
Di dalam kebersamaan dan kebahagiaan
Mari Kita Abadi bersama dengan keindahan
Kawindra : Mari kembangkan minat dan bakat dalam berkesenian
Karna seni seperti dia yang harus dimiliki
Menghitung Debu
Oleh : Temaram
Pada tepian hulu yang meraung
Pada sebuah jingga yang merebah
Pada suara yang berseteru
Pada hilir yang sudah amat jauh
Pada sepasang mata,
Dia disana,
Disatukan dan disamakan
Pada simpul dan rinai nya
Pada ruang dan waktunya
Pada hentak dan jedanya
Segala yang terlihat walau tak terlihat
Segala yang terdengar walau tak terdengar
Waktu seakan berjalan satu arah ke belakang
Dengan segaja ia mengalungkan rindu
Rindu yang merayu
Rindu yang menyapu
Rindu yang bersikukuh
Selaksa jingga yang merekah purnama
Jingga yang memerah di hamparan dermaga
Jatuh pada keteduhan purnama
Betapa hebat semesta
Betapa cantik rupa
Suara-suara di hamparan
Menyandungkan cinta
Mendamaikan luka
Menghantarkan Rindu
Dimana pun, kapan pun, apapun.
Rindu adalah sajakku, puisiku, laguku, ilusiku, Aku!
Aku Rindu!
Pada setiap wajah yang tersenyum
Pada setiap tangan yang mengulum
Pada setiap tapak yang keras menari
Setiap asa yang mencuah menjadi cerita
Setiap rintik yang pekik menjadi sebuah kisah
Setiap kisah yang berima menjadi satu sejarah.
Kepadanya...
Fana? Abadi? Apa sebenarnya makna?
Kefanahan pada tanaman kecil itu adalah kemalangan yang mencekik
Pada tanah lapang haruslah mekar merambat
Haruslah tumbuh dan subur
Kefanahan itu tidaklah boleh untuk ia
Sebab sejatinya dirinya adalah abadi.
Biarkan tumbuh selalu
Biarkan ..
Tapi, menantikan hari esok dengan tidak melihat hari ini adalah omong kosong.
Mendambakan pohon itu tumbuh subur dengan tidak menyiraminya adalah sia-sia.
Dahan-dahan merapuh di halaman
tidak bersemai, tidak bersemi
Daun-daun kering bercerai dan berderai dalam sapuan badai yang ganas membisikkan peluhnya.
Mengapa?
Kita bertanya mengapa?
Yang menanam haruslah menyiraminya
Yang menanam harus lah merawatnya
Yang menanam haruslah memupuknya
Kita tahu, itu kita.
Di sepanjang penyebrangan
Bahkan, namamu setia, selalu
Ada dan abadi
Berawal dari penyebrangan yang panjang
Lalu menapak dari sebuah tangga menuju tangga yang lainnya
Kisah kita sejatinya adalah sebuah takdir
Yang telah digariskan di tangan masing-masing
Oleh Tuhan, untuk kita
Melodi-melodi yang melantun di keramaian
Sajak-sajak yang nyaring di kebisingan
Terpaku dan terpana pada mereka
Begitu memukau
Begitu indah dan jelita
Kita berada disana
Duduk saja
Tapi terus membatu
Diam saja
Tapi terus menganga
Bagai batu yang dipercik gemercik hujan
Yang merasuk menjadi palung terdalam
Aku masih ingat
Kisah kita begitu sempurna, begitu memesona
Sekejap bulan tergagap pada larut malam
Seluruh rinai boleh saja menitik
Seluruh kantuk boleh saja terjaga
Seluruh keluh boleh saja ditampung
Tapi, kita haruslah satu
Menjaga dalam pelukan
Merekah dalam genggaman
Dan menyatu dalam keindahan
Sejatinya, mereka yang berlayar akan berlabuh kembali
Sekalipun pergi ke hilir samudra
Akan berakhir di dasar hulu
Kembali ke hamparan dermaga
Pasir yang dipijaki dan merayap di kaki
Sengaja aku menghitung debu yang tersisa
Sebisa, dan semampu yang semestinya
Kisah kita
Tidak akan usang oleh waktu
Sekalipun hanya bayang semu
Kamu adalah candu,
Dan aku Rindu.
KEHIDUPAN
Karya: ANIMASI CAMP Angkatan 21
PUISI BAYI
Inilah Aku...
Insan Tak Kenal Dosa
Insan Tak Tahu Apa Apa
Insan Yang Di Nantikan Oleh Mereka
Belum Cukup 2 Tahun Hadir Di Dunia
Tapi, Merasakan Cinta Seluas Samudera
Siapa Yang Tak Bangga Jadi Diriku
Selalu Saja Penuh Dengan Tangisan
Kecil Kecil Suka Merepotkan
Namun, Kasih Sayangnya Tak Pudar Akan Keadaan
Tidak Ada Yang Mampu Menebak Rasaku
Sekarang Tertawa Riang
Semenit Kemudian Menangis Tanpa Sebab
Itulah Aku, Tak Mengalir Akan Suasana
Tuli Akan Ulasan Mereka Yang Menyanjung Diriku
Buta Akan Sikap Mereka Yang Mendewasakanku
Bukannya Aku Sombong Ataupun Songong
Tapi, Sudah Jalannya Aku Diciptkan Dengan Tingkah Laku Koyol
Inilah Aku, Insan Tak Berdaya
Berkeluh Kesah, Tidak Dengan Bahasa
PUISI ANAK
Aku Adalah Masa Dimana Aku Baru Mengenal Dunia
Aku Mulai Pintar Berbicara Dan Aku Sudah Pandai Berjalan
Bahkan, Aku Sudah Lincah Bernyanyi
Tubuhku Mungil
Aku Lucu Dan Menggemaskan
Aku Juga Ramah Dan Suka Bergaul
Umurkupun Masih Sangat Mudah
Teman-Temanku Selalu Ceria
Dan Mereka Suka Bermain
Dan Aku Suka Itu
Akupun Suka Boneka
Dan Aku Suka Membuat Orang Tertawa
Fikirku Hanya Sebatas Senang Senang Saja
Tak Pernh Berfikir Bagaimana Nanti Jika Aku Susah
Fikirku Hanya Kebahagiaan Saja
Tak Pernah Berfikir Untuk Tidak Menyusahkan Orang Lain
Inilah Aku, Seorang Anak Kecilsebab
Yang Tak Tahu Apa Apa
Hidupku, Matiku Tak Pernah Kupikirkan
Aku Adalah Anak Keci Yang Tak Tahu Apa Apa
PUISI DEWASA
Demikian Cantiknya Saat Remaja
Disaat Saat Sarat Dengan Gurau Dan Tawa
Beratnya Beban Kehidupan Yang Belum Terasa
Tidaklah Terlihat Sekecil Curah Mata
Yah,
Perilaku Remaja Condong Berbeda-Beda
Bersamaan Budaya Jaman Sekarang
Yang Tetap Berputar Putar Arah
Menggerogoti Tebalnya Tradisi
Yang Semakin Sulit
Terbilas Model Zaman Sekarang
Membuat Orang Tuapun Pasrah
Yah,
Remaja , Dimana Mata Dapat Menyaksikan Cantiknya Dunia
Dunia Dimana Kenyamanan Tiba Seperti Surutny Pantai
Dimana Mencari Jatih Diri, Mencari Jalan Kehidupan
Dan Mungkin Kalian Semua Ketahui
Dimana Remaja Sudah Mengetahui
Apa Arti Dari Kata Cinta
Berdalil Semua Karena Cinta
Terbuai Nafsu Saitan Semata
Rela Lepaskan Mahkota Hingga Sesal Mengiring Derita
Oh Remaja, Hey Remaja
Sadarlah Remaja, Waspadalah Daalam Menoreh Kasiih
Jagalah Cinta Tetap Bersih
Tekanlah Nafsu Sampai Tersisih,
Hingga Ter Ikrar Diatas Kertas Putih
PUISI DEWASA
Tubuhku adalah dosa
Memuja dan memuji lewat desah penuh rasa
Masa remaja yang sangat bebas membuatku ingin lagi, lagi dan lagi
Beban pikirku yang terus berputar di otak
Tak ingin lepas jiwa yang busuk
Beban hidup teru saja menghampiri
Adakah jalan untuk aku berlari
Tuntutan hidup yang seperti ini dan itu
Apakah perjalanan dewasa sepenat ini?
Sungguh dongeng yang sangat indah
Lepaskan....
Aku ingin melaut
Melawan ombak yang sangat besar
Lihat aku... hey lihat aku
Ingin bertahan namun menyakitkan
Ingin melepas kenang takut kehilangan
Kisah remaja yang telah di renggut oleh takdir
Saat itu terjadi, adakah ruang untuk penyesalan
PUISI ORANG TUA (IBU HAMIL)
Jam terhenti
Aku masih diam terduduk
Didalam ruang yang telah usang dengan kebahagiaan yang mulai hilang
Menjadi aku tidaklah mudah
Menahan tangis berharap bisa melakukan apa apa
Namun, terkendala badan yang tak bisa bekerja sama
Tak bisa berguna untuk orang yang tersayang
Sadar akan tanggung jawab yang harus ku hadapi
Menjadikan sabar dan syukur menjadi pembeda
Semua ku lakukan dengan kesabaran
Karena aku sadar aku telah dewasa
Hamil adalah kebahagiaan untukku
Melahirkan adalah hal yang kunanti
Melihat anak-anak tumbuh adalah suatu ujian
Yang mengajarkan aku menjadi lebih dewasa
Kehadiran anak memang membahagiakan
Akupun harus bahagia
Entah sebelu memilikinya ataau setelah memilikinya
Aku... sudah dewasa
PUISI NENEK
Heeeeyyyy
Aku Yang Sudah Tua
Bertahun Tahun Hidup Didunia Ini
Rasanya Begitu Hampah
Rambutku Telah Memutih
Kulitku Telah Mengeriput
Punggungku Telah Membungkuk
Raga Tak Lagi Sekuat Dulu
Nikmatilah Masa Kalian
Aku Yang Sudh Rentan Ini
Banyak Yang Melupakanku
Apakah Kalian Sadari Itu
Sensara Betul Hidup Dimasa Tua Tanpa Ada Yang Menemani
Segala Sesuatu Kulakukan Dengan Sendiri
Anak Dari Rahimku Tidk Lagi Melirikku
Aku Butuh Dekapanmu Anak Cucuku
Mendengar Banyak Keluh Kesah
Membuatku Muak
Tuhan, Aku Tersiksa Dengan Kerinduan
Aku Tersiksa Dengan Keresahan
Aku Lelah, Mengapa Tak Cabut Saja Nyawaku Ini
PUISI MAYAT
Hari ini adalah hari kematian ku
Sisa nafasku berhenti di batas waktu
Jantungku kini tak lagi berdetak
Malaikat maut telah melepaskan jazad ku
Perlahan tubuhku di selimuti kain kafan
Aku di letakkan dalam sebuah keranda
Di sebuah tempat yang tak pernah terbayangkan
Lihatlah wahai manusia
Tidak takutkah kalian akan kematian
Mati sekarang atau esok tak ada bedanya
Kita mati hanya menggunakan kain kafan
Lihat itu... (tunjuk nenek)
Seorang wanita tua
Matang pemikirannya, mapan ekonominya, tinggi status sosialnya
Tiba-tiba ajal menjemputnya
(iya, aku yang telah rentan ini direnggut nyawanya)
Lihat itu... (perempuan hamil)
Seorang wanita yang hamil besar menantikan buah hatinya
Tapi, tuhan berkehendak lain
(iya, aku menanti buah hatiku yang hampir saja ku lahirkan)
Lihat... (remaja)
Seorang remaja
Usianya baru menginjak 19 tahun
Tapi, tiba tiba israil datang mencabut nyawanya
(inilah aku, jiwa yang sehat, fisik yang kuat, tak menjamin panjang umur)
(aku saja yang segar bugar, bahkan di panggil oleh Tuhan)
Hey... lihat ini
Seorang anak kecil usianya baru beranjak 7 tahun
Tapi, tiba-tiba ajal mencabut nyawanya
(iya, inilah aku seorang anak kecil yang tak tahu apa apa bisa mati kapan saja)
Lihatlah...lihat itu
Seorang balita polos yang menggemaskan
Banyak orang yang tertawa riang karenanya tapi
tiba tiba ajal menjemput nyawanya
(yah, aku balita ingin menikmati indahnya dunia
namun tuhan berkehendak lain)
Heeyy....
Tak terbayangkah kalian sedikitpun mati sekarang atau esok tak ada gunanya
Hari ini kalian mungkin saja memakai sutra
Bisa jadi esok kalian memakai kafan
Hari ini mungkin kalian tidur di tempat mewah
Tapi bisa saja kalian tidur di liang lahat
Wahai manusia...
Sadarlah kalian akan kematian
Karena kematian akan datang tanpa kalian minta
Innalillah wa inna ilaihi roji’un (serempak)
TEMARAM
(Tekad Emas Meraih Angan di RAntauan Mahasiswa)
Karya: Andi Magfirah, Nur Asira, Hardiyanti, Rizkyanti, Wahyu Anna, Melda
(Syair opening)
Inilah gerangan cerita kita
dituangkan syair melodi indah
Petuah-petuah jangan dilupa
harapkan berkenang bagi saudara
Inilah suguhan cerita kita
Ana' dara Bugis melantun sastra
Hadirin berbaris didepan mata
Wajah berseri rona gembira
(PANTUN)
(Syair opening)
Mimpi adalah hal hebat yang melekat pekat dalam diri setiap insan
.Mimpi yang kau gantung di pelintiran hari,setiap mentari melakukan petualangannya adalah apa yang membuatmu lekat akan harapan untuk terus melangkah. Suatu saat kau akan menjadi seseorang yang berguna dan dibanggakan orang tercinta. Meskipun terkadang dengan brengseknya kerikil-kerikil kecil memelintir di sela-sela perjalanan mu, kau akan tetap berjalan lalu hibak para pencaci.
Mimpi sederhana untuk membuat bangga sang ibu, datang dari seorang ana' dara Sulawesi bernama temaram. Keluarganya dicap kelas bawah dengan sepetak sawah peninggalan bapaknya 3 tahun silam.
Ia tinggal serumah hanya dengan ibunya seorang.
: Di pertengahan tahun ini , ia berencana melanjutkan pendidikan nya, alih-alih mengharap ini satu-satunya jalan untuk mengangkat derajat keluarganya.
Selama perjalanan di rantauan, ia dihadapkan akan cinta, pertemanan, ekonomi dan mimpi untuk ibunya yang mendesir dirinya habis-habisan . Bagaimanakah temaram bisa mewujudkan mimpinya di perantauan?? Mari kita saksikan.
Di belakang rumahnya, Temaram Menghampiri dan duduk disamping Ibunya yang tengah sibuk mattapi berre.
Temaram : Indoku.. aga ta' pugaung?
Ibu : De'gaga mni iyye nak, Magai nak?
Temaram : Menoreh tinta diatas buku
Melihat nona sedang makan
Jika boleh saya mengadu
Apakah ibu Sudi berkenan
Irama lagu yang didendang
Berpasang wajah suka cita
Ibu, izinkan aku ke tanah seberang
Menuntut ilmu agar berjaya
Ibu : Nak nak..
Apalah dayaku seorang janda pekerja tani
Selepas hari sibuk berburu cuci
Sudah untung nak kita dapat sesuap nasi
malah kau mintai perihal mimpi yang belum pasti
Sampai berpamit meninggalkan ku seorang diri disini
Temaram : Bukan niatku meninggalkan mu ibu,
Selebat cinta ku yang terlalu lirih ingin membahagiakan mu,
Tersadar harapanku tuk rantau sedikit buatmu sendu
Ana' dara mu ini telah tumbuh besar di pangkuanmu
Izinkan aku dengan waktu yang digulir itu,
Bertarung memores senyum indah di wajahmu, ibu
Ibu : Dengan berat hati ku ikhlaskan engkau pergi meraih anganmu,
Namun ada satu keinginan ibu agar slalu kau indahkan dalam langkahmu.
Tellu riala toddok, iyanaritu lempu’ , Getteng na ada tongeng
(Ada 3 hal yang dapat dijadikan patokan, yaitu keteguhan , kejujuran dan ucapan yang benar)
Temaram : (dengan antusias dan bahagia, temaram memberikan pantun untuk ibunya)
Ada kambing dan lembu
Dimandikan agar bersih
Padamu bidadari hatiku
Ku ucapkan terimakasih
(Part keterima Kuliah)
Akhirnya Temaram mendapatkan berita bahwa ia lulus dan diterima di salah satu perguruan tinggi yang merupakan impian besarnya sejak lama. Dengan antusias ia bergegas memberitahu berita bahagia ini pada ibunya.
Temaram : "Indo' ku..
Duduk ditanah berlagu riah
Alhamdulillah diterimaka' kuliah
Ibu : langit muram pertanda hujan
Kumpul bersama para sanak
Syukur Pada Tuhan
Semoga sukses di sana yah nak.
Ibu : pergilah nak raih impianmu,
doa dan restuku selalu menyertaimu
Ingat nak, Sipakmi paompoki Assalenge.
(wataklah yang menunjukkan asal usul)
Temaram : Ibu, tiada hal yang bisa aku janjikan
Kecuali kesuksesan untuk mu akan kupersembahkan
(salam untuk pamit)
Temaram pun berangkat ke Kota Perantauan.
Setelah Sampai di perantauan ,Temaram menjalani hari harinya sebagai seorang mahasiswi yang aktif dalam perkuliahan. Ditengah Perkuliahannya , Terbesit dalam fikirannya untuk meringankan beban Ekonomi Ibunya. Maka dari itu, sepulang dari kampus ia memutuskan untuk mencari pekerjaan. Setelah beberapa hari melamar pekerjaan di sejumlah kafe, akhirnya ia diterima sebagai seorang waiters salah satu kafe di Kota Parepare.
temaram giat bekerja sembari tetap menjalankan kewajiban kuliahnya dengan sangat baik.
(di tempat kerja sembari bersih bersih temaram pun berpantun dengan bahagia)
Temaram : Terlihat batu terbelah
Sungguh elok dilontarkan ke mangga
Syukur alhamdulillah
Akhirnya ku dapat bekerja juga
Ditengah rutinitas pekerjaannya, temaram bertemu dengan seorang pria dan akrab di dunia maya .
Setelah beberapa waktu saling mengenal, Mereka pun akhirnya resmi berpacaran.
(telponan/pria menelpon dan temaram mengangkat) MUSIK TELPON
Pacar temaram : selamat pagi sayang
Temaram : Pagiii juga yang
Pacar temaram : Semoga harimu bahagia dan semangat kerjanya yang ,
Dan inget Kamu jangan deket deket sama tanaman berbunga
Temaram : Loh kenapa yang ?
Pacar temaram : Nanti bunganya layu , soalnya minder kalah cantik sama kamu.
Temaram : aaaa ayang
Pacar temaram : yang, kemarin aku kirim foto kamu ke lembaga antariksa loh. Biar apa coba ?
Temaram : biar apa emang ?
Pacar temaram : biar mereka tahu ada yang lebih indah dari bintang bintang dilangit.
Temaram : tersipu malu
Pacar temaram : udah dulu yah yang
Aku mau kerja dulu, buat ngumpulin uang panai untukmu
Dah ayanggg, assalamualaikum
Temaram : dahh yang, waaalaikumsalam.
Seiring berjalanya waktu temaram yang sudah terlanjur membucin, memberanikan diri memberitahukan ibunya tentang hubungannya dengan kekasihnya, via panggilan telfon.
Musik telepon
Temaram : Halo, Assalamualaikum bu
Ibu temaram : Waalaikumsalam nak
Temaram : ibu, temaram telah menemukan pasangan baru
Temaram ingin memita izin agar ibu memberi restu
Ibu : (menghelah nafas)
kau telalu cepat untuk membangun hubungan itu nak
Raihlah anganmu lebih dulu sebelum kau menjalani hubungan yang redup itu
Temaram : wahai ibu, temaram tak melakukan ini hanya untuk kesenanganku
Ini adalah bagian dari proses pendewasaanku,
Di masa mudaku, aku juga ingin menikmati kebagiaanku ibu
ANA DARA MASOLANG
Sebuah Karya dari Masra Asri, Desi Enengsi, Nur Asira, dan Andi Magfirah
"Puisi ini diangkat dari kisah nyata seorang gadis bugis yang tinggal di Kota untuk berkuliah. Bagi orang-orang disekitar nya ia dianggap orang yang selalu bahagia dan ceria. Namun, pada nyatanya itu salah. Gadis tersebut kian penuh dengan masalah yang rumit, hingga ia selalu menangis setiap malam tanpa ia membagi sakitnya itu. Ia anak yang tertutup. Ia adalah seorang gadis yang rela membahagiakan orang lain daripada dirinya sendiri"
-Anak Dara Masolang-
iyana anak dara
Anak dara ri jajiang ri tana Ogi
jaji ri appang tau perri
monro ri tanah kota
Aku seorang anak dara yang tidak sempurna
Lahir dan tumbuh di keluarga yang sederhana
Yang menjadi beban keluarga
Dan aku anak dara yg berbeda
Aku seorang anak dara yg terhina
Dari kecil aku sudah terikat dgn masalah
Teman, Sahabat, lingkungan, sosial, dan keluarga
Dan membuat ku berfikir bahwa itu adalah anugrah
Aku seorang anak dara yg terpuruk
Diriku sudah cacat
Batin ku kian rusak
Hatiku terlanjur bejat
iyana anak dara mapeddi
Anak dara masolang
anak dara degaga siri'na
anak Dara degaga peccena
Aku seorang anak dara yang tak tau malu
Diriku tinggal dikota dan tak tau arah
Aku adalah anak dara bugis yg tak punya jalan kebaikan
Yang kutau ialah jalan menuju neraka
Aku seorang anak dara yang lalai akan diri sendiri
Demi kebahagiaan orang aku rela dibuat susah
Aku memang anak dara bugis yang bodoh
Sebab tak tau menjaga diri
Aku seorang anak dara yang kuat
Diri ini telah kebal dengan masalah yang ada
Tak pernah membiarkan orang sulit
Dengan mengorbankan diri, Aku rela mengurut dada
iyana anak dara masolang
anak dara dega adecengenna
anak dara mappakasiri-siri)
MANUSIA SEPARUH SETAN
Cipt : Isnaeni (Relief)
Dalam potret lembaran sejarah
Aksi ini muncul karena minimnya upah
Melahirkan perlawanan kelas pekerja
Menyuarakan kalangan pekerja di jalan raya
Seakan menjadi pemandangan yang luar biasa bagi mereka
Belum lagi dengan lahirnya undang-undang setan
Yang semakin menyengsarakan para bekerja
Kita sudah lama terluka
Mereka yang dipaksa bekerja dengan jam kerja di atas rata-rata
Kita hidup di mana uang menggantikan semuanya
Memilih percaya adalah pilihan
Nama itu benar adanya
Upahhh…..
Tapi ada yang lebih buruk dari itu semua
Mulai dari dari robot-robot dikte layaknya manusia
Mengambil alih lahan kerja
Lantas kaun pekerja akan terseleksi dengan sendirinya….
Angka pengangguran melebihi kapasitas ruang
Tak jarang kita jumpa di setiap gerbang tol
Tak lagi dijaga oleh manusia
Semua digantikan oleh mesin teknologi canggih
Maraknya Tenaga Kerja Asing
Masuk ke negara tercinta
Melengserkan tenaga pribumi dan rumahnya sendiri
Apakah nasib buruk hanya sebatas pesuruh
Meski sudah bersimbah luka dan pilu
Tak usah kita bicara mimpi
Karena ini telah menjadi santapan sehari-hari tanpa diolah dikunyah dan ditelan mentah-mentah.
MENGAPA
Cipt: Risma Ramadhani (Shiva Mahanata)
Aku pernah bermimpi
Engkau bakal ada di sampingku
Memberiku banyak perhatian
Semuanya terjalin begitu saja
Musim kini kian berganti
Cintamu tak kekal bagai pelangi
Sayangmu bagaikan senja di langit sore
Namun harus hilang dikala malam
Ingin rasanya membuang semua kenangan
Namun sedikit rasa yang menjadi alasan
Alasan mengapa aku belum bisa?
Ntah mustahil tuk di hilangkan
Aku hanya bisa mengenang
Kenangan yang begitu manis terukir indah
Kau penyembuh hatiku
Mencuri rasa yang ada sebelumnya
Pengorbanan ada karena usaha
Aku ikhlas tanpa paksaan
Lelah pun sudah tak di hiraukan
Hanyalah bayang yang tak terhindarkan
Kuhempas nafas panjangku
Mencoba membebaskan sesak yang ada
Namun, ada sakit yang tak bisa ku tahan
Seakan berduri menusuk dada
Ikhlas sudah menjadi memori yang indah
Menjadi kenangan abadi yang tak bisa dilupa
Pasrah menerima kenyataan
Hanya ada sunyi dalam setiap tangisku
Remuk rasanya
Harus dilepaskan tanpa penjelasan
Sulit kumaafkan, tapi harus ku relakan
Aku, hancur karenamu.
HALU
Cipt: Risma Ramadhani (Shiva Mahanata)
Aku pernah bermimpi
Aku yakin pasti akan meraih nya
Aku bisa!
Pasti bisa
Lalu, apa yang terjadi?
Aku terjatuh diantara bebatuan
Kedua kaki terasa sakit
Kedua mata menahan tangis
Apa yang terjadi?
Semesta rasanya tak adil
Aku bagaikan orang yang asing yang tetap hidup
Diriku susah sendiri
Bagai tak berguna bagi orang lain
Tak bermaksud ku mengungkit kesalahan
Aku hanyalah ingin tau jawaban atas tanyaku
Siapa yang berkhianant?
Siapa yang ada di mimpiku ini?
Hidup diantara tekanan
Lelah menelusuri cinta
Hidup jadi serba salah
Tak mudah untuk meraihnya
Tanda tanya
Lagi lagi tentang tanda tanya
Tak dijawab disangka bohong
Dijawab disangka dusta
Memang rasanya seperti mimpi
Namun apa benar ini sebuah mimpi?
Menjadikan cinta sebuah alasan
Tanpa melihat arti sebenarnya
Congaku bagaikan lingkaran yang tak bersudut
Tanyaku akan dirimu akan selalu ada
Apakah ini yang dinamakan cinta?
Jalannya menyimpan sejuta tanya.
CUMA
Cipt: Risma Ramadhani (Shiva Mahanata)
Semua terasa indah
Entah itu bersama mu atau tidak
Kita disatukan di dunia ini
Kelak bersama di akhirat nanti
Hari ini ku melihat indahnya bunga mawar
Ia serasa hadir untuk dikagumi
Mengagumi sebuah ciptaan
Yang rasanya sangat ingin ku miliki
Tapi
Semuanya tentang kenyataan
Kita berbeda karena tak sama
Cinta kita terhalang dinding pemisah
Cinta kita tak terestui
Sejauh ini usahaku, namun kenyataan nya kita berbeda
Kalung tasbihku berbeda dengan punyamu
Haruskah kita berpisah?
Yang kita dapat hanyalah luka
Kita berdoa dengan cara yang berbeda
Kitabmu berbeda dengan kitabku
Haruskah kita mendustakan cinta?
Meski ada cinta yang tak bisa meninggalkan
Cinta ini terlarang
kita tidak akan bisa bersama
Sekuat apapun kita bertahan
Yang kita dapat lagi lagi luka
Ke kerasan ku, ke egoisan ku
Aku sangan mencintaimu
Tak ada niatpun aku meninggalkan mu
Kau adalah orang yang aku ingin miliki
Semua hanyalah tentang kenyataan
Namun, bukankah perbedaan bisa disatukan dengan cinta?
Ataukah hanya bisa menciptakan luka?
Kita memang aing mencintai, namun iman kita berbeda
Cinta yang dibangun hanyalah dapat menjadi duri
Tapii
Aku ingin kau tetap ada disini
Memegang tanganku erat erat
Berjuang demi takdir yang berbeda
Ntah besok atau nanti
Aku bisa meyakinimu
Kita akan bersama
Bahkan untuk selamanya.
CERITA CINTA
Cipt: Desi Enengsi (Caption)
Kali pertama aku bertemu denganmu.
Sebuah tempat dengan penuh ceritaku.
Senang, sedih, dukamu tentu ku tahu.
Sudah ku cap itu tanda cintaku padamu.
Sebuah janji pernah kau ucapkan padaku,
Sembari duduk bersenandung ria di bangku,
Tak heran dirimu memang lucu.
Kau meminangku dengan candamu.
Jangan tanya apa jawab ku.
Jawabanku sudah terlihat di parasku,
Ego selama ini tertanam dalam diriku.
Lepas karena mu.
Satu hal yang ku mau.
Kebohongan jauhkan didirimu. Sungguh kata itu.
Jangan biarkan masuk dibenakmu.
Yahhhh memang ku tahu.
Kebohongan manusiawi dalam hal itu.
Tapi seorang pendusta dimataku.
Tidak ada lagi kesempatan terlintas, dipikiranku.
Untuk itu...
Kau yg telah berhasil menaklukkan hatiku.
Semoga kau tdk mengecewakan ku
RASA DAN HARAPANKU
Karya : Isnaeni (Relief)
Hai pemilik hati
Yang hadirnya selalu dinanti
Aku ingin bercerita tentang banyak hal
Mengenai makna sendiri
Bisakah berjanji untuk tak mengingkari janji
Yang Februari tak lagi ada disisi ...
Perihal hati...
Aku tidak mudah mengubah rasa
Bukan pula hati yang mudah jatuh cinta
Namun jika satu nanna sudah tertulis
Maka sulit untuk menghapusnya...
Teruntuk Februari dan cerita tentang kita
Yang pernah hilang
Aku selalu menganggap ini sempurna
Tapi kau hanya singgah sejenak
Bukan tentang kita yang sudah usang
Tapi bagaimana cara kita untuk melupakan waktu
Nanti..
Bila kita sudah tak bersama lagi Aku akan tetap bersyukur
Karena pernah menjadi alasanmu tertawa
pernah menjadi pendengar cerita-ceritamu
Walau cerita tentang dia... Setidaknya aku sempat menjadi sesuatu dihidupmu
Meski hanya sebatas diperlukan Bukan dipelukan.
TULIP KUNING
Karya : Muh. Rezky M (Ritardando)
Kupikir kamu masih ingat saat itu
Sulit bagiku untuk mendapatkannya
Aku seperti orang yang sangat egois
Melakukannya dengan perasaan bingung
Meski bingung, aku selalu saja melakukannya
Kau sangat persis dengan senja
Walau indah, tapi itu hanya sementara
Haruskah aku menanggung semua ini?
Disaat kau mennbawaku melihat hujan
Tanpa mengajakku melihat pelangi
Kau tau arti tulip kuning?
Aku memikirkan itu saat bulan purnama, itu indah
Tanpa sadar, bulan itu hilang dihadapanku
Apa aku hanya dipermainkan? Aku seperti mengejar takdir yang menolak untuk dikejar
Hari ini aku membeli tulip kuning untuk diriku
Bunga indah ini tak seindah maknanya, itu menyedihkan
Hujan telah reda dan pelanginu telah datang
Tugasku sebagai payungmu telah usai sampai sini.
MIMPI
Karya : Masra Asri (Kilas)
Kini...
Ku duduk dibawah rembulan
Dekat dengan pohon
Dan di dampingi seorang laki - laki manis
Yah ....dia hitam
Tapi, tak pekat ya
Dia gondrong, tapi rambutnya Indah
Sering iya bertingkah aneh, tapi lucu
Namun aku sayang
Tatkala kumenatap bintang
Entah kenapa wajahnya ada diantara bintang - bintang itu
Dan nyatanya ia sudah ada di sampingku
Tunggu, apakah ini hanya sekadar bayangan, khayalan atau imajinasiku?
Hmmm... tidak !
Aku yakin ini nyata
Dan sekejap kupalingkan kepalaku
Dan ternyata disampingku
Hanya sebuah batu besar
Yang dikelilingi dengan lumut dan rumput yang indah
Sungguh ini mimpi indah bukan
TENTANG SEBAIT RASA
Karya: Tiina Suandi (pantofel)
Tentang kita yang tak lagi searah
Namun menyisakan kisah yang bersejarah
Tentang kita yang dulunya menyimpan rasa
Namun kini enggan tuk bertegur sapa
Jangan terlalu memberi nyaman
Jika pada akhirnya kita hanya berteman
Bukan ingin lepas harapan
Hanya tak ingin jarak menjadi alasan
Untuk bungkam dalam suatu keadaan
Harapan yang terlalu besar akan hubungan
Ternyata hanya bayangan semu semata
Terhempaskan oleh angin kencang kenyataan
Bahwa hubungan yang tak dapat berlangsung lagi
Ternyata adalah fakta yang tak bisa terelakkan
Bukan tak percaya hubungan akan bertahan
Hanya mewanti - wanti agar jarak tak benar-benar tercipta Namun...
Sekuat hati menahanmu tetap disisi
Yang pergi akan tetap pergi
TANYA CINTA
Karya : Nur Azizah Kasman (Serip)
Apa kabar hari ini?
Apa ada yang berubah?
Apa hari ini masih sama dengan kemarin?
Sepertinya sudah berbeda ...
Apa ini pertanda?
Bahwa perasaan tak lagi sama Apa ini pertanda ?
Bahwa kau telah merubah perasaan itu
Sama seperti rasa cinta yang berubah
Menjadi rasa canda, hingga tidak lagi menjadi candu
Sama seperti rasa sayang yang berubah
Menjadi kasihan, hingga dikasihani
Tidak ada yang abadi bukan? Termasuk cintamu itu
Lelah ? aku menyerah
Meski aku mencintaimu
Bersamamu adalah keinginanku
Yang tidak direstui takdir
Jika mengikhlaskanmu adalah jalan terbaik
Akan kuusahakan mencapai titik terbaik
Menunut takdir.
CINTA BEDA ALAM
Karya : Muhammad Risal S. (vektor)
Katanya, cinta itu ungkapan tentang sebuah perasaan
Katanya, cinta itu muncul dikala Kerinduan tiba
Katanya, cinta itu rasa bahagia saat memiliki
Itu katanya, bukan kataku! Karena nyatanya ... Mencintainya membuat hatiku diam terluka...
Bukan bercerita mengenai rindu yang mendalam
Tapi bercerita mengenai luka yang ku pendam
Inikah yang dinamakan cinta ? yang orang bilang,
Kebahagiaan berlandaskan kasih sayang, namun sulit untuk kuungkapkan
Entah kenapa ... rasa cintaku yang mendalam kini di selimuti dengan yang berujung tangisan,
Entah kenapa... cintaku padamu macih saja menggebuh-gebuh
Namun kutau, Kaulah orang yang hadir dimasa kecilku saja
Bagaimana bisa, cinta diungkapkan dengan kasih sayang
Jika orang yang diantai tak pernah hadir dipandangan
Bagaimana bisa, rasa nyaman akan melekat di pelukan
Jika nyaman bersamanya saja, masih kulakukan dengan khayalan
Mungkin kau memberikan kasih sayangmu sepenuhnya padaku
Namun, rasa itu tak tersampaikan padaku....
Karena ku tau, ada sekat di antara kita...
Kita beda ALAM ... Alamku dan alammu kini jauh berbeda ...
Ayah, maaf ... jika manjaku dikala kecil, yang mungkin menghambat aktivitasmu
Semoga saja, kau mendapatkan tempat yang penuh kebahagiaan disana
Tuhan...Jaga dia untukku...
I MISS YOU FATHER
INILAH KAMI
Cipt: Semua Anggota Sastra
Merenung dalam angan
Realita Kehidupan tumbuh di era digital
Yaahhh…. Memang hidup itu bagaikan roda yang berputar
Dunia itu sederhana
Siapa yang kuat akan menang
Tetapi jika yang kuat ditekan
Maka kita akan ditindas
Selamat datang
Pada masa yang begitu ambigu
Pada dunia penuh tanya
Pada zaman penuh misteri
Sungguh manusia dari hari ke hari
Tak ada yang nyata
Generasi yang saling terkoneksi
Menjadi sekelompok dalam satu kehidupan
Apa kabar pemuda-pemudi?
Terlihat puas dengan kenangan!
Terlarut-larut dalam kemalasan!
Terlihat pada kalimat masa bodoh!
Ya inilah generasi Z
Generasi kekinian
Yang identic dengan hal-hal instan
Dengan sejuta ide kreatif dalam mencapai sesuatu
Kita adalah generasi pembaharuan!!
Katanya generasi yang kreatif dan inovatif
Generasi harapan penerus bangsa
Mahir dalam teknologi bijak berkomunikasi
Kita generasi yang hobi musik
Koneksi internet jadi magnet public
Ego enggan dikutik
Teknologi mainan kami
Gaya hidup yang sosialita
Namun, apakah ini salah?
Sedangkan kami yang terbawa oleh derasnya arus zaman
Zaman ini zaman digital
Serba bisa dan pastinya canggih
Kita mahir didunia yang serba instan
Lita bisa belajar, tinggal memahaminya saja
Dunia begitu luas
Isinya tak dapa dipungkiri
Kita seharusnya menjadi generasi baik
Menutup generasi yang tak terpungkiri
Kita adalah segumpal darah
Yang hadir di era 2000-an
Z bisa jadi jadi kata yang layak untuk diri kita
Karena itu kita seperti ini
Yah, inilah kami
Makhlik tuhan yang dilahirkan dibumi yang dust aini
Makhluk Tuhan yang lahir Bersama derasnya masalah
Dan kini, menjerit akan luka bumi pertiwi
Benarkan demikian?
Sepertinya sebagian dari kita menentang hal itu
Faktanya tidak semua insan serupa
Lita terkungkung pada satu sisi
Bagaimana bisa?
Dalam sekejab, hal yang terlihat mustahil nampak nyata
Ini perihal pembuktian
Bukan hanya sekedar pembenaran
Namun, semua takkan terwujud
Tanpa adanya tekad
Kesadaran kita jeda terlalu lama
Mengabaikan yan sudah berjuang
Hingga pada akhirnya
Masing-masing dari kami memilih bungkam
Membiarkan semua mengalir
Menemukan jawaban pada lautan tanda tanya
Menitip pesan pada angin
Sampaikan pada mereka
Inilah generasi yang dinanti!!!
Mengubah pola fikir tak sejalan hingga semesta mengakui hadirnya
Maka dari itu, kami berusaha mengubah fikiran mereka tentang generasi kami
Semua akan berubah Ketika ada usaha yang dilakukan
Dunia ini sungguh sangat instan
Tetaplah hidup meski itu sulit
Belajarlah beradaptasi diantara mereka
Sebeb, kau tak bisa bila kau tak biasakan
Tak semua jahat, begitupun sebaliknya
Bila kau lelah, janganlah berhenti
Kau hanya akan menjadi sampah jika kau mundur
Maka, sesuaikanlah dirimu digenerasi ini
Jangan sangka kehidupan Bahagia
Jangan fikir hidup hanya enak-enak saja
Jika kau berfikir hanya sampai situ saja
Maka, kau perlu melihat luasnya dunia
Banyak orang yang ingin menjatuhkan
Tutur katanya yang menyakitkan
Sehingga tak jarang membuat hidup berantakan
Itulah hidup, butuh sebuah perjuangan
Jangan sampai kau merasa terlena
Dengan kehidupan yang fana
Suatu Ketika akan datang sebuah luka
Dan kau harus pasang kuda-kuda
Jika kau benar, kau akan bertemu dengan kesuksesan
Sehingga kahidupan akan lebih nyaman
Dan ingat,
Kau butuh belajar dari sisi positif
Kehidupan adalah pengalaman baru dari setiap insan
Kehidupan suatu anugrah dari sang kuasa
Karena Tuhan telah sedia meniupkan ruh dalam raga
Be Smart guys
Terus belajar karena tidak ada kata terlambat untuk belajar.
METOMORFOSA
Cipt: Tiina Suandi & Muhammad Risal. S
Masih ingatkah kalian
28 Oktober waktu itu
Pemuda pemudi Indonesia mengucap sebuah ikrar
Kurang lebih seperti ini
SUMPAH PEMUDA
“KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA, MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU, TANAH INDONESIA
KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA, MENGAKU BERBANGSA YANG SATU, BANGSA INDONESIA
KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA, MENJUJUNG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA”
Ibarat ranting dengan sebuah pohon
Akar adalah alasan tumbuh
Menjadi kuat pada dahan membawa ranting
Layaknya pemuda
Negeri ini butuh akan hadirnya
Demi tercapai bangsa berjiwa kokoh
Memupuk semangat pada raga
Kita tumbuh dari berbagai rumpun
Namun akar juang tetap satu
Hingga harapan berbuah manis
Saat penguasa menolak di bantah
Berbekal keberanian
Ia rapatkan barisan
Menjadi tonggak kepercayaan
Bagi kaum yang tertindas
Lihatlah
Sosok yang berdiri di depan kalian
Bahkan banyak di sekeliling kita
Adalah penentu nasib bangsa ini
Estafet perjuangan ada di tangannya
Dan sekarang bukan lagi waktunya berdiam diri
Hey...
Bangkitlah
Aku, kau, kita adalah satu
Mari bersatu
Membawa sebuah perubahan
Seperti kata Bung Karno
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia”
CAFEEIN
Cipt: Tiina Suandi (Pantofel)
Dingin menyelimuti malam
Menyatu dalam kelam hembusan angin mencekam
Pada suasana yang temaram
Bertabur bintang menyinari gelap
Berkawan dengan hening
Suara jangkrik terdengar nyaring
Hanya mampu bergeming
Dan menatap pada dinding membuat pelupuk sulit terpejam
Bergumam dalam hati
Sambil bertanya pada diri
Perasaan apa ini?
Fikiranku ini telah diracuni
Oleh sosok yang bertahta dalam benak
Wajah dengan khas keanggunan
Hanya terlihat dan kejauhan Bersinar bagai rembulan
Berharap kamu ada dalam dekapan
Matamu yang elok
Berpadu warna kecoklatan
Membuat diri ini tidak berani menatap
Karena itu aku mengagumimu
Hidung mancungmu
Bagai pohon menjulang tinggi
Dengan begitu
Kau terlihat sempurna dimataku
Senyum bagaikan madu
Memandangnya membuat hati luluh
Hingga menjadi candu
Namun engkau begitu jauh
Dalam penantian masa
Memberanikan diri menyatakan
Tentang isi lubuk hati terdalam
Tentang perangaimu yang lembut
Tentang kerendahan hatimu
Tentang bagaimana kamu mampu menarik perhatian kecilku
Tak salah jika aku jatuh hati padamu
Tak ayal jika harus menahan rasa terhadapku
Karena sejak awal melihatmu
Sudah kuputuskan untuk mencintaimu
Ketahuilah bahwa hatiku sangat tulus
Hingga tak mampu ku jabarkan
Akankah engkau dapat kugapai
Akankah kita bertaut dalam satu rasa
Akankah rasaku terbalaskan
Hati ini hanya untukmu
Menjadi penyembuh akan luka
Memupuk semangat di setiap hariku
Kan ku sirami agar tetap tumbuh
Engkau hadir meyakinkan raguku
Berharap engkau membuka ruang dalam Penantian
Memberi harapan pada harapan
Dan menjadi sebuah wujud nyata
Semoga semesta memberi restu
Membersamai langkah kehidupanmu
Menyatu dalam ikatan yang sakral
Saling menyempurnakan satu sama lain
Saling menutupi aib masing-masing
Kutitip pada angin
Apa yang menjadi ingin
Agar bukan sekedar angan
Hingga pada bait terakhir puisi ini
Aku terus memikirkanmu.
TENTANG SEBAIT RASA
Cipt: Tiina Suandi (Pantofel)
Tentang kita yang tak lagi searah
Namun menyisakan kisah yang bersejarah?
Tentang kita yang dulunya menyimpann rasa
Namun kini enggan tuk bertegur sapa
Jangan terlalu memberi nyaman
Jika pada akhirnya kita hanya berteman
Bukan ingin lepas harapan Hanya tak ingin jarak menjadi alasan
Untuk bungkam dalam suatu keadaan
Harapan yang terlalu besar akan hubungan
Ternyata hanya bayangan semu semata
Terhempaskan oleh angin kencang kenyataan
Hubungan yang tak dapat berlangsung lagi
Ternyata adalah fakta yang tak bisa tertelakkan
Bukan tak percaya hubungan akan bertahan
Hanya mewanti - wanti agar jarak tak benar-benar tercipta
Namun, sekuat hati menahamu tetap disisi
Yang pergi akan tetap pergi.
D: (ER) ITA
Cipt: Tiina Suandi (Pantofel)
Adzan subuh membangunkan jiwa
Untuk menjalankan kewajiban
Matahari terbit di ufuk timur
Ayam berkokok, kicauan burung, dan suara ombak meinecah karang
Menyapa di pagi hari
Langit cevah menenangkan
Biru pekat menandakan kedalaman laut
Gunung cli pesisir tampak kokoh
Burung camar Saling beterbangan
Dermaga kayu untuk menanti senja
Awan kabut tampak tipis
Namun tidak menghalangi pandangan
Para nelayan bergegas menuju perahu
Untuk memenuhi nafkah keluarga
Terlahir tak berada
Namun tetap ceria
Bakti pada orang tua
Demi semangat cita-cita
Nafkah hasil laut tidak cukup
Dalam memenuhi kebutuhan hidup
Memikul beban di pundak
Untuk mengangkat derajatnya
Segala resiko siap dihadapi
Berbagai rintangan sudah terbayang
Melawan kerasnya hati dengan kelembutan
Tentu, restunya adalah kunci
Bekal kebutuhan seadanya
Berusaha terlihat tegar Menahan air di sudut mata
Mengikhlaskan degala keresahan
Mengkokohkan tekad untuk masa depan
Langkah kaki untuk melepas
Tanpa menoleh aku tetap berjalan
Menegakkan pundak untuk meyakinkan
Bahwa semua akan baik-baik saja
Jelas dalam ingatan
Dengan tegas ia berpesan
"Lakukanlah kebaikan, agar kebaikan mengikut padamu"
Jejak-jejak menuju kapal
Suara corong, kepakan layar, dan mesin kapal terdengar
Melepas segala keresahan
Menumpahkan kesedihan yang tertahan
Ramainya kebisingan Kota
Sekeliling terasa sepi dan asing
Kendaraan lalu lalang
Penandanya padatnya aktivitas manusia
Kesana kemari tanpa henti
Mercari tempat berstirahat
Akankah aku menemukan?
Tentu. jika aku berusaha
Meskit tidak elok, ia tetap layak
Untuk melepas penat
Memulai hidup dengan niat
Pekerjaan kecil tidak jadi masalah
Karena untuk bertahan hidup
Butuh cucuran keringat
Termenung dalan kesendirian
Meratapi tapi nasib masa depan
Berharap niat baik menjadi nyata
Agar rencana berjalan semestinya
Parihal hidup terus mengalir
Seseorang ku percaya mampu menjaga
Seseorang yang setia menemani
Pekerjaan yang sekiranya membawaku pada kehidupan layak
Justru, menggiring ku pada kesesatan hidup tak terduga
Mereka dengan keegoisannya
Memikirkan kenikmatan dunia
Dan ...
Ha....ha...ha.
Dengan santai mereka berkata
"Ayolah, hanya semalam saja. Tenang! yang kau inginkan sudah kusiapkan"
Tapi apa?
Mereka seakan tuli atas jeritan-jeritan ketakutan
Jeritan - jeritan kesakitan
Membungkam suara yang ingin lepas
Melampiaskan nafsu membabi buta
Mereka sedang kehilangan nuraninya
Mahkota yang sangat berharga
Perhiasan yang tak ternilai
Kehormatan jaga yang ku
Di rampas begitu saja
Hancur....
Hilang sudah
Entah harus bagaimana
Entah akan seperti apa
Semua terlihat gelap
Semua terasa hampa
Dunia Seakan berbalik haluan
Dunia tidak lagi memihak
Pada rencana baik berujung tragis
Pada semangat yang patah
Aku hilang arah
Serasa menemukan jalan buntu
Dengan kebingungan tak berarti
Tuhan ...
jika ini adalah takdiku
jika ini adalah jalanku
Jika ini adalah nasibku
Biar ku pasrahkan semuanya
Aku merasa nama ini adalah derita
Hidup ini adalah kisah yang tidak layak dikenang
Maka izinkan aku mengakhirinya
Dengan cara yang engkau benci.
GARIS MERAH
Cipt: Muh Rezky M (Ritardando)
Seharusnya aku tak percaya padanya...
Seharusnya aku tak hidup satu atap bersamanya...
Dia mengikutiku...
Dia terus memperhatikanku...
Aku takut, aku tak bisa lagi kemana-mana. Dia menemukanku...
2 bulan lalu aku pindah ke apartemen itu, aku membiayai hidupku dan kuliah serta tempat tinggalku dari hasil aku sebagai selebram, hidupku sempurna, setiap hari aku dipuji oleh orang orang banyak dan itu tentu membuatku bahagia. Orang sering menyapaku Remi, salah satu gadis populer di kota ini. Aku kira hari hariku yang sangat indah dan bahagia ini akan terus berlanjut setiap harinya, tapi aku rasa aku keliru, suatu hari aku selalu mendapat pesan pesan dari nomor yang sama setiap harinya dari seorang yang aku tidak ketahui, aku mencoba untuk tidak menghiraukannnya tetapi dia mencoba untuk menggangguku, sampai akhirnya aku mendapat kiriman box yang berisi potongan bangkai kucing yang berlumur darah, aku kaget dan membuang box tersebut.
Hari itu aku pulang malam karena hari ini juga ada kuliah malam, tetapi saat menuju pulang ke apartemenku, aku merasakan ada orang yang mengikutiku, aku menoleh dan benar saja ada yang mengikuti sambil memegang pisau. Aku kaget dan tanpa sadar aku mempercepat langkahku kemudian lari saat aku sadar bahwa dia juga mempercepat langkahnya, aku berlari tanpa tujuan dan tak menghiraukan aku akan tersesat atau apapun itu, tanpa sadar aku masuk ke gang kecil dan bersembunyi di belakang tong sampah yang besar. Disamping tempat sampah aku melihat pecahan kaca dan segera mengambilnya untuk berjaga jaga apabila dia menyerangku. Aku terus bersembunyi sambil memegang pecahan kaca itu, betapa kagetnya aku saat orang itu lewat di tong sampah dan berteriak dengan kasar yang membuat ketakutan.
"KELUAR KAU GADIS KEP*RAT!! Tunjukkan wajah cantikmu, aku ingin menyentuhnya dengan pisau ini!". Teriaknya
Tiba-tiba hp ku berdering dan membuatku kaget, seketika orang itu membalikkan badannya dan sadar bahwa aku sedang sembunyi dibelakang tong sampah. Aku menangis dan gemetar seluruh badan dan tak sadar bahwa tanganku sudah berdarah karena pecahan kaca yang kugenggam terlalu erat. Dia melihatku dan tersenyum kepadaku layaknya seorang psikopat.
"KETEMU KAU" senyumnya.
Dia mendekatiku dan tanpa berpikir aku mengayunkan pecahan kaca itu ke arah kakinya, dia meringis kesakitan dan berusaha mencabut pacahan kaca itu dikakinya dengan perlahan dan sementara aku berlari sekuat tenaga sampai akhirnya aku sampai ke apartemenku, karena sudah tengah malam suasananya sepi dan ditambah liftnya yang tidak aktif sehingga membuatku berlari ke arah pintu darurat. Aku berlari dan sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan keberadaannya, karena sadar aku berlari kencang dia melempar pisaunya dan mengenai kaki kiriku, aku terjatuh dan meringis kesakitan. Aku terus berlari setengah pincang dan sampai ke depan pintu apartemenku, untungnya aku sudah masuk sebelum dia menangkapku. Orang itu terus memukul mukul pintu apartemen ku, namun tiba tiba ia berhenti mendobrak pintu dan aku rasa dia telah pergi. Betapa kagetnya aku saat pintu kamar mandi terbuka dan itu adalah Jia yang sedang keluar sambil memegang pisau.
"JIA??" kataku
"Remi? Kau kenapa hm?". Tanyanya dengan tersenyum
"Ahh ini, tadi aku dikejar oleh orang yang ingin membunuhku, aku tak tahu siapa dia". Kataku dengan penuh ketakutan.
"Ohh adikku?". Katanya dengan senyuman
"APA katamu?". Lanjutku
Aku menatap Jia dan ia tersenyum kepadaku, ketika pintunya terbuka aku berbalik dan adiknya memukul kepalaku dengan tongkat bisbol dan membuatku pingsan. Aku tak lama sadar dan tubuhku sudah terikat di kursi, Jia dan Rey menghampiriku dan tertawa aku tak menyangka Jia terlibat dalam hal ini, tak lama Jia berbisik ke telingaku atas apa yang aku rasakan sekarang.
"Bagaimana rasanya Remi?". Kata Jia dengan senyum
"Apa maksudmu Jia? Kenapa kau melakukan ini semua terhadapku?" jawabku
Dia menamparku dan menjambak rambutku sambil menyentuhkan pisau ke wajahku hingga ke leher.
"Asal kau tahu, kau sudah mengambil semuanya, saat kau mulai populer, orang-orang mulai menyukaimu dan mulai menghindariku. Bahkan orang yang lama aku sukai ternyata menyukaimu karena kau populer dan cantik. Aku mau melihat apa dia masih menyukaimu apabila pisau ini mengiris wajahmu!". Katanya sambil mengiris bagian bibirku.
"Akhhh hentikan Jia, kumohon hentikan semua ini, tolongggg". Teriakku
"Percuma saja kau teriak tak ada yang bisa menolongmu, karena basement apartemen ini sudah lama tak terpakai dan takkan ada orang yang datang menolongmu". Jawabnya.
Setetes demi tetes darah mengalir dari bibirku, Jia tertawa dan merasa sangat senang saat ia menyiksaku layaknya seorang psikopat, saking senangnya ia mengambil hp ku dan memotret diriku yang terikat dan berlumuran darah. Saat setelah dia memotret ia menaruh HP itu di meja sambil merekam diriku, dan Jia membuka tas kecilnya dan mengambil sebuah topeng yang sangat mirip dengan topeng seorang psikopat yang ada di TV. Aku ketakutan dan terus berpikir bahwa aku sebentar lagi akan mati di tangan sahabatku sendiri, Jia menghampiriku dan membawa tongkat bisbol yang dipenuhi paku yang berkarat, dia mengayunkan tongkat itu kearahku dan mengenaiku dibagian punggung, setetes darah keluar melalui punggungku dan itu sangat menyakitkan. Aku merintih kesakitan dan darahku terus mengalir sambil membasahi lantai.
"K-kumohon Jia h..hentikan ini akuu s-salah! m...maa..maafkan aku Jia". Kataku dengan nada kesakitan.
"Apa? Kau menyuruhku berhenti? Remi sayang, ini masih belum selesai aku bahkan baru mau memulainya, melihatmu kesakitan membuatku semakin bergairah untuk segera membunuhmu". Kata Jia dengan senyuman lebarnya.
"Bagian tubuh mana lagi yang harus aku mainkan Remi?". Lanjutnya.
"Hentikan Jia kumohon". Teriakku dengan keras.
PLAKK...
"Dasar cewek tak tahu diri". Kata Jia
Saat setelah dia menamparku, ia kembali mengayunkan tongkat itu dan terus memukul punggungku beberapa kali, sampai tongkat itu sudah dipenuhi oleh darahku. Tak sampai situ ia mengiris daun telingaku dan sesekali membisikkan kepadaku bahwa ini sangat menyenangkan, aku teriak kesakutan tetapi ia tak mempedulikanku, sampai akhirnya ia kelelahan dan teriak sekeras mungkin sambil memegang kepalanya.
"Akhhhh sakittt akhhhh hentikan". Teriak Jia
Tiba tiba sakit kepalanya menghilang dan Jia terjatuh seakan ada yang mendorongnya, tak lama ia bangkit dan menatapku dan mengambil beberapa foto dirinya dan keluarganya dan foto diriku di saku celananya, ia melempar foto itu ke hadapanku dan segera membakarnya.
"Hah...kau ingatkan kedua orang tuaku meninggal pada tahun lalu dan tepat hari ini aku membunuhnya, aku menyiksa mereka berdua layaknya kau Remi, awalnya aku tak bermaksud tapi keduanya kehabisan darah dan akhirnya mereka berdua mati sehingga aku dan adikku menguburnya di halaman belakang dan hingga saat itu aku selalu mendapat mimpi buruk, sering berhalusinasi, mencakar diriku sendiri dan membuat luka lebam saat aku tertidur. Sudah banyak masalah yang aku sudah lewati dan aku tak memberitahukanmu karena takut kau khawatir". Kata Jia sambil menangis
Tak lama setelah itu Jia tiba tiba tertawa dihadapanku dan mengambil botol dan memecahkannya, ia menatapku sambil memegang botol yang sudah ia pecahkan sambil mengarahkan botol itu kelehernya dan mendorong pecahan botol itu sehingga merobek lehernya, ia terjatuh dan darahnya membasahi lantai. Melihat kejadian itu, Rey langsung melarikan diri tanpa mempedulikan keadaan Jia. Aku menangis dan tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku berusaha menenangkan diri sambil berusaha mengambil pecahan kaca dan memutuskan tali yang terikat di tubuhku. Talinya lepas dan aku segera mengambil hp ku yangmasih sedeng merekam dan segera menelpon polisi, tak lama setelah itu polisi datang dan berhasil menemukanku.
Akhirnya aku di bawa kerumah sakit bersama Jia tetapi sayang, Jia meninggal saat diperjalanan menuju rumah sakit karena kehilangan banyak darah. Polisi mengecek CCTV yang aktif pada saat itu dan berusaha mencari keberadaan adik Jia. Hari berlalu, aku akhirnya keluar dari rumah sakit, dan mendapat beberapa jahitan. Aku kembali ke kehidupanku yang baru, aku pindah ke tempat tinggal yang jauh lebih aman dan berusaha untuk melupakan semua mimpi buruk yang terjadi padaku pada masa lalu.
2 bulan berlalu, bel apartemenku berbunyi dan itu adalah polisi yang sudah menyelidik kasus Jia, polisi memberiku surat yang Jia tulis sebelum ia meninggal dan aku membacanya dengan seksama. Surat itu berisi salam perpisahan Jia saat sebelum ia melakukan itu terhadapku, aku menangis dan masih bertanya-tanya mengapa Jia melakukan itu semua. Aku melipat kembali surat itu dan hendak menyimpannya tapi masih ada surat kecil yang ia sisipkan. Aku rasa itu penyebab dia melakukan itu semua.
"Dia mengganggu ku tiap malam dan membuat luka lebam di tubuhku. Makhluk itu...ia merubah diriku menjadi sosok parasit yang menjijikkan. Aku tak bisa lari lagi!"
MENANTI SEBUAH NAMA
Cipt: Muh Rezky M (Ritardando)
Siang ini langit cukup mendung, matahari telah sedari tadi menyembunyikan diri di balik hitamnya awan tebal. Sekalipun begitu, hujan tak juga turun membasahi bumi. Angin bertiup sepoi-sepoi menghembusi wajahku yang sedari tadi menunggu bel pulang di kursi taman
''Keysia? Kamu kok bengong terus sih?''. Ujar Nurul yang menyadariku dalam lamunan ku.
''Nggak kok, yuk pulang''. Ajakku sambil menggandeng tangannya. Keysia dan Nurul bergegas keparkiran untuk mengambil sepeda dan bersiap untuk pulang. Saat ditengah jalan, Keysia merasakan getaran HP disakunya, ia berhenti sejenak dan diikuti oleh Nurul di belakang nya dengan ekspresi bingung. Ternyata pihak rumah sakit sedang menelponnya dan segera Keysia mengangkatnya. Nurul yang melihat ekspresi Keysia ikut merasa tak tenang, tiba-tiba Nurul kaget saat Keysia tiba-tiba melajukan sepedanya dengan cepat.
Keysia melajukan sepedanya dengan kecepatan tinggi, ia sudah tak peduli dengan keringat yang mengucur deras diwajahnya, rambutnya yang acak-acakan serta ban sepeda nya yang hendak terlepas dari tempatnya akibat ulahnya. Dan luar biasa, dalam 5 menit ia bisa tiba dirumah sakit dengan jarak kurang lebih 2 KM. Gadis itu kemudian memarkirkan sepedanya di dekat parkiran sepeda motor dan bergegas masuk ke rumah sakit dan menuju ruangan ibunya dirawat, alangkah paniknya gadis itu saat dokter berusaha melepaskan alat bantu pernapasan ibunya.
''Dok! Ibu aku gimana?''. Ucap panik gadis itu dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
''Maaf Keysia, tapi dokter sudah melakukan yang terbaik buat ibu kamu, tapi tuhan lebih sayang pada ibumu. Kamu yang sabar ya Keysia''. Tangis Keysia pecah saat mendengar tutur dokter Fahri dan ia segera menghampiri ibunya yang sudah tak bernyawa.
''Bu! Bangun bu!! jangan tinggalin Keysia, Putra dan Meysia masih butuh pelukan ibu...Huhuhu...''. Tangis Keysia pecah sambil memeluk tubuh ibunya, dibelakang sana terlihat Nurul yang menangis dalam diam melihat satu-satunya sahabat dalam hidupnya telah saja kehilangan ibunya, Nurul tak menghampiri Meysia agar gadis itu bisa memeluk ibunya untuk terakhir kalinya.
Pagi itu beberapa bendera putih terlihat berkibar di halaman rumah Keysia, satu demi satu tetangga mengunjungi rumah gadis itu untuk berbela sungkawa. Keysia dan kedua adiknya menangis sambil memeluk jasad ibunya. Satu demi satu teman Keysia datang dan berbela sungkawa atas kematian ibu gadis itu.
...
Satu minggu berlalu...
Hari demi hari Keysia menjalani hidupnya tanpa kedua orang tuanya, Ayah Keysia telah lama pergi meninggalkan ibu gadis itu saat ibu Keysia sering sakit-sakitan. Sejak saat itu Keysia sangat berhati-hati dengan seorang laki-laki karena faktor kekejaman ayahnya yang dilakukan kepada ibu gadis itu.
Jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan gadis 17 tahun itu masih saja bersarang dibalik selimutnya, sadar akan sinar matahari yanng mengenai matanya, Keysia terbangun panik dan segera membangunkan kedua adiknya yang masih tertidur juga. Setelah membangunkan kedua adiknya, Keysia langsung menuju kamar mandi,dan setelah selesai ia membuatkan sarapan buat kedua adiknya. 15 menit berlalu, keysia langsung bergegas mengambil sepedanya dan segera menuju sekolah kedua adiknya.
Kedua adiknya panik saat Keysia melajukan sepedanya seperti orang gila, dan hebatnya Keysia sampai disekolah adiknya dengan waktu 7 menit dengan jarak 5 KM. Belum sempat kedua adiknya memberi salam kepada kakaknya, gadis itu sudah melajukan sepedanya dengan kecepatan tinggi, kedua adiknya terlihat bingung dengan kelakuan kakak satu-satunya itu. Jantung keysia sudah berdetak kencang saat jam tangan nya menunjukkan pukul 07:40 yang berati dia sudah terlambat 10 menit. Untungnya gerbang masih terbuka setengan antara senang dan bingung sebab jam hampir menunjukkan angka 8 dan gerbang masih terbuka untuknya. Gadis itu menuju parkiran dan memarkirkan sepedanya disebelah puluhan motor lainnya.
''Duh kok becek banget sih, perasaan semalam hujannya cuma bentar doang''. Ucapnya kesal saat sepatunya sudah dipenuhi lumpur. Gadis itu kemudian dengan hati-hatinya menjauh dari parkiran agar roknya tidak terkena lumpur
TIINNN.....
CRASSSSSS
Keysia terdiam mematung saat melihat rok putihnya sudah berubah menjadi coklat ketika lima buah motor besar melewatinya dan menyipratkan lumpur padanya.para laki-laki itu mungkin tidak melihatnya. Tidak, salah satu laki-laki itu melihatnya tapi ia tidak peduli denagn keberadaan Keysia.
''Tanggung jawab''. Ujar Keysia tanpa basa basi pada salah satu pria yang kini berdiri di tengah tengah mereka. Kening laki-laki itu mengerut.
''Tanggung jawab apa? Gue gak pernah ngehamilin lo!''
Keysia terkejut mendengar itu, bukan tanggung jawab soal itu melainkan tanggung jawab soal roknya yang sudah kotor.
''Dasar cowok mesum, liat nih rok aku kotor gara-gara kelakuan lo, bisa gak sih bawa motor yang bener, sok gaya-gayaan bawa motor tapi gak tau cara pakai yang bener''. Ucap Keysia sambil menunjuk wajah laki-laki itu.
Kelima laki-laki itu hanya bisa bengong mendengar omelan cewek aneh yang ada dihadapannya, berani-beraninya cewek dekil seperti itu mengomeli pemilik sekolah ini. Raya, laki-laki yang sedari tadi gadis itu omeli terlihat mendekat dan memajukan wajahnya tepat didepan wajah Keysia, gadis itu kaget karena ujung hidung mereka bersentuhan. Deruh napas kedua insan itu terasa satu sama lain dan membuat wajah Keysia memerah. Alangkah terkejutnya Keyia saat bibir Raya mengkecup pipi gadis itu.
''Dasar bawel''. Ucap Raya saat sesudah mencium pipi gadis itu dan segera masuk ke kelasnya dan diikuti oleh keempat temannya.
Keysia mematung hingga Nurul datang menepuk bahunya dan menyadarkan Keysia dari lamunannya.
''Gue bingung ama lo Key, ngapain lo disini kek tiang?''. Kesal Nurul terhadap sahabatnya. Sadar akan dirinya, gadis itu berlari ke WC untuk membersihkan roknya yang kotor. Selama di WC, gadis itu terus-menerus mengutuk laki-laki itu.
Tepat pada pukul 08:00, Keysia baru memasuki kelas dan alhasil guru yang mengajar dikelas hanya bisa menghela napas dan segera menyuruh gadis itu membersihkan lapangan. Keysia memang dikenal dengan gadis yang malas tapi ia mempunyai sikap yang sangat baik. Helai demi helai daun Keysia pungut dipinggir lapangan dan sudah sejam tapi daun tak terlihat berkurang. Kebetulan jam pelajaran olahraga basket Raya dilakukan dilapangan itu juga, Keysia masih sibuk dengan hukumannya. Saat Raya hendak mengoper bola, salah satu teman Raya tak menggapai bola itu hingga bola melaju di kepala Keysia.
BRUKK...
Keysia terjatuh hingga pingsan dan sadar akan kelakuannya, Raya membopong tubuh Keysia dan berlari menuju UKS. Sejam berlalu Keysia perlahan-lahan membuka matanya dan yang pertama ia lihat yaitu laki-laki yang menciumnya sedang tertidur pulas disampingnya sambil memegang tangannya.
''KYAAAA......DASAR COWO MESUM''. Teriak keysia dan berhasil membangunkan pemuda itu. Keysia tambah panik saat sadar bahwa satu kancing bajunya terbuka.
''LO APAIN GUE HAH??''. Panik Keysia sambil memukul laki-laki itu menggunakan bantal yang ia pakai tidur tadi.
''HEIIII, tenang dulu, siapa juga yang apa-apain lo''. Ucap Raya sambil melindungi tubuhnya dari serangan Keysia.
''Eh bentar, kamu kan yang tadi pagi kan?". Ucap Keysia sambil menutupi mulutnya dengan tangannya.
"Hmm". Ucap singkat Raya.
''Kayaknya gue suka ama lo deh''. Lanjut Raya sambil mengelus kepala Keysia dan langsung pergi begitu saja. Keysia yang mendapat perlakuan seperti itu mendadak gugup dan detak jantungnya terasa begitu cepat dan suhu tubuhnya seketika menghangat. Sejak saat itu hubungan Keysia dan Raya bagai seekor kucing dan tikus, mereka setiap hari bertengkar lalu berbaikan begitu saja. Hari- hari Keysia terasa sangat indah disaat Raya ada di sampingnya dan begitupun sebaliknya, Nurul yang setiap hari melihat kebersamaaan Raya dan Keysia hanya bisa tersenyum tipis.
Di pagi hari seperti biasa, Raya dan Keysia datang kesekolah bersamaan, Nurul yang melihat itu hanya menampakkan wajah yang datar, entah apa yang ia pikirkan. Saat di kelas tiba-tiba Nurul menghampiri Keysia dan mengajak gadis itu ke mall, Nurul juga menyarankan untuk mengajak Raya. Tanpa pikir panjang Keysia setuju dan ia mengambil handphone nya dan menghubungi Raya untuk ikut dengannya, tak lama Raya setuju dan mereka besok akan pergi ke mall.
Keesokan harinya mereka berangkat dan tak lama mereka pun sampai. Sudah sejam lebih Raya menunggu kedua gadis itu memilih-milih baju dan sampai sekarang mereka belum juga selesai. Sadar akan keberadaan Raya, Keysia pun menyarankan untuk mencari makan dulu. Tak lama berjalan, mereka pun menemukan tempat makan yang sangat cocok untuk perut mereka bertiga. Saat menunggu makanan, Keysia izin ke toilet dan saat hendak ingin berdiri Nurul pun ingin pergi juga. Tersisa lah Raya ditempat itu.
Saat di toilet, Keysia panik saat pintu toilet itu tak bisa dibuka, ia berteriak tapi toilet itu sepertinya kedap suara. Di satu sisi Nurul menghampiri Raya, dahi Raya berkerut saat Nurul datang tanpa Keysia.
''Mana Keysia?''. Ucap Raya.
''Tadi pas keluar toilet, Keysia terima telpon dan pas selesai dia langsung pergi aja''. Bohong Nurul.
''Kok gak bilang ama gua dulu sih?''. Kesal Raya
''Nggak tau tuh". Cuek Nurul
''Kayaknya dia pulang deh, soalnya suara telpon tadi kayak suara adiknya, mau susulin Keysia gak?''. Lanjut Nurul.
''Ya udah''. Ucap Raya
Mereka berdua pun keparkiran dan bergegas kerumah Keysia, saat dijalan kelakuan Nurul sangat kurang ajar, ia selalu sengaja mengelus tangan Raya dan sesekali mengelus paha Raya. Raya yang merasa tak nyaman, tiba-tiba menghentikan mobil.
''TURUN''. Ucap dingin Raya. Mendengar ucapan Raya, Nurul langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Raya dan mencium bibirnya kaget dan Nurul masih saja menarik-narik kerah baju Raya agar tubuh mereka mendekat. Raya yang sudah syok tiba-tiba menancap gas, tetapi Nurul ,asih saja mnedekatkan wajahnya ke wajah Raya. Hingga saat lampu merah menyala, mobil Raya masih saja melaju, konsentrasi Raya hilang, tiba-tiba mobil truk di arah lain datang dan menabrak mobil Raya, mobil Raya terhempas hingga 10 meter.
Di satu sisi, Keysia masih saja terkurung di Wc itu dan tak lama petugas kebersihan datang dan membukakan pintu WC itu. Keysia merasa lega dan berterimah kasih kepada petugas itu. Keysia bergegas ke meja makan itu, tapi Nurul dan Raya sudah tak ada lagi. Keysia mengalihkan perhatinnya di slah satu televisi di mall itu dan memberitakan bahwa sebuah mobil tertabrak oleh truk, mendadak perasaan Keysia tak enak. Tak pikir lama ia langsung menelpon Raya tapi panggilan itu tak diangkatnya, perasaan Keysia bertambah tak enak.
Saat ia keluar dari mall, 2 mobil ambulans melaju didepannya, entah perasaan apa itu tapi Keysia ingin mengikuti ambulans itu. Keysia menghentikan taksi dan mengikuti ambulans itu. Sesampainnya di rumah sakit, alangkah kagetnya Keysia saat melihat Nurul dan Raya berlumuran darah.
2 bulan berlalu...
Nurul dan Raya masih belum sadar dan Keysia masih setia merawat sahabat dan orang paling berarti baginya. Saat itu Keysia mengunjungi kamar rawat Nurul, ia sangat ingin mengetahui mengapa semua kejadian itu terjadi. Tak lama mata Nurul terbuka dan orang pertama yang sadar akan hal itu ialah Keysia sendiri. Nurul meneteskan air matanya saat ia melihat Keysia berada di sisinya.
''Maafin gue Key''. Ucap lemah Nurul
''Nurul, kamu sudah sadar? Syukurlah''. Ucap haru Keysia
''Maafin gue Key, ini salah gue''. Tangis Nurul
''Apa yang sebenarnya terjadi Nurul?''. Ucap penasaran Keysia. Tak lama Nurul menceritakan semuanya dan itu membuat Keysia tak menyangka dengan Nurul, sungguh tega ia melakukan semua itu.
''Tega kamu Nurul, gue kecewa ama lo''. Ucap Keysia sambil meneteskan air matanya dan pergi dari tempat itu.
Saat keluar dari tempat Nurul, Keysia panik saat banyak petugas kesehatan diruangan Raya. Ternyata alat pernapasan Raya dilepas, dan itu membuat Keysia dan kedua orang tua Raya menangis histeris. Kini hanya kenangan itu yang tersisa, tak ada lagi tawa bahagia yang akan mengisi hari-hari Keysia lagi, sahabat yang tega mengkhianatinya dan oarang yang sangat spesial bagi Keysia sudah dipanggil oleh yang maha kuasa. Keysia hanya bisa pasrah dan terus menjalani sisa hidupnya.
Matahari tampak menyembunyikan dirinya dibalik awan hitam, angin yang sangat kencang dan awan yang menghitam yang menandakan bahwa hujan akan turun. Tetes demi tetes rintik hujan membasahi tubuh Keysia yang sedari tadi duduk di makam Raya.
''terima kasih untuk semuanya, aku bahagia saat-saat bersamamu, aku mencintaimu. Semoga kamu tenang disana yah''.
SERPIHAN MAAF
Cipt: Isnaeni (Relief)
Seorang gadis remaja dengan alis yang tebal, warna kulit yang sawo matang, dan dengan menggunakan seragam putih abu-abu yang sangat rapih. “Yahh sebut saja namanya Melly.” Seorang gadis berkacamata tebal yang duduk disudut ruang perpustakaan. Dia dikenal sebagai gadis cupu, jelek, culun, dekil, dan lain-lain.
Tak sedikit perkataan yang sering ia dengarkan, bagi Melly perkataan demikian sudah tidak asing didengar ditelinganya. Sejak saat itu hingga sekarang ejekan itu memang selalu ia dengar dari teman-temannya. Namun hal itu tak membuat ia putus asah, ia hanya mengabaikan perkataan teman-temannya dan menganggapnya seperti angin yang berlalu.
Saat bel istirahat tiba ia paling suka menyendiri. Membaca buku adalah hobinya dan baginya perpustakaan adalah teman setianya. Tiada hari tanpa berkunjung ke perpustakaan dan hampir sebagian buku-buku yang ada di perpustakaan sudah pernah ia baca. Bahkan tak pernah sedikit pun ia bosan melewati jam istirahatnya untuk membaca buku di perpustakaan sekolah.
Suatu ketika saat jam istirahat ia sedang menuju ke perpustakaan untuk membaca, tiba-tiba ada 2 orang teman yang menghampirinya.
“Ehh ada si cupu tuhh, malas banget gua dekat-dekat dia, badanya bau.” ( Ujar Clara teman kelasnya ).
Clara dan teman-teman lainnya memang termasuk orang yang sering membully Melly, bagi mereka Melly adalah gadis yang berbeda. Melly sangat jelek, cupu, dekil, dan sebagainya. Berbeda dengan Clara yang terkenal dengan kecantikannya, dia cewek yang kaya, berkulit putih, bertubuh tinggi, dan berhidung mancung. Dari fisik dia memang terlihat sempurna. Akan tetapi, ia sangat angkuh dan sombong.
Hobi mereka memang membully orang-orang seperti Melly, namun kelebihan dari Melly adalah ia seorang gadis yang sabar. Ia tetap tersenyum walau hatinya terluka, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan pula. “Inilah kecantikan sesungguhnya, tidak melihat dari fisiknya melainkan kecantikan yang melekat pada hatinya.”
Melly adalah seorang gadis desa yang sangat cupu dan selalu memakai kacamata jadul yang besar. Ia juga tak pernah lepas dari logat Jawanya yang medok. Kebetulan, Melly adalah asli Jawa. Namun, Ia sekarang tinggal dan menjadi warga penduduk Parepare. Karena kebetulan Ayah dan Ibunya saat ini bermata pencaharian di Parepare. Ibu Melly bernama Salwa sedangkan Ayahnya bernama Salamet.
Melly bersekolah di SMA Negeri 4 Parepare. Ia juga merupakan siswa yang berprestasi disekolah. Saat ujian Melly selalu mendapatkan juara umum. Akan tetapi karena keculunanya, teman-temannya sering mengejeknya setiap hari dan tak ada yang mau berteman dengannya. Tak hanya itu, ia juga sering dimanfaatkan oleh teman-temanya untuk mengerjakan tugas sekolah.
“Hai cupu! Cepat kerjakan semua tugas-tugasku ini !!!”(Kata Clara)
“Tapi Clara, mengapa tidak kamu saja yang mengerjakan tugas-tugasmu sendiri?” (Jawab Melly).
“Oohh begitu.. Kau sudah berani melawanku?!! Kau tau kan apa akibatnya jika kau tak mau menuruti semua perintahku?” (Tegas Clara).
“Ba...ba...ba...baiklah Clara. Aku akan mengerjakan tugas-tugasmu ini.”
Beberapa minggu kemudian....
Ujian kenaikan kelas pun tiba. Semua siswa telah mempersiapkan jauh-jauh hari. Tapi tidak dengan Clara, dia hanya mengandalkan jawaban dari Melly.
“Cupu! Kau nanti harus memberikan lembar jawaban ujianmu padaku !!” (Kata Clara memaksa)
“Tapi Clara..”(Bantah Melly)
“Jangan coba-coba melawanku.”(Kata Clara)
“Baiklah” (Ucap Melly dengan pelan)
Sejak saat itu, Melly selalu memberikan jawaban ujiannya dan mengerjakan semua tugas-tugas Clara.
Setelah seminggu selesai ujian, Clara kembali mengejek Melly dengan kata-katanya yang menyakitkan hati. Tapi Melly tak pernah sedikit pun marah kepada Clara dan teman-teman lainnya.
Suatu ketika pada saat liburan sekolah pun tiba, SMA Negeri 4 Parepare mengadakan liburan sekolah sekaligus camping. Seluruh siswa wajib mengikuti liburan tersebut.
Pada saat liburan, Clara pun tak pernah absen untuk mengejek Melly. Bahkan ia memerintahkan Melly untuk membawa barang-barangnya yang sangat berat itu. Clara memang tidak punya hati, dia adalah orang yang sangat egois dan selalu memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain.
Melly pun tak pernah menceritakan kelakuan teman-temannya disekolah kepada orang tuanya. Baginya itu hanya candaan biasa yang dilakukan anak-anak SMA jaman sekarang. Melly pun tidak pernah mempermasalahkan semua itu.
Liburan pun telah selesai dan semua siswa telah kembali ke sekolah. Dan tidak ada satu pun siswa yang tidak naik kelas, termasuk Clara dan teman-temannya. Karena berkat Melly Clara dapat naik kelas.
Pada saat ajaran baru, SMA Negeri 4 Parepare kedatangan murid baru. Murid baru itu bernama Natasya Angelista. Ia pindahan dari Makassar dan kebetulan Natasya duduk sebangku dengan Melly.
“Hai namaku Natasya Angelista, bisa dipanggil Tasya.” (Sapa Tasya sambil mengulurkan tangannya kepada Melly)
“Nama Saya Melly Adriani, bisa dipanggil Melly” (Balas Melly dengan senyum dan berjabat tangan).
Sejak saat itu, Melly jadi dekat dengan Tasya. Tasya adalah anak yang pintar, tetapi dibandingkan dengan Melly, Melly jauh lebih pintar dari pada Tasya. Mereka berdua sering belajar bersama dirumahnya Melly.
“Assalamualaikum Ibu...!!” (Panggil Melly)
“Ono opo toh ndok? (Tanya Ibunya)
“Iki loh Ibu, Melly punya teman baru”
“Oohh halo ndok !! Saya Ibunya Melly” (Sapa Ibunya dengan lembut)
“Halo Ibu, senang bertemu dengan ibu!! (Jawab Tasya dengan tersenyum)
“Silahkan duduk ndok, Ibu permisi ke belakang sebentar ya ndok.” (Kata Ibu Melly)
“Sebentar ya Tasya, Aku mau ganti baju dulu.” (Sambung Melly)
“Ohiya silahkan Melly” (Jawab Tasya).
Keesokan harinya, Clara bertemu dengan Melly dan Tasya disekolah. Kebetulan mereka bertiga satu kelas lagi. Seperti biasa, Clara mengejek Melly dengan kata-kata mutiaranya itu.
“Selamat pagi cupu !! Sudah punya teman ya sekarang? Hahaha!! (Cetus Clara sambil menyindir).
Melly pun hanya membalas dengan senyuman manis.
“Dia itu siapa sih Melly?” (Tanya Tasya)
“Oohh dia itu Clara, anak yang sering mengejekku.” (Jawab Melly)
“Kok kamu diam aja sihh dienjak kayak gitu? Lawan dong Melly” (Kata Tasya)
“Gak papa, tidak usah dibalas” (Jawabnya Melly dengan santai)
Tasya yang siswa baru, baru mengetahui kalau Melly sahabatnya sendiri sering diejek oleh Clara. Dan Tasya sudah berusaha untuk melawan Clara, Tapi Melly tetap diam membalas Clara dengan senyumnya saja.
Semakin hari tingkah Clara semakin menjadi-jadi pada Melly. Melly pun tetap diam melihat itu semua dan tak pernah dendam kepada Clara. Akan tetapi, Tasya yang sangat kesal melihat tingkah lakunya Clara kepada sahabat baiknya itu, Ia hanya ingin membalas perkataan-perkataan Clara tetapi Melly melarangnya.
“Melly kok sabar banget sih jadi orang. Kalau Aku jadi dia mungkin udah Aku balas tuh semua ejekan-ejekan Clara”. (Kata Tasya dalam hati)
Keesokan harinya, Melly sedang berjalan-jalan sore tanpa ditemani Tasya. Tiba-tiba ia melihat sekumpulan orang ramai.
“Maaf pak ini ada apa yah, Kok ramai sekali? (Tanya Melly dengan heran)
“Ada seorang anak yang jatuh naik sepeda motor.” (Jelas Bapak itu)
“Yowess, coba Saya lihat. Siapa tahu saya mengenalnya.” (Kata Melly)
“Ohiya silahkan nak...”
Melly pun segera melihat anak itu, dan ternyata anak itu adalah Clara. Tanpa berpikir panjang lagi, Melly pun langsung membawa ke rumahnya dan mengobati luka dikaki Clara.
“Dimana Aku? Sedang apa Aku disini? Kau menculikku cupu?” (Tanya Clara dengan sedikit menjauh dari Melly)
“Tidak kok, jangan menuduh sembarangan. Tadi kamu jatuh saat mengendarai motor dijalan dekat rumahku, Lahh Aku pun langsung membawamu ke rumahku.” (Jelas Melly panjang lebar)
“Tak usah banyak alasan lagi!! Kau pasti ingin balas dendam dengan cara menculikku kan, culun?! Sudahlah lebih baik kau mengaku saja!!!” (Cetus Clara)
“Tidak, saya tidak ingin balas dendam denganmu. Saya hanya ingin menolong mu saja toh.” (Kata Melly lagi)
“Alah! Sudahlah culun! Tak usah mengelak lagi!!” (Kata Clara dan langsung meninggalkan si gadis culun).
Keesokan harinya, Melly menceritakan kejadian kemarin sore kepada Tasya disekolah. Tasya sudah mendengarkan semua cerita Melly dengan jelas dan tanpa sepengetahuan Melly, Tasya mendatangi Clara dan memakinya.
“Eh, Clara! Kamu sadar gak sih? Kemarin sore, Melly itu udah niat tolongin ! Tapi kamu malah menuduhnya sembarangan! Sadar dong !!”(Maki Tasya dengan kasar)
“Tau apa kamu tentang kejadian kemarin sore? Ha?! Jangan asal ngomong deh kamu! Anak baru saja sudah belagak!” (Clara kembali memakinya).
Tak lama kemudian, Melly datang. Ia kaget melihat Tasya adu mulut dengan Clara. Melly segera melerai mereka. Tetapi mereka tetap adu mulut. Akhirnya, Melly membawa Tasya pergi jauh-jauh dari Clara.
“Kamu itu ngapain berantem dengan Clara?” (Tanya Melly sambil menatap muka Tasya).
“Ya aku kesal saja sama Clara. Seenak-enak saja dia mengejekmu!” (Kata Melly)
“Haduh Tasya, Saya sudah bilang Clara itu anaknya memang begitu. Tidak usah diladenin lagi.”
“Sampai kapan sih kamu mau sabar sama semua tingkah-tingkah Clara yang udah kelewatan batas?” (Tasya kembali melawan perkataan Melly).
“Sudahlah, Tasya diamkan saja.” (Balas Melly).
(Tasya tak membalas perkataan Melly lagi).
Dua hari kemudian, Clara jatuh sakit dan Ia demam tinggi. Clara memutuskan untuk tidak ke rumah sakit dan tetap dirawat di rumah saja. Karena melihat kondisi Pandemi Covid-19 yang semakin merajalelah. Ibunya berpikir jika anaknya di bawah di rumah sakit jangan sampai penyakit Clara semakin memburuk, karena di rumah sakit begitu banyak pasien yang terkena covid-19. Dan Ia juga takut jika anaknya nanti tertular.
Sudah tiga hari Clara jatuh sakit dan tidak masuk sekolah. Orang tuanya pun telah mengirim surat kesekolah. Teman-teman Clara juga sudah mengetahui bahwa Clara saat ini sakit dan tak bisa mengikuti pembelajaran seperti biasanya.
“Bagus deh Clara gak masuk sekolah. Kelas jadi aman, gak ada yang jail dan gak ada lagi yang sering ngejek kita.”(Kata Tasya sambil ketawa kecil)
“Hahahaha, betul tuh, Tasya! Setuju banget deh sama kamu.”(Sambung anak-anak kelas lainnya).
“Tidak boleh begitu, walaupun Clara sering ngejek kita, Clara itu juga termasuk teman kita. Tidak baik seperti itu sama teman sendiri. Lebih baik kita jenguk dia saja. Kasihan dia nggak ada yang jenguk.” (Ujar Melly)
“Engga deh, gua malas jenguk dia. Dia udah jahat sama kita, ya gak temen-temen?” jawab Tasya dan mengharapkan jawaban dari temen-temen sekelasnya.
“Ya sudah kalau kalian tidak mau jenguk Clara, biar saya saja yang menjenguknya sendirian.” (Kata Melly)
Bell sekolah pun berbunyi, sekarang sudah pukul 14.00, menunjukkan waktu pulang telah tiba. Semua siswa kembali ke rumahnya. Dan Melly pun bergegas untuk menjenguk Clara di rumahnya.
Assalamualaikum! Apa benar ini rumahnya Clara?”(Melly mulai bertanya)
“Iya benar, maaf kamu siapa ya nak?” (Sapa Ibunya Clara dengan lembut).
“Saya temannya Clara Ibu.” (Kata Clara dengan senyum)
“Oh mari silahkan masuk." (Ajak Ibunya Clara)
“Terimakasih banyak Ibu.” (Melly segera masuk ke kamarnya Clara. Kebetulan, Clara sedang menonton TV).
“Halo Clara, selamat siang! Gimana keadaan kamu sekarang? Sudah enakan belum?” (Tanya Melly).
“Melly?!! Ngapain kamu jenguk aku? Aku ini sudah jahat sama kamu, tapi kamu masih mau menjenguk Aku. Teman-teman ku saja tidak ada yang mau menjenguk ku.” (Kata Clara kaget).
“Sudah, tidak usah di tanyakan lagi. Ohiya, Saya bawain kamu buah. Maaf, buahnya cuma sedikit.” (Kata Melly sambil senyum).
“Ya ampun Melly, Terimakasih banyak. Kamu ini baik sekali sama Aku, padahal aku sudah sering mengejek mu. Sekali lagi, terimakasih.
“Hehehehehe, sama-sama. Ya sudah, aku mau pulang dulu. Jangan lupa dimakan buahnya. Kamu pasti bisa sembuh, Clara!
“Iya Melly terimakasih yah sudah mau menjenguk ku.”(Clara berterima kasih kepada Melly)
Sejak saat itu Clara pun sadar, sikapnya sudah keterlaluan. Sekarang Ia juga sudah berteman dengan Melly dan Tasya. Clara juga tidak akan mengejek dan menghina orang lagi. Clara juga sudah rajin belajar dan ketika ujian, Ia tak pernah menyontek lagi. Para guru disekolah dan orang tua Clara, senang melihat perubahan sikap Clara yang semakin baik.
DIBALIK KACA
Cipt : Isnaeni (Relief)
Seorang gadis remaja dengan alis yang tebal, warna kulit yang sawo matang, dan dengan menggunakan seragam putih abu-abu yang sangat rapih. “Yahh sebut saja namanya Melly.” Seorang gadis berkacamata tebal yang duduk disudut ruang perpustakaan. Dia dikenal sebagai gadis cupu, jelek, culun, dekil, dan lain-lain.
Tak sedikit perkataan yang sering ia dengarkan, bagi Melly perkataan demikian sudah tidak asing didengar ditelinganya. Sejak saat itu hingga sekarang ejekan itu memang selalu ia dengar dari teman-temannya. Namun hal itu tak membuat ia putus asah, ia hanya mengabaikan perkataan teman-temannya dan menganggapnya seperti angin yang berlalu.
Saat bel istirahat tiba ia paling suka menyendiri. Membaca buku adalah hobinya dan baginya perpustakaan adalah teman setianya. Tiada hari tanpa berkunjung ke perpustakaan dan hampir sebagian buku-buku yang ada di perpustakaan sudah pernah ia baca. Bahkan tak pernah sedikit pun ia bosan melewati jam istirahatnya untuk membaca buku di perpustakaan sekolah.
Suatu ketika saat jam istirahat ia sedang menuju ke perpustakaan untuk membaca, tiba-tiba ada 2 orang teman yang menghampirinya.
“Ehh ada si cupu tuhh, malas banget gua dekat-dekat dia, badanya bau.” ( Ujar Clara teman kelasnya ).
Clara dan teman-teman lainnya memang termasuk orang yang sering membully Melly, bagi mereka Melly adalah gadis yang berbeda. Melly sangat jelek, cupu, dekil, dan sebagainya. Berbeda dengan Clara yang terkenal dengan kecantikannya, dia cewek yang kaya, berkulit putih, bertubuh tinggi, dan berhidung mancung. Dari fisik dia memang terlihat sempurna. Akan tetapi, ia sangat angkuh dan sombong.
Hobi mereka memang membully orang-orang seperti Melly, namun kelebihan dari Melly adalah ia seorang gadis yang sabar. Ia tetap tersenyum walau hatinya terluka, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan pula. “Inilah kecantikan sesungguhnya, tidak melihat dari fisiknya melainkan kecantikan yang melekat pada hatinya.”
Melly adalah seorang gadis desa yang sangat cupu dan selalu memakai kacamata jadul yang besar. Ia juga tak pernah lepas dari logat Jawanya yang medok. Kebetulan, Melly adalah asli Jawa. Namun, Ia sekarang tinggal dan menjadi warga penduduk Parepare. Karena kebetulan Ayah dan Ibunya saat ini bermata pencaharian di Parepare. Ibu Melly bernama Salwa sedangkan Ayahnya bernama Salamet.
Melly bersekolah di SMA Negeri 4 Parepare. Ia juga merupakan siswa yang berprestasi disekolah. Saat ujian Melly selalu mendapatkan juara umum. Akan tetapi karena keculunanya, teman-temannya sering mengejeknya setiap hari dan tak ada yang mau berteman dengannya. Tak hanya itu, ia juga sering dimanfaatkan oleh teman-temanya untuk mengerjakan tugas sekolah.
“Hai cupu! Cepat kerjakan semua tugas-tugasku ini !!!”(Kata Clara)
“Tapi Clara, mengapa tidak kamu saja yang mengerjakan tugas-tugasmu sendiri?” (Jawab Melly).
“Oohh begitu.. Kau sudah berani melawanku?!! Kau tau kan apa akibatnya jika kau tak mau menuruti semua perintahku?” (Tegas Clara).
“Ba...ba...ba...baiklah Clara. Aku akan mengerjakan tugas-tugasmu ini.”
Beberapa minggu kemudian....
Ujian kenaikan kelas pun tiba. Semua siswa telah mempersiapkan jauh-jauh hari. Tapi tidak dengan Clara, dia hanya mengandalkan jawaban dari Melly.
“Cupu! Kau nanti harus memberikan lembar jawaban ujianmu padaku !!” (Kata Clara memaksa)
“Tapi Clara..”(Bantah Melly)
“Jangan coba-coba melawanku.”(Kata Clara)
“Baiklah” (Ucap Melly dengan pelan)
Sejak saat itu, Melly selalu memberikan jawaban ujiannya dan mengerjakan semua tugas-tugas Clara.
Setelah seminggu selesai ujian, Clara kembali mengejek Melly dengan kata-katanya yang menyakitkan hati. Tapi Melly tak pernah sedikit pun marah kepada Clara dan teman-teman lainnya.
Suatu ketika pada saat liburan sekolah pun tiba, SMA Negeri 4 Parepare mengadakan liburan sekolah sekaligus camping. Seluruh siswa wajib mengikuti liburan tersebut.
Pada saat liburan, Clara pun tak pernah absen untuk mengejek Melly. Bahkan ia memerintahkan Melly untuk membawa barang-barangnya yang sangat berat itu. Clara memang tidak punya hati, dia adalah orang yang sangat egois dan selalu memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain.
Melly pun tak pernah menceritakan kelakuan teman-temannya disekolah kepada orang tuanya. Baginya itu hanya candaan biasa yang dilakukan anak-anak SMA jaman sekarang. Melly pun tidak pernah mempermasalahkan semua itu.
Liburan pun telah selesai dan semua siswa telah kembali ke sekolah. Dan tidak ada satu pun siswa yang tidak naik kelas, termasuk Clara dan teman-temannya. Karena berkat Melly Clara dapat naik kelas.
Pada saat ajaran baru, SMA Negeri 4 Parepare kedatangan murid baru. Murid baru itu bernama Natasya Angelista. Ia pindahan dari Makassar dan kebetulan Natasya duduk sebangku dengan Melly.
“Hai namaku Natasya Angelista, bisa dipanggil Tasya.” (Sapa Tasya sambil mengulurkan tangannya kepada Melly)
“Nama Saya Melly Adriani, bisa dipanggil Melly” (Balas Melly dengan senyum dan berjabat tangan).
Sejak saat itu, Melly jadi dekat dengan Tasya. Tasya adalah anak yang pintar, tetapi dibandingkan dengan Melly, Melly jauh lebih pintar dari pada Tasya. Mereka berdua sering belajar bersama dirumahnya Melly.
“Assalamualaikum Ibu...!!” (Panggil Melly)
“Ono opo toh ndok? (Tanya Ibunya)
“Iki loh Ibu, Melly punya teman baru”
“Oohh halo ndok !! Saya Ibunya Melly” (Sapa Ibunya dengan lembut)
“Halo Ibu, senang bertemu dengan ibu!! (Jawab Tasya dengan tersenyum)
“Silahkan duduk ndok, Ibu permisi ke belakang sebentar ya ndok.” (Kata Ibu Melly)
“Sebentar ya Tasya, Aku mau ganti baju dulu.” (Sambung Melly)
“Ohiya silahkan Melly” (Jawab Tasya).
Keesokan harinya, Clara bertemu dengan Melly dan Tasya disekolah. Kebetulan mereka bertiga satu kelas lagi. Seperti biasa, Clara mengejek Melly dengan kata-kata mutiaranya itu.
“Selamat pagi cupu !! Sudah punya teman ya sekarang? Hahaha!! (Cetus Clara sambil menyindir).
Melly pun hanya membalas dengan senyuman manis.
“Dia itu siapa sih Melly?” (Tanya Tasya)
“Oohh dia itu Clara, anak yang sering mengejekku.” (Jawab Melly)
“Kok kamu diam aja sihh dienjak kayak gitu? Lawan dong Melly” (Kata Tasya)
“Gak papa, tidak usah dibalas” (Jawabnya Melly dengan santai)
Tasya yang siswa baru, baru mengetahui kalau Melly sahabatnya sendiri sering diejek oleh Clara. Dan Tasya sudah berusaha untuk melawan Clara, Tapi Melly tetap diam membalas Clara dengan senyumnya saja.
Semakin hari tingkah Clara semakin menjadi-jadi pada Melly. Melly pun tetap diam melihat itu semua dan tak pernah dendam kepada Clara. Akan tetapi, Tasya yang sangat kesal melihat tingkah lakunya Clara kepada sahabat baiknya itu, Ia hanya ingin membalas perkataan-perkataan Clara tetapi Melly melarangnya.
“Melly kok sabar banget sih jadi orang. Kalau Aku jadi dia mungkin udah Aku balas tuh semua ejekan-ejekan Clara”. (Kata Tasya dalam hati)
Keesokan harinya, Melly sedang berjalan-jalan sore tanpa ditemani Tasya. Tiba-tiba ia melihat sekumpulan orang ramai.
“Maaf pak ini ada apa yah, Kok ramai sekali? (Tanya Melly dengan heran)
“Ada seorang anak yang jatuh naik sepeda motor.” (Jelas Bapak itu)
“Yowess, coba Saya lihat. Siapa tahu saya mengenalnya.” (Kata Melly)
“Ohiya silahkan nak...”
Melly pun segera melihat anak itu, dan ternyata anak itu adalah Clara. Tanpa berpikir panjang lagi, Melly pun langsung membawa ke rumahnya dan mengobati luka dikaki Clara.
“Dimana Aku? Sedang apa Aku disini? Kau menculikku cupu?” (Tanya Clara dengan sedikit menjauh dari Melly)
“Tidak kok, jangan menuduh sembarangan. Tadi kamu jatuh saat mengendarai motor dijalan dekat rumahku, Lahh Aku pun langsung membawamu ke rumahku.” (Jelas Melly panjang lebar)
“Tak usah banyak alasan lagi!! Kau pasti ingin balas dendam dengan cara menculikku kan, culun?! Sudahlah lebih baik kau mengaku saja!!!” (Cetus Clara)
“Tidak, saya tidak ingin balas dendam denganmu. Saya hanya ingin menolong mu saja toh.” (Kata Melly lagi)
“Alah! Sudahlah culun! Tak usah mengelak lagi!!” (Kata Clara dan langsung meninggalkan si gadis culun).
Keesokan harinya, Melly menceritakan kejadian kemarin sore kepada Tasya disekolah. Tasya sudah mendengarkan semua cerita Melly dengan jelas dan tanpa sepengetahuan Melly, Tasya mendatangi Clara dan memakinya.
“Eh, Clara! Kamu sadar gak sih? Kemarin sore, Melly itu udah niat tolongin ! Tapi kamu malah menuduhnya sembarangan! Sadar dong !!”(Maki Tasya dengan kasar)
“Tau apa kamu tentang kejadian kemarin sore? Ha?! Jangan asal ngomong deh kamu! Anak baru saja sudah belagak!” (Clara kembali memakinya).
Tak lama kemudian, Melly datang. Ia kaget melihat Tasya adu mulut dengan Clara. Melly segera melerai mereka. Tetapi mereka tetap adu mulut. Akhirnya, Melly membawa Tasya pergi jauh-jauh dari Clara.
“Kamu itu ngapain berantem dengan Clara?” (Tanya Melly sambil menatap muka Tasya).
“Ya aku kesal saja sama Clara. Seenak-enak saja dia mengejekmu!” (Kata Melly)
“Haduh Tasya, Saya sudah bilang Clara itu anaknya memang begitu. Tidak usah diladenin lagi.”
“Sampai kapan sih kamu mau sabar sama semua tingkah-tingkah Clara yang udah kelewatan batas?” (Tasya kembali melawan perkataan Melly).
“Sudahlah, Tasya diamkan saja.” (Balas Melly).
(Tasya tak membalas perkataan Melly lagi).
Dua hari kemudian, Clara jatuh sakit dan Ia demam tinggi. Clara memutuskan untuk tidak ke rumah sakit dan tetap dirawat di rumah saja. Karena melihat kondisi Pandemi Covid-19 yang semakin merajalelah. Ibunya berpikir jika anaknya di bawah di rumah sakit jangan sampai penyakit Clara semakin memburuk, karena di rumah sakit begitu banyak pasien yang terkena covid-19. Dan Ia juga takut jika anaknya nanti tertular.
Sudah tiga hari Clara jatuh sakit dan tidak masuk sekolah. Orang tuanya pun telah mengirim surat kesekolah. Teman-teman Clara juga sudah mengetahui bahwa Clara saat ini sakit dan tak bisa mengikuti pembelajaran seperti biasanya.
“Bagus deh Clara gak masuk sekolah. Kelas jadi aman, gak ada yang jail dan gak ada lagi yang sering ngejek kita.”(Kata Tasya sambil ketawa kecil)
“Hahahaha, betul tuh, Tasya! Setuju banget deh sama kamu.”(Sambung anak-anak kelas lainnya).
“Tidak boleh begitu, walaupun Clara sering ngejek kita, Clara itu juga termasuk teman kita. Tidak baik seperti itu sama teman sendiri. Lebih baik kita jenguk dia saja. Kasihan dia nggak ada yang jenguk.” (Ujar Melly)
“Engga deh, gua malas jenguk dia. Dia udah jahat sama kita, ya gak temen-temen?” jawab Tasya dan mengharapkan jawaban dari temen-temen sekelasnya.
“Ya sudah kalau kalian tidak mau jenguk Clara, biar saya saja yang menjenguknya sendirian.” (Kata Melly)
Bell sekolah pun berbunyi, sekarang sudah pukul 14.00, menunjukkan waktu pulang telah tiba. Semua siswa kembali ke rumahnya. Dan Melly pun bergegas untuk menjenguk Clara di rumahnya.
Assalamualaikum! Apa benar ini rumahnya Clara?”(Melly mulai bertanya)
“Iya benar, maaf kamu siapa ya nak?” (Sapa Ibunya Clara dengan lembut).
“Saya temannya Clara Ibu.” (Kata Clara dengan senyum)
“Oh mari silahkan masuk." (Ajak Ibunya Clara)
“Terimakasih banyak Ibu.” (Melly segera masuk ke kamarnya Clara. Kebetulan, Clara sedang menonton TV).
“Halo Clara, selamat siang! Gimana keadaan kamu sekarang? Sudah enakan belum?” (Tanya Melly).
“Melly?!! Ngapain kamu jenguk aku? Aku ini sudah jahat sama kamu, tapi kamu masih mau menjenguk Aku. Teman-teman ku saja tidak ada yang mau menjenguk ku.” (Kata Clara kaget).
“Sudah, tidak usah di tanyakan lagi. Ohiya, Saya bawain kamu buah. Maaf, buahnya cuma sedikit.” (Kata Melly sambil senyum).
“Ya ampun Melly, Terimakasih banyak. Kamu ini baik sekali sama Aku, padahal aku sudah sering mengejek mu. Sekali lagi, terimakasih.
“Hehehehehe, sama-sama. Ya sudah, aku mau pulang dulu. Jangan lupa dimakan buahnya. Kamu pasti bisa sembuh, Clara!
“Iya Melly terimakasih yah sudah mau menjenguk ku.”(Clara berterima kasih kepada Melly)
Sejak saat itu Clara pun sadar, sikapnya sudah keterlaluan. Sekarang Ia juga sudah berteman dengan Melly dan Tasya. Clara juga tidak akan mengejek dan menghina orang lagi. Clara juga sudah rajin belajar dan ketika ujian, Ia tak pernah menyontek lagi. Para guru disekolah dan orang tua Clara, senang melihat perubahan sikap Clara yang semakin baik.
MENUNGGU SEBUAH KEHANCURAN
Cipt: Desi Enengsi (Caption)
Negeri yang berbendera merah putih
Kaya akan seni dan adat istiadat
Beragam flora dan fauna yang ada
Negeri yang melimpah akan renpah-rempahnya
Beribu pulau yang ada
Daur-baur globalisasi merajalela
Penuh dengan symphoni yang menawan
Namun ada kekalutan pada butiran awan
Mengapa tak kita lestarikan ?
Menagapa tak kita pertahankan ?
Katanya… adat istiadat disini diagungkan
Belum lagi kisah pemimpinnya yang perkasa
Terhormat disinggasananya
Pemimpin negeri menjadi garang
Ditakuti lawan disegani kawan
Lihatlah…awan sudah menipis
Tandanya nenek moyangmu sedang menangis
Dipandangnya adat istiadat luar yang masuk dengan beringis
Mencuci otak rakyat tradisional hingga habis
Yang tertinggal hanyalah pusaka
Yang tertera hanyalah nama
Unik…hahh… Apa itu INDONESIA ?
Kelakuan ini disebabkan oleh rakyatnya, termasuk aku
Yang berada di persimpangan prahara
Kami lagi sibuk membanggakan diri,
Lupa akan toleransi!!!
Kami lagi sibuk menyenangkan diri,
Lupa dengan adat istiadat korupsi!!!
Kami tengah sibuk mempersiapkan pemilu,
Lupa makna demokrasi!!!
Kami tengah sibuk menghujat para pembesar negeri,
Lupa memaknai diri sebagai anak negeri!!!
Kami menyibukkan diri dengan adat istiadat luar,
Lupa bahwa adat istiadat sendiri, tengah diincar oleh Negara lain!!!
Sekarang… buah hati bangsa tak lagi peduli
Mereka Cuma mementingkan diri sendiri
Tidak berkeinginan lagi berkawan dengan pribumi
Jikalau sudah seperti ini
Tidak perlu nanti untuk menjerit
Ketika warisan bansa yang diakui oleh Negara
Ketika ibu pertiwi sudah menangis
Mereka tak perlu mencium kakinya
Tak perlu minta maaf
Karena adat istiadat sudah terkikis
Oleh deburan KESOMBONGAN dan KEEGOISAN
Mungkin saja… kita tengah menunggu
MENUNGGU SEBUAH KEHANCURAN
DIBALIK KACA
Cipt : Isnaeni (Relief)
Seorang gadis remaja dengan alis yang tebal, warna kulit yang sawo matang, dan dengan menggunakan seragam putih abu-abu yang sangat rapih. “Yahh sebut saja namanya Melly.” Seorang gadis berkacamata tebal yang duduk disudut ruang perpustakaan. Dia dikenal sebagai gadis cupu, jelek, culun, dekil, dan lain-lain.
Tak sedikit perkataan yang sering ia dengarkan, bagi Melly perkataan demikian sudah tidak asing didengar ditelinganya. Sejak saat itu hingga sekarang ejekan itu memang selalu ia dengar dari teman-temannya. Namun hal itu tak membuat ia putus asah, ia hanya mengabaikan perkataan teman-temannya dan menganggapnya seperti angin yang berlalu.
Saat bel istirahat tiba ia paling suka menyendiri. Membaca buku adalah hobinya dan baginya perpustakaan adalah teman setianya. Tiada hari tanpa berkunjung ke perpustakaan dan hampir sebagian buku-buku yang ada di perpustakaan sudah pernah ia baca. Bahkan tak pernah sedikit pun ia bosan melewati jam istirahatnya untuk membaca buku di perpustakaan sekolah.
Suatu ketika saat jam istirahat ia sedang menuju ke perpustakaan untuk membaca, tiba-tiba ada 2 orang teman yang menghampirinya.
“Ehh ada si cupu tuhh, malas banget gua dekat-dekat dia, badanya bau.” ( Ujar Clara teman kelasnya ).
Clara dan teman-teman lainnya memang termasuk orang yang sering membully Melly, bagi mereka Melly adalah gadis yang berbeda. Melly sangat jelek, cupu, dekil, dan sebagainya. Berbeda dengan Clara yang terkenal dengan kecantikannya, dia cewek yang kaya, berkulit putih, bertubuh tinggi, dan berhidung mancung. Dari fisik dia memang terlihat sempurna. Akan tetapi, ia sangat angkuh dan sombong.
Hobi mereka memang membully orang-orang seperti Melly, namun kelebihan dari Melly adalah ia seorang gadis yang sabar. Ia tetap tersenyum walau hatinya terluka, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan pula. “Inilah kecantikan sesungguhnya, tidak melihat dari fisiknya melainkan kecantikan yang melekat pada hatinya.”
Melly adalah seorang gadis desa yang sangat cupu dan selalu memakai kacamata jadul yang besar. Ia juga tak pernah lepas dari logat Jawanya yang medok. Kebetulan, Melly adalah asli Jawa. Namun, Ia sekarang tinggal dan menjadi warga penduduk Parepare. Karena kebetulan Ayah dan Ibunya saat ini bermata pencaharian di Parepare. Ibu Melly bernama Salwa sedangkan Ayahnya bernama Salamet.
Melly bersekolah di SMA Negeri 4 Parepare. Ia juga merupakan siswa yang berprestasi disekolah. Saat ujian Melly selalu mendapatkan juara umum. Akan tetapi karena keculunanya, teman-temannya sering mengejeknya setiap hari dan tak ada yang mau berteman dengannya. Tak hanya itu, ia juga sering dimanfaatkan oleh teman-temanya untuk mengerjakan tugas sekolah.
“Hai cupu! Cepat kerjakan semua tugas-tugasku ini !!!”(Kata Clara)
“Tapi Clara, mengapa tidak kamu saja yang mengerjakan tugas-tugasmu sendiri?” (Jawab Melly).
“Oohh begitu.. Kau sudah berani melawanku?!! Kau tau kan apa akibatnya jika kau tak mau menuruti semua perintahku?” (Tegas Clara).
“Ba...ba...ba...baiklah Clara. Aku akan mengerjakan tugas-tugasmu ini.”
Beberapa minggu kemudian....
Ujian kenaikan kelas pun tiba. Semua siswa telah mempersiapkan jauh-jauh hari. Tapi tidak dengan Clara, dia hanya mengandalkan jawaban dari Melly.
“Cupu! Kau nanti harus memberikan lembar jawaban ujianmu padaku !!” (Kata Clara memaksa)
“Tapi Clara..”(Bantah Melly)
“Jangan coba-coba melawanku.”(Kata Clara)
“Baiklah” (Ucap Melly dengan pelan)
Sejak saat itu, Melly selalu memberikan jawaban ujiannya dan mengerjakan semua tugas-tugas Clara.
Setelah seminggu selesai ujian, Clara kembali mengejek Melly dengan kata-katanya yang menyakitkan hati. Tapi Melly tak pernah sedikit pun marah kepada Clara dan teman-teman lainnya.
Suatu ketika pada saat liburan sekolah pun tiba, SMA Negeri 4 Parepare mengadakan liburan sekolah sekaligus camping. Seluruh siswa wajib mengikuti liburan tersebut.
Pada saat liburan, Clara pun tak pernah absen untuk mengejek Melly. Bahkan ia memerintahkan Melly untuk membawa barang-barangnya yang sangat berat itu. Clara memang tidak punya hati, dia adalah orang yang sangat egois dan selalu memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain.
Melly pun tak pernah menceritakan kelakuan teman-temannya disekolah kepada orang tuanya. Baginya itu hanya candaan biasa yang dilakukan anak-anak SMA jaman sekarang. Melly pun tidak pernah mempermasalahkan semua itu.
Liburan pun telah selesai dan semua siswa telah kembali ke sekolah. Dan tidak ada satu pun siswa yang tidak naik kelas, termasuk Clara dan teman-temannya. Karena berkat Melly Clara dapat naik kelas.
Pada saat ajaran baru, SMA Negeri 4 Parepare kedatangan murid baru. Murid baru itu bernama Natasya Angelista. Ia pindahan dari Makassar dan kebetulan Natasya duduk sebangku dengan Melly.
“Hai namaku Natasya Angelista, bisa dipanggil Tasya.” (Sapa Tasya sambil mengulurkan tangannya kepada Melly)
“Nama Saya Melly Adriani, bisa dipanggil Melly” (Balas Melly dengan senyum dan berjabat tangan).
Sejak saat itu, Melly jadi dekat dengan Tasya. Tasya adalah anak yang pintar, tetapi dibandingkan dengan Melly, Melly jauh lebih pintar dari pada Tasya. Mereka berdua sering belajar bersama dirumahnya Melly.
“Assalamualaikum Ibu...!!” (Panggil Melly)
“Ono opo toh ndok? (Tanya Ibunya)
“Iki loh Ibu, Melly punya teman baru”
“Oohh halo ndok !! Saya Ibunya Melly” (Sapa Ibunya dengan lembut)
“Halo Ibu, senang bertemu dengan ibu!! (Jawab Tasya dengan tersenyum)
“Silahkan duduk ndok, Ibu permisi ke belakang sebentar ya ndok.” (Kata Ibu Melly)
“Sebentar ya Tasya, Aku mau ganti baju dulu.” (Sambung Melly)
“Ohiya silahkan Melly” (Jawab Tasya).
Keesokan harinya, Clara bertemu dengan Melly dan Tasya disekolah. Kebetulan mereka bertiga satu kelas lagi. Seperti biasa, Clara mengejek Melly dengan kata-kata mutiaranya itu.
“Selamat pagi cupu !! Sudah punya teman ya sekarang? Hahaha!! (Cetus Clara sambil menyindir).
Melly pun hanya membalas dengan senyuman manis.
“Dia itu siapa sih Melly?” (Tanya Tasya)
“Oohh dia itu Clara, anak yang sering mengejekku.” (Jawab Melly)
“Kok kamu diam aja sihh dienjak kayak gitu? Lawan dong Melly” (Kata Tasya)
“Gak papa, tidak usah dibalas” (Jawabnya Melly dengan santai)
Tasya yang siswa baru, baru mengetahui kalau Melly sahabatnya sendiri sering diejek oleh Clara. Dan Tasya sudah berusaha untuk melawan Clara, Tapi Melly tetap diam membalas Clara dengan senyumnya saja.
Semakin hari tingkah Clara semakin menjadi-jadi pada Melly. Melly pun tetap diam melihat itu semua dan tak pernah dendam kepada Clara. Akan tetapi, Tasya yang sangat kesal melihat tingkah lakunya Clara kepada sahabat baiknya itu, Ia hanya ingin membalas perkataan-perkataan Clara tetapi Melly melarangnya.
“Melly kok sabar banget sih jadi orang. Kalau Aku jadi dia mungkin udah Aku balas tuh semua ejekan-ejekan Clara”. (Kata Tasya dalam hati)
Keesokan harinya, Melly sedang berjalan-jalan sore tanpa ditemani Tasya. Tiba-tiba ia melihat sekumpulan orang ramai.
“Maaf pak ini ada apa yah, Kok ramai sekali? (Tanya Melly dengan heran)
“Ada seorang anak yang jatuh naik sepeda motor.” (Jelas Bapak itu)
“Yowess, coba Saya lihat. Siapa tahu saya mengenalnya.” (Kata Melly)
“Ohiya silahkan nak...”
Melly pun segera melihat anak itu, dan ternyata anak itu adalah Clara. Tanpa berpikir panjang lagi, Melly pun langsung membawa ke rumahnya dan mengobati luka dikaki Clara.
“Dimana Aku? Sedang apa Aku disini? Kau menculikku cupu?” (Tanya Clara dengan sedikit menjauh dari Melly)
“Tidak kok, jangan menuduh sembarangan. Tadi kamu jatuh saat mengendarai motor dijalan dekat rumahku, Lahh Aku pun langsung membawamu ke rumahku.” (Jelas Melly panjang lebar)
“Tak usah banyak alasan lagi!! Kau pasti ingin balas dendam dengan cara menculikku kan, culun?! Sudahlah lebih baik kau mengaku saja!!!” (Cetus Clara)
“Tidak, saya tidak ingin balas dendam denganmu. Saya hanya ingin menolong mu saja toh.” (Kata Melly lagi)
“Alah! Sudahlah culun! Tak usah mengelak lagi!!” (Kata Clara dan langsung meninggalkan si gadis culun).
Keesokan harinya, Melly menceritakan kejadian kemarin sore kepada Tasya disekolah. Tasya sudah mendengarkan semua cerita Melly dengan jelas dan tanpa sepengetahuan Melly, Tasya mendatangi Clara dan memakinya.
“Eh, Clara! Kamu sadar gak sih? Kemarin sore, Melly itu udah niat tolongin ! Tapi kamu malah menuduhnya sembarangan! Sadar dong !!”(Maki Tasya dengan kasar)
“Tau apa kamu tentang kejadian kemarin sore? Ha?! Jangan asal ngomong deh kamu! Anak baru saja sudah belagak!” (Clara kembali memakinya).
Tak lama kemudian, Melly datang. Ia kaget melihat Tasya adu mulut dengan Clara. Melly segera melerai mereka. Tetapi mereka tetap adu mulut. Akhirnya, Melly membawa Tasya pergi jauh-jauh dari Clara.
“Kamu itu ngapain berantem dengan Clara?” (Tanya Melly sambil menatap muka Tasya).
“Ya aku kesal saja sama Clara. Seenak-enak saja dia mengejekmu!” (Kata Melly)
“Haduh Tasya, Saya sudah bilang Clara itu anaknya memang begitu. Tidak usah diladenin lagi.”
“Sampai kapan sih kamu mau sabar sama semua tingkah-tingkah Clara yang udah kelewatan batas?” (Tasya kembali melawan perkataan Melly).
“Sudahlah, Tasya diamkan saja.” (Balas Melly).
(Tasya tak membalas perkataan Melly lagi).
Dua hari kemudian, Clara jatuh sakit dan Ia demam tinggi. Clara memutuskan untuk tidak ke rumah sakit dan tetap dirawat di rumah saja. Karena melihat kondisi Pandemi Covid-19 yang semakin merajalelah. Ibunya berpikir jika anaknya di bawah di rumah sakit jangan sampai penyakit Clara semakin memburuk, karena di rumah sakit begitu banyak pasien yang terkena covid-19. Dan Ia juga takut jika anaknya nanti tertular.
Sudah tiga hari Clara jatuh sakit dan tidak masuk sekolah. Orang tuanya pun telah mengirim surat kesekolah. Teman-teman Clara juga sudah mengetahui bahwa Clara saat ini sakit dan tak bisa mengikuti pembelajaran seperti biasanya.
“Bagus deh Clara gak masuk sekolah. Kelas jadi aman, gak ada yang jail dan gak ada lagi yang sering ngejek kita.”(Kata Tasya sambil ketawa kecil)
“Hahahaha, betul tuh, Tasya! Setuju banget deh sama kamu.”(Sambung anak-anak kelas lainnya).
“Tidak boleh begitu, walaupun Clara sering ngejek kita, Clara itu juga termasuk teman kita. Tidak baik seperti itu sama teman sendiri. Lebih baik kita jenguk dia saja. Kasihan dia nggak ada yang jenguk.” (Ujar Melly)
“Engga deh, gua malas jenguk dia. Dia udah jahat sama kita, ya gak temen-temen?” jawab Tasya dan mengharapkan jawaban dari temen-temen sekelasnya.
“Ya sudah kalau kalian tidak mau jenguk Clara, biar saya saja yang menjenguknya sendirian.” (Kata Melly)
Bell sekolah pun berbunyi, sekarang sudah pukul 14.00, menunjukkan waktu pulang telah tiba. Semua siswa kembali ke rumahnya. Dan Melly pun bergegas untuk menjenguk Clara di rumahnya.
Assalamualaikum! Apa benar ini rumahnya Clara?”(Melly mulai bertanya)
“Iya benar, maaf kamu siapa ya nak?” (Sapa Ibunya Clara dengan lembut).
“Saya temannya Clara Ibu.” (Kata Clara dengan senyum)
“Oh mari silahkan masuk." (Ajak Ibunya Clara)
“Terimakasih banyak Ibu.” (Melly segera masuk ke kamarnya Clara. Kebetulan, Clara sedang menonton TV).
“Halo Clara, selamat siang! Gimana keadaan kamu sekarang? Sudah enakan belum?” (Tanya Melly).
“Melly?!! Ngapain kamu jenguk aku? Aku ini sudah jahat sama kamu, tapi kamu masih mau menjenguk Aku. Teman-teman ku saja tidak ada yang mau menjenguk ku.” (Kata Clara kaget).
“Sudah, tidak usah di tanyakan lagi. Ohiya, Saya bawain kamu buah. Maaf, buahnya cuma sedikit.” (Kata Melly sambil senyum).
“Ya ampun Melly, Terimakasih banyak. Kamu ini baik sekali sama Aku, padahal aku sudah sering mengejek mu. Sekali lagi, terimakasih.
“Hehehehehe, sama-sama. Ya sudah, aku mau pulang dulu. Jangan lupa dimakan buahnya. Kamu pasti bisa sembuh, Clara!
“Iya Melly terimakasih yah sudah mau menjenguk ku.”(Clara berterima kasih kepada Melly)
Sejak saat itu Clara pun sadar, sikapnya sudah keterlaluan. Sekarang Ia juga sudah berteman dengan Melly dan Tasya. Clara juga tidak akan mengejek dan menghina orang lagi. Clara juga sudah rajin belajar dan ketika ujian, Ia tak pernah menyontek lagi. Para guru disekolah dan orang tua Clara, senang melihat perubahan sikap Clara yang semakin baik.
Garis Merah
Cipt: Muh Rezky M (Ritardando)
Seharusnya aku tak percaya padanya...
Seharusnya aku tak hidup satu atap bersamanya...
Dia mengikutiku...
Dia terus memperhatikanku...
Aku takut, aku tak bisa lagi kemana-mana. Dia menemukanku...
2 bulan lalu aku pindah ke apartemen itu, aku membiayai hidupku dan kuliah serta tempat tinggalku dari hasil aku sebagai selebram, hidupku sempurna, setiap hari aku dipuji oleh orang orang banyak dan itu tentu membuatku bahagia. Orang sering menyapaku Remi, salah satu gadis populer di kota ini. Aku kira hari hariku yang sangat indah dan bahagia ini akan terus berlanjut setiap harinya, tapi aku rasa aku keliru, suatu hari aku selalu mendapat pesan pesan dari nomor yang sama setiap harinya dari seorang yang aku tidak ketahui, aku mencoba untuk tidak menghiraukannnya tetapi dia mencoba untuk menggangguku, sampai akhirnya aku mendapat kiriman box yang berisi potongan bangkai kucing yang berlumur darah, aku kaget dan membuang box tersebut.
Hari itu aku pulang malam karena hari ini juga ada kuliah malam, tetapi saat menuju pulang ke apartemenku, aku merasakan ada orang yang mengikutiku, aku menoleh dan benar saja ada yang mengikuti sambil memegang pisau. Aku kaget dan tanpa sadar aku mempercepat langkahku kemudian lari saat aku sadar bahwa dia juga mempercepat langkahnya, aku berlari tanpa tujuan dan tak menghiraukan aku akan tersesat atau apapun itu, tanpa sadar aku masuk ke gang kecil dan bersembunyi di belakang tong sampah yang besar. Disamping tempat sampah aku melihat pecahan kaca dan segera mengambilnya untuk berjaga jaga apabila dia menyerangku. Aku terus bersembunyi sambil memegang pecahan kaca itu, betapa kagetnya aku saat orang itu lewat di tong sampah dan berteriak dengan kasar yang membuat ketakutan.
"KELUAR KAU GADIS KEP*RAT!! Tunjukkan wajah cantikmu, aku ingin menyentuhnya dengan pisau ini!". Teriaknya
Tiba-tiba hp ku berdering dan membuatku kaget, seketika orang itu membalikkan badannya dan sadar bahwa aku sedang sembunyi dibelakang tong sampah. Aku menangis dan gemetar seluruh badan dan tak sadar bahwa tanganku sudah berdarah karena pecahan kaca yang kugenggam terlalu erat. Dia melihatku dan tersenyum kepadaku layaknya seorang psikopat.
"KETEMU KAU" senyumnya.
Dia mendekatiku dan tanpa berpikir aku mengayunkan pecahan kaca itu ke arah kakinya, dia meringis kesakitan dan berusaha mencabut pacahan kaca itu dikakinya dengan perlahan dan sementara aku berlari sekuat tenaga sampai akhirnya aku sampai ke apartemenku, karena sudah tengah malam suasananya sepi dan ditambah liftnya yang tidak aktif sehingga membuatku berlari ke arah pintu darurat. Aku berlari dan sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan keberadaannya, karena sadar aku berlari kencang dia melempar pisaunya dan mengenai kaki kiriku, aku terjatuh dan meringis kesakitan. Aku terus berlari setengah pincang dan sampai ke depan pintu apartemenku, untungnya aku sudah masuk sebelum dia menangkapku. Orang itu terus memukul mukul pintu apartemen ku, namun tiba tiba ia berhenti mendobrak pintu dan aku rasa dia telah pergi. Betapa kagetnya aku saat pintu kamar mandi terbuka dan itu adalah Jia yang sedang keluar sambil memegang pisau.
"JIA??" kataku
"Remi? Kau kenapa hm?". Tanyanya dengan tersenyum
"Ahh ini, tadi aku dikejar oleh orang yang ingin membunuhku, aku tak tahu siapa dia". Kataku dengan penuh ketakutan.
"Ohh adikku?". Katanya dengan senyuman
"APA katamu?". Lanjutku
Aku menatap Jia dan ia tersenyum kepadaku, ketika pintunya terbuka aku berbalik dan adiknya memukul kepalaku dengan tongkat bisbol dan membuatku pingsan. Aku tak lama sadar dan tubuhku sudah terikat di kursi, Jia dan Rey menghampiriku dan tertawa aku tak menyangka Jia terlibat dalam hal ini, tak lama Jia berbisik ke telingaku atas apa yang aku rasakan sekarang.
"Bagaimana rasanya Remi?". Kata Jia dengan senyum
"Apa maksudmu Jia? Kenapa kau melakukan ini semua terhadapku?" jawabku
Dia menamparku dan menjambak rambutku sambil menyentuhkan pisau ke wajahku hingga ke leher.
"Asal kau tahu, kau sudah mengambil semuanya, saat kau mulai populer, orang-orang mulai menyukaimu dan mulai menghindariku. Bahkan orang yang lama aku sukai ternyata menyukaimu karena kau populer dan cantik. Aku mau melihat apa dia masih menyukaimu apabila pisau ini mengiris wajahmu!". Katanya sambil mengiris bagian bibirku.
"Akhhh hentikan Jia, kumohon hentikan semua ini, tolongggg". Teriakku
"Percuma saja kau teriak tak ada yang bisa menolongmu, karena basement apartemen ini sudah lama tak terpakai dan takkan ada orang yang datang menolongmu". Jawabnya.
Setetes demi tetes darah mengalir dari bibirku, Jia tertawa dan merasa sangat senang saat ia menyiksaku layaknya seorang psikopat, saking senangnya ia mengambil hp ku dan memotret diriku yang terikat dan berlumuran darah. Saat setelah dia memotret ia menaruh HP itu di meja sambil merekam diriku, dan Jia membuka tas kecilnya dan mengambil sebuah topeng yang sangat mirip dengan topeng seorang psikopat yang ada di TV. Aku ketakutan dan terus berpikir bahwa aku sebentar lagi akan mati di tangan sahabatku sendiri, Jia menghampiriku dan membawa tongkat bisbol yang dipenuhi paku yang berkarat, dia mengayunkan tongkat itu kearahku dan mengenaiku dibagian punggung, setetes darah keluar melalui punggungku dan itu sangat menyakitkan. Aku merintih kesakitan dan darahku terus mengalir sambil membasahi lantai.
"K-kumohon Jia h..hentikan ini akuu s-salah! m...maa..maafkan aku Jia". Kataku dengan nada kesakitan.
"Apa? Kau menyuruhku berhenti? Remi sayang, ini masih belum selesai aku bahkan baru mau memulainya, melihatmu kesakitan membuatku semakin bergairah untuk segera membunuhmu". Kata Jia dengan senyuman lebarnya.
"Bagian tubuh mana lagi yang harus aku mainkan Remi?". Lanjutnya.
"Hentikan Jia kumohon". Teriakku dengan keras.
PLAKK...
"Dasar cewek tak tahu diri". Kata Jia
Saat setelah dia menamparku, ia kembali mengayunkan tongkat itu dan terus memukul punggungku beberapa kali, sampai tongkat itu sudah dipenuhi oleh darahku. Tak sampai situ ia mengiris daun telingaku dan sesekali membisikkan kepadaku bahwa ini sangat menyenangkan, aku teriak kesakutan tetapi ia tak mempedulikanku, sampai akhirnya ia kelelahan dan teriak sekeras mungkin sambil memegang kepalanya.
"Akhhhh sakittt akhhhh hentikan". Teriak Jia
Tiba tiba sakit kepalanya menghilang dan Jia terjatuh seakan ada yang mendorongnya, tak lama ia bangkit dan menatapku dan mengambil beberapa foto dirinya dan keluarganya dan foto diriku di saku celananya, ia melempar foto itu ke hadapanku dan segera membakarnya.
"Hah...kau ingatkan kedua orang tuaku meninggal pada tahun lalu dan tepat hari ini aku membunuhnya, aku menyiksa mereka berdua layaknya kau Remi, awalnya aku tak bermaksud tapi keduanya kehabisan darah dan akhirnya mereka berdua mati sehingga aku dan adikku menguburnya di halaman belakang dan hingga saat itu aku selalu mendapat mimpi buruk, sering berhalusinasi, mencakar diriku sendiri dan membuat luka lebam saat aku tertidur. Sudah banyak masalah yang aku sudah lewati dan aku tak memberitahukanmu karena takut kau khawatir". Kata Jia sambil menangis
Tak lama setelah itu Jia tiba tiba tertawa dihadapanku dan mengambil botol dan memecahkannya, ia menatapku sambil memegang botol yang sudah ia pecahkan sambil mengarahkan botol itu kelehernya dan mendorong pecahan botol itu sehingga merobek lehernya, ia terjatuh dan darahnya membasahi lantai. Melihat kejadian itu, Rey langsung melarikan diri tanpa mempedulikan keadaan Jia. Aku menangis dan tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku berusaha menenangkan diri sambil berusaha mengambil pecahan kaca dan memutuskan tali yang terikat di tubuhku. Talinya lepas dan aku segera mengambil hp ku yangmasih sedeng merekam dan segera menelpon polisi, tak lama setelah itu polisi datang dan berhasil menemukanku.
Akhirnya aku di bawa kerumah sakit bersama Jia tetapi sayang, Jia meninggal saat diperjalanan menuju rumah sakit karena kehilangan banyak darah. Polisi mengecek CCTV yang aktif pada saat itu dan berusaha mencari keberadaan adik Jia. Hari berlalu, aku akhirnya keluar dari rumah sakit, dan mendapat beberapa jahitan. Aku kembali ke kehidupanku yang baru, aku pindah ke tempat tinggal yang jauh lebih aman dan berusaha untuk melupakan semua mimpi buruk yang terjadi padaku pada masa lalu.
2 bulan berlalu, bel apartemenku berbunyi dan itu adalah polisi yang sudah menyelidik kasus Jia, polisi memberiku surat yang Jia tulis sebelum ia meninggal dan aku membacanya dengan seksama. Surat itu berisi salam perpisahan Jia saat sebelum ia melakukan itu terhadapku, aku menangis dan masih bertanya-tanya mengapa Jia melakukan itu semua. Aku melipat kembali surat itu dan hendak menyimpannya tapi masih ada surat kecil yang ia sisipkan. Aku rasa itu penyebab dia melakukan itu semua.
"Dia mengganggu ku tiap malam dan membuat luka lebam di tubuhku. Makhluk itu...ia merubah diriku menjadi sosok parasit yang menjijikkan. Aku tak bisa lari lagi!"
MENANTI SEBUAH NAMA
Cipt: Muh Rezky M (Ritardando)
Siang ini langit cukup mendung, matahari telah sedari tadi menyembunyikan diri di balik hitamnya awan tebal. Sekalipun begitu, hujan tak juga turun membasahi bumi. Angin bertiup sepoi-sepoi menghembusi wajahku yang sedari tadi menunggu bel pulang di kursi taman
''Keysia? Kamu kok bengong terus sih?''. Ujar Nurul yang menyadariku dalam lamunan ku.
''Nggak kok, yuk pulang''. Ajakku sambil menggandeng tangannya. Keysia dan Nurul bergegas keparkiran untuk mengambil sepeda dan bersiap untuk pulang. Saat ditengah jalan, Keysia merasakan getaran HP disakunya, ia berhenti sejenak dan diikuti oleh Nurul di belakang nya dengan ekspresi bingung. Ternyata pihak rumah sakit sedang menelponnya dan segera Keysia mengangkatnya. Nurul yang melihat ekspresi Keysia ikut merasa tak tenang, tiba-tiba Nurul kaget saat Keysia tiba-tiba melajukan sepedanya dengan cepat.
Keysia melajukan sepedanya dengan kecepatan tinggi, ia sudah tak peduli dengan keringat yang mengucur deras diwajahnya, rambutnya yang acak-acakan serta ban sepeda nya yang hendak terlepas dari tempatnya akibat ulahnya. Dan luar biasa, dalam 5 menit ia bisa tiba dirumah sakit dengan jarak kurang lebih 2 KM. Gadis itu kemudian memarkirkan sepedanya di dekat parkiran sepeda motor dan bergegas masuk ke rumah sakit dan menuju ruangan ibunya dirawat, alangkah paniknya gadis itu saat dokter berusaha melepaskan alat bantu pernapasan ibunya.
''Dok! Ibu aku gimana?''. Ucap panik gadis itu dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
''Maaf Keysia, tapi dokter sudah melakukan yang terbaik buat ibu kamu, tapi tuhan lebih sayang pada ibumu. Kamu yang sabar ya Keysia''. Tangis Keysia pecah saat mendengar tutur dokter Fahri dan ia segera menghampiri ibunya yang sudah tak bernyawa.
''Bu! Bangun bu!! jangan tinggalin Keysia, Putra dan Meysia masih butuh pelukan ibu...Huhuhu...''. Tangis Keysia pecah sambil memeluk tubuh ibunya, dibelakang sana terlihat Nurul yang menangis dalam diam melihat satu-satunya sahabat dalam hidupnya telah saja kehilangan ibunya, Nurul tak menghampiri Meysia agar gadis itu bisa memeluk ibunya untuk terakhir kalinya.
Pagi itu beberapa bendera putih terlihat berkibar di halaman rumah Keysia, satu demi satu tetangga mengunjungi rumah gadis itu untuk berbela sungkawa. Keysia dan kedua adiknya menangis sambil memeluk jasad ibunya. Satu demi satu teman Keysia datang dan berbela sungkawa atas kematian ibu gadis itu.
...
Satu minggu berlalu...
Hari demi hari Keysia menjalani hidupnya tanpa kedua orang tuanya, Ayah Keysia telah lama pergi meninggalkan ibu gadis itu saat ibu Keysia sering sakit-sakitan. Sejak saat itu Keysia sangat berhati-hati dengan seorang laki-laki karena faktor kekejaman ayahnya yang dilakukan kepada ibu gadis itu.
Jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan gadis 17 tahun itu masih saja bersarang dibalik selimutnya, sadar akan sinar matahari yanng mengenai matanya, Keysia terbangun panik dan segera membangunkan kedua adiknya yang masih tertidur juga. Setelah membangunkan kedua adiknya, Keysia langsung menuju kamar mandi,dan setelah selesai ia membuatkan sarapan buat kedua adiknya. 15 menit berlalu, keysia langsung bergegas mengambil sepedanya dan segera menuju sekolah kedua adiknya.
Kedua adiknya panik saat Keysia melajukan sepedanya seperti orang gila, dan hebatnya Keysia sampai disekolah adiknya dengan waktu 7 menit dengan jarak 5 KM. Belum sempat kedua adiknya memberi salam kepada kakaknya, gadis itu sudah melajukan sepedanya dengan kecepatan tinggi, kedua adiknya terlihat bingung dengan kelakuan kakak satu-satunya itu. Jantung keysia sudah berdetak kencang saat jam tangan nya menunjukkan pukul 07:40 yang berati dia sudah terlambat 10 menit. Untungnya gerbang masih terbuka setengan antara senang dan bingung sebab jam hampir menunjukkan angka 8 dan gerbang masih terbuka untuknya. Gadis itu menuju parkiran dan memarkirkan sepedanya disebelah puluhan motor lainnya.
''Duh kok becek banget sih, perasaan semalam hujannya cuma bentar doang''. Ucapnya kesal saat sepatunya sudah dipenuhi lumpur. Gadis itu kemudian dengan hati-hatinya menjauh dari parkiran agar roknya tidak terkena lumpur
TIINNN
CRASSSSSS
Keysia terdiam mematung saat melihat rok putihnya sudah berubah menjadi coklat ketika lima buah motor besar melewatinya dan menyipratkan lumpur padanya.para laki-laki itu mungkin tidak melihatnya. Tidak, salah satu laki-laki itu melihatnya tapi ia tidak peduli denagn keberadaan Keysia.
''Tanggung jawab''. Ujar Keysia tanpa basa basi pada salah satu pria yang kini berdiri di tengah tengah mereka. Kening laki-laki itu mengerut.
''Tanggung jawab apa? Gue gak pernah ngehamilin lo!''
Keysia terkejut mendengar itu, bukan tanggung jawab soal itu melainkan tanggung jawab soal roknya yang sudah kotor.
''Dasar cowok mesum, liat nih rok aku kotor gara-gara kelakuan lo, bisa gak sih bawa motor yang bener, sok gaya-gayaan bawa motor tapi gak tau cara pakai yang bener''. Ucap Keysia sambil menunjuk wajah laki-laki itu.
Kelima laki-laki itu hanya bisa bengong mendengar omelan cewek aneh yang ada dihadapannya, berani-beraninya cewek dekil seperti itu mengomeli pemilik sekolah ini. Raya, laki-laki yang sedari tadi gadis itu omeli terlihat mendekat dan memajukan wajahnya tepat didepan wajah Keysia, gadis itu kaget karena ujung hidung mereka bersentuhan. Deruh napas kedua insan itu terasa satu sama lain dan membuat wajah Keysia memerah. Alangkah terkejutnya Keyia saat bibir Raya mengkecup pipi gadis itu.
''Dasar bawel''. Ucap Raya saat sesudah mencium pipi gadis itu dan segera masuk ke kelasnya dan diikuti oleh keempat temannya.
Keysia mematung hingga Nurul datang menepuk bahunya dan menyadarkan Keysia dari lamunannya.
''Gue bingung ama lo Key, ngapain lo disini kek tiang?''. Kesal Nurul terhadap sahabatnya. Sadar akan dirinya, gadis itu berlari ke WC untuk membersihkan roknya yang kotor. Selama di WC, gadis itu terus-menerus mengutuk laki-laki itu.
Tepat pada pukul 08:00, Keysia baru memasuki kelas dan alhasil guru yang mengajar dikelas hanya bisa menghela napas dan segera menyuruh gadis itu membersihkan lapangan. Keysia memang dikenal dengan gadis yang malas tapi ia mempunyai sikap yang sangat baik. Helai demi helai daun Keysia pungut dipinggir lapangan dan sudah sejam tapi daun tak terlihat berkurang. Kebetulan jam pelajaran olahraga basket Raya dilakukan dilapangan itu juga, Keysia masih sibuk dengan hukumannya. Saat Raya hendak mengoper bola, salah satu teman Raya tak menggapai bola itu hingga bola melaju di kepala Keysia.
BRUKK...
Keysia terjatuh hingga pingsan dan sadar akan kelakuannya, Raya membopong tubuh Keysia dan berlari menuju UKS. Sejam berlalu Keysia perlahan-lahan membuka matanya dan yang pertama ia lihat yaitu laki-laki yang menciumnya sedang tertidur pulas disampingnya sambil memegang tangannya.
''KYAAAA......DASAR COWO MESUM''. Teriak keysia dan berhasil membangunkan pemuda itu. Keysia tambah panik saat sadar bahwa satu kancing bajunya terbuka.
''LO APAIN GUE HAH??''. Panik Keysia sambil memukul laki-laki itu menggunakan bantal yang ia pakai tidur tadi.
''HEIIII, tenang dulu, siapa juga yang apa-apain lo''. Ucap Raya sambil melindungi tubuhnya dari serangan Keysia.
''Eh bentar, kamu kan yang tadi pagi kan?". Ucap Keysia sambil menutupi mulutnya dengan tangannya.
"Hmm". Ucap singkat Raya.
''Kayaknya gue suka ama lo deh''. Lanjut Raya sambil mengelus kepala Keysia dan langsung pergi begitu saja. Keysia yang mendapat perlakuan seperti itu mendadak gugup dan detak jantungnya terasa begitu cepat dan suhu tubuhnya seketika menghangat. Sejak saat itu hubungan Keysia dan Raya bagai seekor kucing dan tikus, mereka setiap hari bertengkar lalu berbaikan begitu saja. Hari- hari Keysia terasa sangat indah disaat Raya ada di sampingnya dan begitupun sebaliknya, Nurul yang setiap hari melihat kebersamaaan Raya dan Keysia hanya bisa tersenyum tipis.
Di pagi hari seperti biasa, Raya dan Keysia datang kesekolah bersamaan, Nurul yang melihat itu hanya menampakkan wajah yang datar, entah apa yang ia pikirkan. Saat di kelas tiba-tiba Nurul menghampiri Keysia dan mengajak gadis itu ke mall, Nurul juga menyarankan untuk mengajak Raya. Tanpa pikir panjang Keysia setuju dan ia mengambil handphone nya dan menghubungi Raya untuk ikut dengannya, tak lama Raya setuju dan mereka besok akan pergi ke mall.
Keesokan harinya mereka berangkat dan tak lama mereka pun sampai. Sudah sejam lebih Raya menunggu kedua gadis itu memilih-milih baju dan sampai sekarang mereka belum juga selesai. Sadar akan keberadaan Raya, Keysia pun menyarankan untuk mencari makan dulu. Tak lama berjalan, mereka pun menemukan tempat makan yang sangat cocok untuk perut mereka bertiga. Saat menunggu makanan, Keysia izin ke toilet dan saat hendak ingin berdiri Nurul pun ingin pergi juga. Tersisa lah Raya ditempat itu.
Saat di toilet, Keysia panik saat pintu toilet itu tak bisa dibuka, ia berteriak tapi toilet itu sepertinya kedap suara. Di satu sisi Nurul menghampiri Raya, dahi Raya berkerut saat Nurul datang tanpa Keysia.
''Mana Keysia?''. Ucap Raya.
''Tadi pas keluar toilet, Keysia terima telpon dan pas selesai dia langsung pergi aja''. Bohong Nurul.
''Kok gak bilang ama gua dulu sih?''. Kesal Raya
''Nggak tau tuh". Cuek Nurul
''Kayaknya dia pulang deh, soalnya suara telpon tadi kayak suara adiknya, mau susulin Keysia gak?''. Lanjut Nurul.
''Ya udah''. Ucap Raya
Mereka berdua pun keparkiran dan bergegas kerumah Keysia, saat dijalan kelakuan Nurul sangat kurang ajar, ia selalu sengaja mengelus tangan Raya dan sesekali mengelus paha Raya. Raya yang merasa tak nyaman, tiba-tiba menghentikan mobil.
''TURUN''. Ucap dingin Raya. Mendengar ucapan Raya, Nurul langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Raya dan mencium bibirnya kaget dan Nurul masih saja menarik-narik kerah baju Raya agar tubuh mereka mendekat. Raya yang sudah syok tiba-tiba menancap gas, tetapi Nurul ,asih saja mnedekatkan wajahnya ke wajah Raya. Hingga saat lampu merah menyala, mobil Raya masih saja melaju, konsentrasi Raya hilang, tiba-tiba mobil truk di arah lain datang dan menabrak mobil Raya, mobil Raya terhempas hingga 10 meter.
Di satu sisi, Keysia masih saja terkurung di Wc itu dan tak lama petugas kebersihan datang dan membukakan pintu WC itu. Keysia merasa lega dan berterimah kasih kepada petugas itu. Keysia bergegas ke meja makan itu, tapi Nurul dan Raya sudah tak ada lagi. Keysia mengalihkan perhatinnya di slah satu televisi di mall itu dan memberitakan bahwa sebuah mobil tertabrak oleh truk, mendadak perasaan Keysia tak enak. Tak pikir lama ia langsung menelpon Raya tapi panggilan itu tak diangkatnya, perasaan Keysia bertambah tak enak.
Saat ia keluar dari mall, 2 mobil ambulans melaju didepannya, entah perasaan apa itu tapi Keysia ingin mengikuti ambulans itu. Keysia menghentikan taksi dan mengikuti ambulans itu. Sesampainnya di rumah sakit, alangkah kagetnya Keysia saat melihat Nurul dan Raya berlumuran darah.
2 bulan berlalu...
Nurul dan Raya masih belum sadar dan Keysia masih setia merawat sahabat dan orang paling berarti baginya. Saat itu Keysia mengunjungi kamar rawat Nurul, ia sangat ingin mengetahui mengapa semua kejadian itu terjadi. Tak lama mata Nurul terbuka dan orang pertama yang sadar akan hal itu ialah Keysia sendiri. Nurul meneteskan air matanya saat ia melihat Keysia berada di sisinya.
''Maafin gue Key''. Ucap lemah Nurul
''Nurul, kamu sudah sadar? Syukurlah''. Ucap haru Keysia
''Maafin gue Key, ini salah gue''. Tangis Nurul
''Apa yang sebenarnya terjadi Nurul?''. Ucap penasaran Keysia. Tak lama Nurul menceritakan semuanya dan itu membuat Keysia tak menyangka dengan Nurul, sungguh tega ia melakukan semua itu.
''Tega kamu Nurul, gue kecewa ama lo''. Ucap Keysia sambil meneteskan air matanya dan pergi dari tempat itu.
Saat keluar dari tempat Nurul, Keysia panik saat banyak petugas kesehatan diruangan Raya. Ternyata alat pernapasan Raya dilepas, dan itu membuat Keysia dan kedua orang tua Raya menangis histeris. Kini hanya kenangan itu yang tersisa, tak ada lagi tawa bahagia yang akan mengisi hari-hari Keysia lagi, sahabat yang tega mengkhianatinya dan oarang yang sangat spesial bagi Keysia sudah dipanggil oleh yang maha kuasa. Keysia hanya bisa pasrah dan terus menjalani sisa hidupnya.
Matahari tampak menyembunyikan dirinya dibalik awan hitam, angin yang sangat kencang dan awan yang menghitam yang menandakan bahwa hujan akan turun. Tetes demi tetes rintik hujan membasahi tubuh Keysia yang sedari tadi duduk di makam Raya.
''terima kasih untuk semuanya, aku bahagia saat-saat bersamamu, aku mencintaimu. Semoga kamu tenang disana yah''.
SERPIHAN MAAF
Cipt: Isnaeni (Relief)
Seorang gadis remaja dengan alis yang tebal, warna kulit yang sawo matang, dan dengan menggunakan seragam putih abu-abu yang sangat rapih. “Yahh sebut saja namanya Melly.” Seorang gadis berkacamata tebal yang duduk disudut ruang perpustakaan. Dia dikenal sebagai gadis cupu, jelek, culun, dekil, dan lain-lain.
Tak sedikit perkataan yang sering ia dengarkan, bagi Melly perkataan demikian sudah tidak asing didengar ditelinganya. Sejak saat itu hingga sekarang ejekan itu memang selalu ia dengar dari teman-temannya. Namun hal itu tak membuat ia putus asah, ia hanya mengabaikan perkataan teman-temannya dan menganggapnya seperti angin yang berlalu.
Saat bel istirahat tiba ia paling suka menyendiri. Membaca buku adalah hobinya dan baginya perpustakaan adalah teman setianya. Tiada hari tanpa berkunjung ke perpustakaan dan hampir sebagian buku-buku yang ada di perpustakaan sudah pernah ia baca. Bahkan tak pernah sedikit pun ia bosan melewati jam istirahatnya untuk membaca buku di perpustakaan sekolah.
Suatu ketika saat jam istirahat ia sedang menuju ke perpustakaan untuk membaca, tiba-tiba ada 2 orang teman yang menghampirinya.
“Ehh ada si cupu tuhh, malas banget gua dekat-dekat dia, badanya bau.” ( Ujar Clara teman kelasnya ).
Clara dan teman-teman lainnya memang termasuk orang yang sering membully Melly, bagi mereka Melly adalah gadis yang berbeda. Melly sangat jelek, cupu, dekil, dan sebagainya. Berbeda dengan Clara yang terkenal dengan kecantikannya, dia cewek yang kaya, berkulit putih, bertubuh tinggi, dan berhidung mancung. Dari fisik dia memang terlihat sempurna. Akan tetapi, ia sangat angkuh dan sombong.
Hobi mereka memang membully orang-orang seperti Melly, namun kelebihan dari Melly adalah ia seorang gadis yang sabar. Ia tetap tersenyum walau hatinya terluka, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan pula. “Inilah kecantikan sesungguhnya, tidak melihat dari fisiknya melainkan kecantikan yang melekat pada hatinya.”
Melly adalah seorang gadis desa yang sangat cupu dan selalu memakai kacamata jadul yang besar. Ia juga tak pernah lepas dari logat Jawanya yang medok. Kebetulan, Melly adalah asli Jawa. Namun, Ia sekarang tinggal dan menjadi warga penduduk Parepare. Karena kebetulan Ayah dan Ibunya saat ini bermata pencaharian di Parepare. Ibu Melly bernama Salwa sedangkan Ayahnya bernama Salamet.
Melly bersekolah di SMA Negeri 4 Parepare. Ia juga merupakan siswa yang berprestasi disekolah. Saat ujian Melly selalu mendapatkan juara umum. Akan tetapi karena keculunanya, teman-temannya sering mengejeknya setiap hari dan tak ada yang mau berteman dengannya. Tak hanya itu, ia juga sering dimanfaatkan oleh teman-temanya untuk mengerjakan tugas sekolah.
“Hai cupu! Cepat kerjakan semua tugas-tugasku ini !!!”(Kata Clara)
“Tapi Clara, mengapa tidak kamu saja yang mengerjakan tugas-tugasmu sendiri?” (Jawab Melly).
“Oohh begitu.. Kau sudah berani melawanku?!! Kau tau kan apa akibatnya jika kau tak mau menuruti semua perintahku?” (Tegas Clara).
“Ba...ba...ba...baiklah Clara. Aku akan mengerjakan tugas-tugasmu ini.”
Beberapa minggu kemudian....
Ujian kenaikan kelas pun tiba. Semua siswa telah mempersiapkan jauh-jauh hari. Tapi tidak dengan Clara, dia hanya mengandalkan jawaban dari Melly.
“Cupu! Kau nanti harus memberikan lembar jawaban ujianmu padaku !!” (Kata Clara memaksa)
“Tapi Clara..”(Bantah Melly)
“Jangan coba-coba melawanku.”(Kata Clara)
“Baiklah” (Ucap Melly dengan pelan)
Sejak saat itu, Melly selalu memberikan jawaban ujiannya dan mengerjakan semua tugas-tugas Clara.
Setelah seminggu selesai ujian, Clara kembali mengejek Melly dengan kata-katanya yang menyakitkan hati. Tapi Melly tak pernah sedikit pun marah kepada Clara dan teman-teman lainnya.
Suatu ketika pada saat liburan sekolah pun tiba, SMA Negeri 4 Parepare mengadakan liburan sekolah sekaligus camping. Seluruh siswa wajib mengikuti liburan tersebut.
Pada saat liburan, Clara pun tak pernah absen untuk mengejek Melly. Bahkan ia memerintahkan Melly untuk membawa barang-barangnya yang sangat berat itu. Clara memang tidak punya hati, dia adalah orang yang sangat egois dan selalu memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain.
Melly pun tak pernah menceritakan kelakuan teman-temannya disekolah kepada orang tuanya. Baginya itu hanya candaan biasa yang dilakukan anak-anak SMA jaman sekarang. Melly pun tidak pernah mempermasalahkan semua itu.
Liburan pun telah selesai dan semua siswa telah kembali ke sekolah. Dan tidak ada satu pun siswa yang tidak naik kelas, termasuk Clara dan teman-temannya. Karena berkat Melly Clara dapat naik kelas.
Pada saat ajaran baru, SMA Negeri 4 Parepare kedatangan murid baru. Murid baru itu bernama Natasya Angelista. Ia pindahan dari Makassar dan kebetulan Natasya duduk sebangku dengan Melly.
“Hai namaku Natasya Angelista, bisa dipanggil Tasya.” (Sapa Tasya sambil mengulurkan tangannya kepada Melly)
“Nama Saya Melly Adriani, bisa dipanggil Melly” (Balas Melly dengan senyum dan berjabat tangan).
Sejak saat itu, Melly jadi dekat dengan Tasya. Tasya adalah anak yang pintar, tetapi dibandingkan dengan Melly, Melly jauh lebih pintar dari pada Tasya. Mereka berdua sering belajar bersama dirumahnya Melly.
“Assalamualaikum Ibu...!!” (Panggil Melly)
“Ono opo toh ndok? (Tanya Ibunya)
“Iki loh Ibu, Melly punya teman baru”
“Oohh halo ndok !! Saya Ibunya Melly” (Sapa Ibunya dengan lembut)
“Halo Ibu, senang bertemu dengan ibu!! (Jawab Tasya dengan tersenyum)
“Silahkan duduk ndok, Ibu permisi ke belakang sebentar ya ndok.” (Kata Ibu Melly)
“Sebentar ya Tasya, Aku mau ganti baju dulu.” (Sambung Melly)
“Ohiya silahkan Melly” (Jawab Tasya).
Keesokan harinya, Clara bertemu dengan Melly dan Tasya disekolah. Kebetulan mereka bertiga satu kelas lagi. Seperti biasa, Clara mengejek Melly dengan kata-kata mutiaranya itu.
“Selamat pagi cupu !! Sudah punya teman ya sekarang? Hahaha!! (Cetus Clara sambil menyindir).
Melly pun hanya membalas dengan senyuman manis.
“Dia itu siapa sih Melly?” (Tanya Tasya)
“Oohh dia itu Clara, anak yang sering mengejekku.” (Jawab Melly)
“Kok kamu diam aja sihh dienjak kayak gitu? Lawan dong Melly” (Kata Tasya)
“Gak papa, tidak usah dibalas” (Jawabnya Melly dengan santai)
Tasya yang siswa baru, baru mengetahui kalau Melly sahabatnya sendiri sering diejek oleh Clara. Dan Tasya sudah berusaha untuk melawan Clara, Tapi Melly tetap diam membalas Clara dengan senyumnya saja.
Semakin hari tingkah Clara semakin menjadi-jadi pada Melly. Melly pun tetap diam melihat itu semua dan tak pernah dendam kepada Clara. Akan tetapi, Tasya yang sangat kesal melihat tingkah lakunya Clara kepada sahabat baiknya itu, Ia hanya ingin membalas perkataan-perkataan Clara tetapi Melly melarangnya.
“Melly kok sabar banget sih jadi orang. Kalau Aku jadi dia mungkin udah Aku balas tuh semua ejekan-ejekan Clara”. (Kata Tasya dalam hati)
Keesokan harinya, Melly sedang berjalan-jalan sore tanpa ditemani Tasya. Tiba-tiba ia melihat sekumpulan orang ramai.
“Maaf pak ini ada apa yah, Kok ramai sekali? (Tanya Melly dengan heran)
“Ada seorang anak yang jatuh naik sepeda motor.” (Jelas Bapak itu)
“Yowess, coba Saya lihat. Siapa tahu saya mengenalnya.” (Kata Melly)
“Ohiya silahkan nak...”
Melly pun segera melihat anak itu, dan ternyata anak itu adalah Clara. Tanpa berpikir panjang lagi, Melly pun langsung membawa ke rumahnya dan mengobati luka dikaki Clara.
“Dimana Aku? Sedang apa Aku disini? Kau menculikku cupu?” (Tanya Clara dengan sedikit menjauh dari Melly)
“Tidak kok, jangan menuduh sembarangan. Tadi kamu jatuh saat mengendarai motor dijalan dekat rumahku, Lahh Aku pun langsung membawamu ke rumahku.” (Jelas Melly panjang lebar)
“Tak usah banyak alasan lagi!! Kau pasti ingin balas dendam dengan cara menculikku kan, culun?! Sudahlah lebih baik kau mengaku saja!!!” (Cetus Clara)
“Tidak, saya tidak ingin balas dendam denganmu. Saya hanya ingin menolong mu saja toh.” (Kata Melly lagi)
“Alah! Sudahlah culun! Tak usah mengelak lagi!!” (Kata Clara dan langsung meninggalkan si gadis culun).
Keesokan harinya, Melly menceritakan kejadian kemarin sore kepada Tasya disekolah. Tasya sudah mendengarkan semua cerita Melly dengan jelas dan tanpa sepengetahuan Melly, Tasya mendatangi Clara dan memakinya.
“Eh, Clara! Kamu sadar gak sih? Kemarin sore, Melly itu udah niat tolongin ! Tapi kamu malah menuduhnya sembarangan! Sadar dong !!”(Maki Tasya dengan kasar)
“Tau apa kamu tentang kejadian kemarin sore? Ha?! Jangan asal ngomong deh kamu! Anak baru saja sudah belagak!” (Clara kembali memakinya).
Tak lama kemudian, Melly datang. Ia kaget melihat Tasya adu mulut dengan Clara. Melly segera melerai mereka. Tetapi mereka tetap adu mulut. Akhirnya, Melly membawa Tasya pergi jauh-jauh dari Clara.
“Kamu itu ngapain berantem dengan Clara?” (Tanya Melly sambil menatap muka Tasya).
“Ya aku kesal saja sama Clara. Seenak-enak saja dia mengejekmu!” (Kata Melly)
“Haduh Tasya, Saya sudah bilang Clara itu anaknya memang begitu. Tidak usah diladenin lagi.”
“Sampai kapan sih kamu mau sabar sama semua tingkah-tingkah Clara yang udah kelewatan batas?” (Tasya kembali melawan perkataan Melly).
“Sudahlah, Tasya diamkan saja.” (Balas Melly).
(Tasya tak membalas perkataan Melly lagi).
Dua hari kemudian, Clara jatuh sakit dan Ia demam tinggi. Clara memutuskan untuk tidak ke rumah sakit dan tetap dirawat di rumah saja. Karena melihat kondisi Pandemi Covid-19 yang semakin merajalelah. Ibunya berpikir jika anaknya di bawah di rumah sakit jangan sampai penyakit Clara semakin memburuk, karena di rumah sakit begitu banyak pasien yang terkena covid-19. Dan Ia juga takut jika anaknya nanti tertular.
Sudah tiga hari Clara jatuh sakit dan tidak masuk sekolah. Orang tuanya pun telah mengirim surat kesekolah. Teman-teman Clara juga sudah mengetahui bahwa Clara saat ini sakit dan tak bisa mengikuti pembelajaran seperti biasanya.
“Bagus deh Clara gak masuk sekolah. Kelas jadi aman, gak ada yang jail dan gak ada lagi yang sering ngejek kita.”(Kata Tasya sambil ketawa kecil)
“Hahahaha, betul tuh, Tasya! Setuju banget deh sama kamu.”(Sambung anak-anak kelas lainnya).
“Tidak boleh begitu, walaupun Clara sering ngejek kita, Clara itu juga termasuk teman kita. Tidak baik seperti itu sama teman sendiri. Lebih baik kita jenguk dia saja. Kasihan dia nggak ada yang jenguk.” (Ujar Melly)
“Engga deh, gua malas jenguk dia. Dia udah jahat sama kita, ya gak temen-temen?” jawab Tasya dan mengharapkan jawaban dari temen-temen sekelasnya.
“Ya sudah kalau kalian tidak mau jenguk Clara, biar saya saja yang menjenguknya sendirian.” (Kata Melly)
Bell sekolah pun berbunyi, sekarang sudah pukul 14.00, menunjukkan waktu pulang telah tiba. Semua siswa kembali ke rumahnya. Dan Melly pun bergegas untuk menjenguk Clara di rumahnya.
Assalamualaikum! Apa benar ini rumahnya Clara?”(Melly mulai bertanya)
“Iya benar, maaf kamu siapa ya nak?” (Sapa Ibunya Clara dengan lembut).
“Saya temannya Clara Ibu.” (Kata Clara dengan senyum)
“Oh mari silahkan masuk." (Ajak Ibunya Clara)
“Terimakasih banyak Ibu.” (Melly segera masuk ke kamarnya Clara. Kebetulan, Clara sedang menonton TV).
“Halo Clara, selamat siang! Gimana keadaan kamu sekarang? Sudah enakan belum?” (Tanya Melly).
“Melly?!! Ngapain kamu jenguk aku? Aku ini sudah jahat sama kamu, tapi kamu masih mau menjenguk Aku. Teman-teman ku saja tidak ada yang mau menjenguk ku.” (Kata Clara kaget).
“Sudah, tidak usah di tanyakan lagi. Ohiya, Saya bawain kamu buah. Maaf, buahnya cuma sedikit.” (Kata Melly sambil senyum).
“Ya ampun Melly, Terimakasih banyak. Kamu ini baik sekali sama Aku, padahal aku sudah sering mengejek mu. Sekali lagi, terimakasih.
“Hehehehehe, sama-sama. Ya sudah, aku mau pulang dulu. Jangan lupa dimakan buahnya. Kamu pasti bisa sembuh, Clara!
“Iya Melly terimakasih yah sudah mau menjenguk ku.”(Clara berterima kasih kepada Melly)
Sejak saat itu Clara pun sadar, sikapnya sudah keterlaluan. Sekarang Ia juga sudah berteman dengan Melly dan Tasya. Clara juga tidak akan mengejek dan menghina orang lagi. Clara juga sudah rajin belajar dan ketika ujian, Ia tak pernah menyontek lagi. Para guru disekolah dan orang tua Clara, senang melihat perubahan sikap Clara yang semakin baik.