KARYA DIVISI SASTRA

 DAUN DAN BUNGA RUMPUT - MUSIKALISASI PUISI

Karya :  Nur Asira (TEMARAM)



Daun dan bunga rumput

Berseliweran, melambai di halaman

Lekat nan mesra, udara mencumbu

Jadilah liar yang ranggas

 

Daun dan bunga rumput

Menyisih ruang-ruang yang hampa

Detik tergeletak di ubun batu

Dan burung-burung berlalu

 

Haa.... Haa... Haa (4x)

 

Kita hanyalah belalang sembah

Dan kumbang-kumbang

Melambaikan purnama

Terlarut dimensinya

Terlelap lambat

Detik yang mati

Dan tak tertata...

Menjadi liar yang ranggas di halaman

Di halaman... Di halaman... Di halaman

Haaaaaaa... Haaaaaa

 

Jerit cuaca tidak terdengar

Langit merengek marah padanya

Jerit cuaca tidak terdengar

Langit merengek marah padanya

Haaaaaa... Haaaaaa

 

Puisi :

Kepada pendengar yang sedang mengamatkan

Ini sebuah bait dari seorang yang amatir dalam membaca

Ribuan sajak tidak akan berarti apa-apa

Jika kebenarannya terus diperdagangkan

 

Sajak-sajak lama yang ia tuang pada sebuah buku yang bertajuk "insan"

Perihal ruang yang dirampas kefasifan

Dan perihal kefasifan yang terlamat dalam ruang

 

Aku bukanlah puisi, kaulah puisinya

Jika kau bukan puisi, maka kita ada diantaranya

 

Daun dan bunga rumput

Adalah ribuan detik yang dihamburkan

Ribuan titik yang di buramkan

Dan ribuan hasrat yang dihambarkan

 

Diam dan lamat menyantap bundaran arloji

Mati di tangan kepandiran

Dan terbiar menenggelamkan hasrat semestinya

 

Hei! kalian yang lamat melahap kehampaan

Jiwa yang terpatung dalam suasana

Sudahkah kalian sadari?

Mimpi dan ilusi berada dan tidak pada kepastian

 

Hei! jiwa yang terpulas

Jangan hanya jadi pengamat

Jika kesadaran masih tersemat

Bukankah itu belum terlambat


DILUAR, JALAN BEGITU DINGIN


Naskah oleh : Nur Asira (Temaram)


Pemain : 1. Hardiyanti (Kain Maxmara)

                          ​2. Andi Maghfirah (Kalung Mutiara)

     3. Nur Asira (Temaram)

  4. Saldi (Typoghrapy)

              5. Annas Alsia (Preamplifier)


 *DRAMATISASI PUISI*


(Adegan drama seorang melamun duduk dikursi)


Diluar, jalan begitu dingin

Tanah berpasir, kerikil, batu, daun berserakan dan serangga yang meraya


Aku duduk berpeluh seorang diri

Memastikan, memeluk hidup yang benar hidup, 

Memastikan, hidup ini menghidupkanku

BUKAN mematikan ku.


Bukan bias, yang mati diambang gulita

bukan kias, yang habis sekedar diduga-duga 

bukan hias, yang hilang diabu masa


Keniscayaan apa yang menciptakan kini

Aku Seorang diri-

diada-adakan tapi serasa tidak

nampak bekas pijakku yang nyata, tapi serasa tidak nyata.


Jalan buntuh!

aku dicekal pada tanda tanya.

Menuju apa diseberang sana?


Bahasa,.

Aku memelukmu lama dalam nuansa

rasa yang mana yang tidak bisa kau jelaskan

katakanlah,  aku sedang kalut.

Kalut kenapa?


Kalut.. Aku Seorang Diri!

Memaki angin hampa

Ah.. BAHASA

Mengapa tidak ada Cinta diramu mu.

Mengapa tidak ada engkau memeluk kalutku.


Kupeluk seorang diri,.

Badanku yang bertengger diteras rumah.


Diluar jendela

Desir bisikan angin, 

Memasuki jiwaku yang kalut seorang diri

Bermain dan menari melenggokkan lonceng bambu diberanda.

menjadi satu, menjadi merdu, menjadi lagu.


 *MUSIKALISASI PUISI*


Dibawah pohon bambu

Di ruang-ruang kelabu

Menjelma ruang yang teduh

Menyerukan rindu


Disepanjang jalan yang begitu dingin 

Sekalipun tidak, kulupa namamu

Buku dan pena

Kata dan kita

Sama.


Pada suatu hari nanti

Akankah terlupa

Pada suatu hari nanti

Akankah ditinggalnya

Pada suatu hari nanti

Bayang-bayang yang ramu

Akan menjadi satu 

Membentuk cerita

Kita


Dibawah pohon bambu

Akankah terlupa 

Denting tawa menggema 

Lingkar duduk bersila

Aku memetik kata

Dengan nada suara

Gitar dipetik dengan jemari


Berlayarlah, dikau

Sepanjang renungan malam

Terbangkan ragamu memeluk bulan yang tenang sendiri

Berlayarlah ke dasar rindu yang muncah menyebut kita

Satu.


 *PEMBACAAN PUISI*

Bagaimana bisa tidak kusematkan bait berupa cinta

Pada rungu yang setia,

Menyeka dingin dan gaduh seberangan

Duduk bersila diam terpaku pada wajah

Bertafakur atas cinta yang dipajangnya


Bagaimana bisa tidak kusempatkan hadir untuk cinta,

Pada setiap bait yang tak putus-putusnya

Magis yang tidak pernah beres

Mengenangnya selalu menjadi rutin kita


Atas nama cinta, aku memelukmu 

Atas nama cinta, berlipat gandalah


Rutin ku mencari-cari adamu

Dalam barisan puisi prosa

Dalam kalimat dan tanda baca

Ringkas yang tak sederhana

Dalam paragraf satu tema.

Dalam kata seorang bernama

Dalam gelap yang berada

Dalam ringkih yang parah

Dalam sepi yang tidak diada-ada


Aku adalah dusta yang sedang berkaca

Seribu penghias sajakku hanya untuk mengenang senja, memuja lembayung merah jingga, menatap teduh manik-manik cahaya , dan terpulas diantara syair yang begitu merdu


Aku adalah dusta yang sedang berkaca

Dibalik tirai jendela yang begitu melompong

Aku telah berdusta kepada hari.

Mengagungkan rekam jejak kisahnya tanpa menoleh melihat kepadanya.


Aku adalah dusta yang berkaca

Yang selalu mengenang

Yang diam dihalaman berdebu

Tapi bodoh memahat kata yang baru.


DRAMA MAPABA ANIMASI

Karya : Divisi Sastra





Pemain :

Kawindra sebagai pembaca sinopsis

Kalung Mutiara sebagai Senior

Kain maxmara sebagai Mahasiswa Baru

Kalindaqdaq sebagai Mahasiswa Baru

Temaram sebagai pembaca puisi

 

Prolog Kawindra :

Tanpa kamu minta , malam ini aku hadir

Tanpa kamu sadari setiap gerakanmu

Mataku akan selalu mengikuti mu

Daya tarikmu membuat ku terpaku

(Ya inilah dia penampilan dari ANIMASI divisi SASTRA)

....

Kampus adalah wadah bagi mereka yang ingin memperluas wawasan secara lebih mendalam.

Orang orangnya bukan lagi siswa namun sudah mendapatkan gelar Maha dari siswa.

MAHASISWA.

Dalam kampus ada beberapa organisasi sebagai wadah pengembangan minat dan bakat para Mahasiswa.

Satu diantara organisasi terbesar dikampus IAIN PAREPARE adalah ANIMASI (ALIANSI MAHASISWA SENI).

Suatu ketika 2 orang mahasiswa baru bernama Kalindaqdaq dan Aima berbincang mengenai minat dan bakat mereka yang entah harus di kembangkan di organisasi apa diantara banyaknya pilihan organisasi yang ada dikampus.

 

Kalinda        : Jalan jalan sama mama

                        Jangan lupa singgah di Belawa

                        Hai Aima

                        Sudah maki daftar ormawa?

Aima            : Beli papan beli besi

                      Iye sudah ma daftar di animasi

                      kalau kau?

Kalinda         : Di Sidrap ada baling baling

                        Jangan lupa mampir ke sana

                        Saya pusing

                        Mau pilih yang mana

Aima             : Pagi pagi makan kue nastar

                        Buka kulkas ternyata basi

                        Di animasi maki daftar

                        Apalagi kamu suka puisi

Kalinda        : Jalan jalan ke Jepang

                       Jangan lupa bawa tahu isi

                       Kenapa memang

                       Kalau ku suka puisi?

Aima            : Nah cocokmi karna di animasi ada divisi sastra

Kalinda        : Eh iyagah? disitu ma ple

Aima            : Ke Animasi bawa mie

                        Ayo mi

Kawindra : Seusai berbincang, mereka pun segera menghampiri anggota animasi untuk mencari tahu lebih mendalam tentang ANIMASI.

(Amura, yang merupakan senior di Animasi tengah duduk seorang diri dihampiri oleh Kalinda dan Aima)

Aima        : Assalamualaikum, kak mauki bertanya

Amura     : Iye, kenapa Ki?

Aima        : Masih bisa kah daftar di animasi?

Amura     : Iye masih bisa

Aima        : Ini temanku, mau daftar di Animasi, tapi masih bingung Ki sebenarnya kak. Apa itu

                    Animasi?

Amura     : Animasi itu merupakan salah satu organisasi kesenian yang ada di kampus kita ini.

                  Dan Ada banyak sekali bidang kesenian didalamnya.

Kalinda    : Iye gah? Apa saja mi itu kak?

Amura     : Eh di ANIMASI itu ada banyak sekali divisi.

Ada divisi musik, tari, vokal, tilawah, qasidah, paduan suara, seni rupa, teater, cinematography, dan yang terakhir tapi tak kalah keren yakni sastra.

Kalinda    : Sastra!?

Amura     : Iya. Nah di sastra itu, tidak hanya belajar puisi saja. Tetapi, juga belajar syair, pantun

dan masih banyak lagi.

Ayo buruan daftar, karena pendaftaran akan ditutup pada tanggal 25. Sampai jumpa di ANIMASI, dan menjadi bagian dari kami.

 

(Musik Pengiring)

Sajak Bual : Temaram

Sketsa Tuhan tentang hidup adalah keindahan

Dunia indah dengan warna, dengan rupa, dengan cerita

 

Selamat malam, selamat datang di pelataran kata

Ada banyak hal yang terlampir disana

Disana, kita mengelana menyusuri keindahan

Belajar memberi warna pada kanvas hari

Melodi-melodi melantun dan menyapa telinga kita dengan kesyahduan nya

Menikmati ruang delusi dengan sedalam-dalamnya dan sehanyut-hanyutnya

Terenyuh dan terpaku kepada renjana

Memilinnya menjadi kasih

Menorehnya menjadi kisah

Lalu, abadi dalam cinta.

Ahh..

Bagaimana aku menuliskan puisi tentangmu

Sedangkan kau lebih dulu lahir sebagai puisi

Ada ribuan sajak- sajak fasif yang sengaja dimassifkan kepada mu untuk aku menorehkan cinta

Tangan-tangan yang memberi kasih

Telinga-telinga yang menjadi malam

Para mata yang tak lari pandang

Serta mulut yang menyanyikan lagu tentang cinta.

Tuhan menciptakan mereka

Semesta mempertemukan kami

Ada waktu yang mesti kita cipta untuk kita kenang

Ada rasa yang perlu ditanam untuk kita rindukan

Ada ruang yang harus diberi warna untuk kita berikan makna.

Pintu akan terbuka Kepada siapa yang mengetuknya,

Puisi akan berbaris kepada siapa yang memetiknya

Di dalam kebersamaan dan kebahagiaan

Mari Kita Abadi bersama dengan keindahan

 

Kawindra : Mari kembangkan minat dan bakat dalam berkesenian

Karna seni seperti dia yang harus dimiliki



Menghitung Debu

Oleh : Temaram

 

Pada tepian hulu yang meraung

Pada sebuah jingga yang merebah

Pada suara yang berseteru

Pada hilir yang sudah amat jauh

Pada sepasang mata,

Dia disana,

Disatukan dan disamakan

Pada simpul dan rinai nya

Pada ruang dan waktunya

Pada hentak dan jedanya

Segala yang terlihat walau tak terlihat

Segala yang terdengar walau tak terdengar

Waktu seakan berjalan satu arah ke belakang

Dengan segaja ia mengalungkan rindu

Rindu yang merayu

Rindu yang menyapu

Rindu yang bersikukuh

Selaksa jingga yang merekah purnama

Jingga yang memerah di hamparan dermaga

Jatuh pada keteduhan purnama

Betapa hebat semesta

Betapa cantik rupa

 

Suara-suara di hamparan

Menyandungkan cinta

Mendamaikan luka

Menghantarkan Rindu

Dimana pun, kapan pun, apapun.

Rindu adalah sajakku, puisiku, laguku, ilusiku, Aku!

Aku Rindu!

Pada setiap wajah yang tersenyum

Pada setiap tangan yang mengulum

Pada setiap tapak yang keras menari

Setiap asa yang mencuah menjadi cerita

Setiap rintik yang pekik menjadi sebuah kisah

Setiap kisah yang berima menjadi satu sejarah.

 

Kepadanya...

Fana? Abadi? Apa sebenarnya makna?

Kefanahan pada tanaman kecil itu adalah kemalangan yang mencekik

Pada tanah lapang haruslah mekar merambat

Haruslah tumbuh dan subur

Kefanahan itu tidaklah boleh untuk ia

Sebab sejatinya dirinya adalah abadi.

Biarkan tumbuh selalu

Biarkan ..

Tapi, menantikan hari esok dengan tidak melihat hari ini adalah omong kosong.

Mendambakan pohon itu tumbuh subur dengan tidak menyiraminya adalah sia-sia.

Dahan-dahan merapuh di halaman

tidak bersemai, tidak bersemi

Daun-daun kering bercerai dan berderai dalam sapuan badai yang ganas membisikkan peluhnya.

Mengapa?

Kita bertanya mengapa?

Yang menanam haruslah menyiraminya

Yang menanam harus lah merawatnya

Yang menanam haruslah memupuknya

Kita tahu, itu kita.

Di sepanjang penyebrangan

Bahkan, namamu setia, selalu

Ada dan abadi

Berawal dari penyebrangan yang panjang

Lalu menapak dari sebuah tangga menuju tangga yang lainnya

Kisah kita sejatinya adalah sebuah takdir

Yang telah digariskan di tangan masing-masing

Oleh Tuhan, untuk kita

Melodi-melodi yang melantun di keramaian

Sajak-sajak yang nyaring di kebisingan

Terpaku dan terpana pada mereka

Begitu memukau

Begitu indah dan jelita

 

Kita berada disana

Duduk saja

Tapi terus membatu

Diam saja

Tapi terus menganga

Bagai batu yang dipercik gemercik hujan

Yang merasuk menjadi palung terdalam

Aku masih ingat

Kisah kita begitu sempurna, begitu memesona

Sekejap bulan tergagap pada larut malam

Seluruh rinai boleh saja menitik

Seluruh kantuk boleh saja terjaga

Seluruh keluh boleh saja ditampung

Tapi, kita haruslah satu

Menjaga dalam pelukan

Merekah dalam genggaman

Dan menyatu dalam keindahan

Sejatinya, mereka yang berlayar akan berlabuh kembali

Sekalipun pergi ke hilir samudra

Akan berakhir di dasar hulu

Kembali ke hamparan dermaga

Pasir yang dipijaki dan  merayap di kaki

Sengaja aku menghitung debu yang tersisa

Sebisa, dan semampu yang semestinya

Kisah kita

Tidak akan usang oleh waktu

Sekalipun hanya bayang semu

Kamu adalah candu,

Dan aku Rindu.


KEHIDUPAN 

Karya: ANIMASI CAMP Angkatan 21

PUISI BAYI

Inilah Aku...

Insan Tak Kenal Dosa

Insan Tak Tahu Apa Apa

Insan Yang Di Nantikan Oleh Mereka

Belum Cukup 2 Tahun Hadir Di Dunia

Tapi, Merasakan Cinta Seluas Samudera

                                    Siapa Yang Tak Bangga Jadi Diriku

                                    Selalu Saja Penuh Dengan Tangisan

                                    Kecil Kecil Suka Merepotkan

                                    Namun, Kasih Sayangnya Tak Pudar Akan Keadaan

Tidak Ada Yang Mampu Menebak Rasaku

Sekarang Tertawa Riang

Semenit Kemudian Menangis Tanpa Sebab

                                     Itulah Aku, Tak Mengalir Akan Suasana

                                     Tuli Akan Ulasan Mereka Yang Menyanjung Diriku

                                     Buta Akan Sikap Mereka Yang Mendewasakanku

                                     Bukannya Aku Sombong Ataupun Songong

                                     Tapi, Sudah Jalannya Aku Diciptkan Dengan Tingkah Laku Koyol

Inilah Aku, Insan Tak Berdaya

Berkeluh Kesah, Tidak Dengan Bahasa            


PUISI ANAK

            Aku Adalah Masa Dimana Aku Baru Mengenal Dunia

            Aku Mulai Pintar Berbicara Dan Aku Sudah Pandai Berjalan

            Bahkan, Aku Sudah Lincah Bernyanyi

                                        Tubuhku Mungil

                                        Aku Lucu Dan Menggemaskan

                                        Aku Juga Ramah Dan Suka Bergaul

                                        Umurkupun Masih Sangat Mudah

                                        Teman-Temanku Selalu Ceria

             Dan Mereka Suka Bermain

             Dan Aku Suka Itu

             Akupun Suka Boneka

             Dan Aku Suka Membuat Orang Tertawa 

                             Fikirku Hanya Sebatas Senang Senang Saja

                             Tak Pernh Berfikir Bagaimana Nanti Jika Aku Susah

                              Fikirku Hanya Kebahagiaan Saja

                             Tak Pernah Berfikir Untuk Tidak Menyusahkan Orang Lain

 Inilah Aku, Seorang Anak Kecilsebab

 Yang Tak Tahu Apa Apa

 Hidupku, Matiku Tak Pernah Kupikirkan

 Aku Adalah Anak Keci Yang Tak Tahu Apa Apa

       

PUISI DEWASA

            Demikian Cantiknya Saat Remaja

            Disaat Saat Sarat Dengan Gurau Dan Tawa

            Beratnya Beban Kehidupan Yang Belum Terasa

            Tidaklah Terlihat Sekecil Curah Mata

                                                    Yah,

                                        Perilaku Remaja Condong Berbeda-Beda

                                        Bersamaan Budaya Jaman Sekarang

                                        Yang Tetap Berputar Putar Arah

Menggerogoti Tebalnya Tradisi

Yang Semakin Sulit

Terbilas Model Zaman Sekarang

Membuat Orang Tuapun Pasrah

                                          Yah, 

                                          Remaja , Dimana Mata Dapat Menyaksikan Cantiknya Dunia

                                          Dunia Dimana Kenyamanan Tiba Seperti Surutny Pantai

                                          Dimana Mencari Jatih Diri, Mencari Jalan Kehidupan

                                          Dan Mungkin Kalian Semua Ketahui

Dimana Remaja Sudah Mengetahui

Apa Arti Dari Kata Cinta

Berdalil Semua Karena Cinta

Terbuai Nafsu Saitan Semata

Rela Lepaskan Mahkota Hingga Sesal Mengiring Derita

 

                                            Oh Remaja, Hey Remaja

                                            Sadarlah Remaja, Waspadalah Daalam Menoreh Kasiih

                                            Jagalah Cinta Tetap Bersih

                                            Tekanlah Nafsu Sampai Tersisih, 

                                             Hingga Ter Ikrar Diatas Kertas Putih


PUISI DEWASA

            Tubuhku adalah dosa

            Memuja dan memuji lewat desah penuh rasa

            Masa remaja yang sangat bebas membuatku ingin lagi, lagi dan lagi

            Beban pikirku yang terus berputar di otak

            Tak ingin lepas jiwa yang busuk

                                            Beban hidup teru saja menghampiri

                                            Adakah jalan untuk aku berlari

                                            Tuntutan hidup yang seperti ini dan itu

                                            Apakah perjalanan dewasa sepenat ini?

                                            Sungguh dongeng yang sangat indah

              Lepaskan....

              Aku ingin melaut

              Melawan ombak yang sangat besar

                                             Lihat aku... hey lihat aku

                                             Ingin bertahan namun menyakitkan

                                             Ingin melepas kenang takut kehilangan

                                             Kisah remaja yang telah di renggut oleh takdir

                                             Saat itu terjadi, adakah ruang untuk penyesalan

 

PUISI ORANG TUA (IBU HAMIL)

Jam terhenti

Aku masih diam terduduk

Didalam ruang yang telah usang dengan kebahagiaan yang mulai hilang

Menjadi aku tidaklah mudah

                                                Menahan tangis berharap bisa melakukan apa apa

                                                Namun, terkendala badan yang tak bisa bekerja sama

                                                Tak bisa berguna untuk orang yang tersayang

Sadar akan tanggung jawab yang harus ku hadapi

Menjadikan sabar dan syukur menjadi pembeda

Semua ku lakukan dengan kesabaran

Karena aku sadar aku telah dewasa

                                                Hamil adalah kebahagiaan untukku

                                                Melahirkan adalah hal yang kunanti

                                                Melihat anak-anak tumbuh adalah suatu ujian

                                                Yang mengajarkan aku menjadi lebih dewasa

Kehadiran anak memang membahagiakan

Akupun harus bahagia

Entah sebelu memilikinya ataau setelah memilikinya

Aku... sudah dewasa


PUISI NENEK

            Heeeeyyyy

            Aku Yang Sudah Tua

            Bertahun Tahun Hidup Didunia Ini

            Rasanya Begitu Hampah 

                                        Rambutku Telah Memutih

                                        Kulitku Telah Mengeriput

                                        Punggungku Telah Membungkuk

                                        Raga Tak Lagi Sekuat Dulu

            Nikmatilah Masa Kalian

            Aku Yang Sudh Rentan Ini

            Banyak Yang Melupakanku

            Apakah Kalian Sadari Itu

                                         Sensara Betul Hidup Dimasa Tua Tanpa Ada Yang Menemani

                                         Segala Sesuatu Kulakukan Dengan Sendiri

                                         Anak Dari Rahimku Tidk Lagi Melirikku

                                         Aku Butuh Dekapanmu Anak Cucuku

            Mendengar Banyak Keluh Kesah

            Membuatku Muak

            Tuhan, Aku Tersiksa Dengan Kerinduan

            Aku Tersiksa Dengan Keresahan

            Aku Lelah, Mengapa Tak Cabut Saja Nyawaku Ini

 

PUISI MAYAT

Hari ini adalah hari kematian ku

Sisa nafasku berhenti di batas waktu

Jantungku kini tak lagi berdetak

Malaikat maut telah melepaskan jazad ku

                                          Perlahan tubuhku di selimuti kain kafan

                                          Aku di letakkan dalam sebuah keranda

                                          Di sebuah tempat yang tak pernah terbayangkan

Lihatlah wahai manusia

Tidak takutkah kalian akan kematian

Mati sekarang atau esok  tak ada bedanya

Kita mati hanya menggunakan kain kafan

                                          Lihat itu... (tunjuk nenek)

                                          Seorang wanita tua

                                          Matang pemikirannya, mapan ekonominya, tinggi status sosialnya

                                          Tiba-tiba ajal menjemputnya

                                          (iya, aku yang telah rentan ini direnggut nyawanya)

Lihat itu... (perempuan hamil)

Seorang wanita yang hamil besar menantikan buah hatinya

Tapi, tuhan berkehendak lain    

(iya, aku menanti buah hatiku yang hampir saja ku lahirkan)

                                            Lihat... (remaja)

                                            Seorang remaja

                                            Usianya baru menginjak 19 tahun

                                            Tapi, tiba tiba israil datang mencabut nyawanya

                                             (inilah aku, jiwa yang sehat, fisik yang kuat, tak menjamin panjang umur)

                                             (aku saja yang segar bugar, bahkan di panggil oleh Tuhan)

Hey... lihat ini

Seorang anak kecil usianya baru beranjak 7 tahun

Tapi, tiba-tiba ajal mencabut nyawanya

(iya, inilah aku seorang anak kecil yang tak tahu apa apa bisa mati kapan saja)

                                             Lihatlah...lihat itu

                                             Seorang balita polos yang menggemaskan

                                             Banyak orang yang tertawa riang karenanya tapi 

                                             tiba tiba ajal menjemput nyawanya

                                             (yah, aku balita ingin menikmati indahnya dunia 

                                              namun tuhan berkehendak lain)

Heeyy....

Tak terbayangkah kalian sedikitpun mati sekarang atau esok tak ada gunanya

Hari ini kalian mungkin saja memakai sutra

Bisa jadi esok kalian memakai kafan

Hari ini mungkin kalian tidur di tempat mewah

Tapi bisa saja kalian tidur di liang lahat

                                                Wahai manusia...

                                                Sadarlah kalian akan kematian

                                                Karena kematian akan datang tanpa kalian minta

Innalillah wa inna ilaihi roji’un (serempak)


TEMARAM

(Tekad Emas Meraih Angan di RAntauan Mahasiswa)

 Karya: Andi Magfirah, Nur Asira, Hardiyanti, Rizkyanti, Wahyu Anna, Melda


(Syair opening)

Inilah gerangan cerita kita

dituangkan syair melodi indah

Petuah-petuah jangan dilupa

harapkan berkenang bagi saudara

 

 Inilah suguhan cerita kita

Ana' dara Bugis melantun sastra

Hadirin berbaris didepan mata

Wajah berseri rona gembira

 

(PANTUN)


(Syair opening)

Mimpi adalah hal hebat yang melekat pekat dalam diri setiap insan

.Mimpi yang kau gantung di pelintiran hari,setiap mentari melakukan petualangannya adalah apa yang membuatmu lekat akan harapan untuk terus melangkah. Suatu saat kau akan menjadi seseorang yang berguna dan dibanggakan orang tercinta. Meskipun terkadang dengan brengseknya kerikil-kerikil kecil memelintir di sela-sela perjalanan mu, kau akan tetap berjalan lalu hibak para pencaci.

Mimpi sederhana untuk membuat bangga sang ibu, datang dari seorang ana' dara Sulawesi bernama temaram. Keluarganya dicap kelas bawah dengan sepetak sawah peninggalan  bapaknya 3 tahun silam.

Ia tinggal serumah hanya dengan ibunya seorang.

: Di pertengahan tahun ini , ia berencana melanjutkan pendidikan nya, alih-alih mengharap ini satu-satunya jalan untuk mengangkat derajat keluarganya.

Selama perjalanan di rantauan, ia dihadapkan akan cinta, pertemanan, ekonomi dan mimpi untuk ibunya yang mendesir dirinya habis-habisan . Bagaimanakah temaram bisa mewujudkan mimpinya di perantauan?? Mari kita saksikan.

 

Di belakang rumahnya, Temaram Menghampiri dan duduk disamping Ibunya yang tengah sibuk mattapi berre.

 

Temaram : Indoku.. aga ta' pugaung?

Ibu             De'gaga mni iyye nak, Magai nak?

 

Temaram : Menoreh tinta diatas buku

                    Melihat nona sedang makan

                    Jika boleh saya mengadu

                     Apakah ibu Sudi berkenan

 

Irama lagu yang didendang

Berpasang wajah suka cita

Ibu, izinkan aku ke tanah seberang

Menuntut ilmu agar berjaya

 

Ibu : Nak nak..

Apalah dayaku seorang janda pekerja tani

Selepas hari sibuk berburu cuci

Sudah untung nak kita dapat sesuap nasi

malah kau mintai perihal mimpi yang belum pasti

Sampai berpamit meninggalkan ku seorang diri disini

 

Temaram : Bukan niatku meninggalkan mu ibu,

Selebat cinta ku yang terlalu lirih ingin membahagiakan mu,

Tersadar harapanku tuk rantau sedikit buatmu sendu

Ana' dara mu ini telah tumbuh besar di pangkuanmu

Izinkan aku dengan waktu yang digulir itu,

Bertarung memores senyum indah di wajahmu, ibu

 

Ibu :       Dengan berat hati ku ikhlaskan engkau pergi meraih anganmu,

Namun ada satu keinginan ibu agar slalu kau indahkan dalam langkahmu.

                                                Tellu riala toddok, iyanaritu lempu’ , Getteng na ada tongeng

(Ada 3 hal yang dapat dijadikan patokan, yaitu keteguhan , kejujuran dan ucapan yang benar)

 

Temaram : (dengan antusias dan bahagia, temaram memberikan pantun untuk ibunya)

Ada kambing dan lembu

Dimandikan agar bersih

Padamu bidadari hatiku

Ku ucapkan terimakasih

 

(Part keterima Kuliah)

Akhirnya Temaram mendapatkan berita bahwa ia lulus dan diterima di salah satu perguruan tinggi yang merupakan impian besarnya sejak lama. Dengan antusias ia bergegas memberitahu berita bahagia ini pada ibunya.

 

Temaram : "Indo' ku..

Duduk ditanah berlagu riah

Alhamdulillah diterimaka' kuliah

 

Ibu : langit muram pertanda hujan

Kumpul bersama para sanak

Syukur Pada Tuhan

Semoga sukses di sana yah nak.

Ibu :       pergilah nak raih impianmu,

 doa dan restuku selalu menyertaimu

                                Ingat nak, Sipakmi paompoki Assalenge.

                                (wataklah yang menunjukkan asal usul)

 

Temaram :       Ibu, tiada hal yang bisa aku janjikan

Kecuali kesuksesan untuk mu akan kupersembahkan

(salam untuk pamit)

 

Temaram pun berangkat ke Kota Perantauan.

Setelah Sampai di perantauan ,Temaram menjalani hari harinya sebagai seorang mahasiswi yang aktif dalam perkuliahan. Ditengah Perkuliahannya , Terbesit dalam fikirannya untuk meringankan beban Ekonomi Ibunya. Maka dari itu, sepulang dari kampus ia memutuskan untuk mencari pekerjaan. Setelah beberapa hari melamar pekerjaan di sejumlah kafe, akhirnya ia diterima sebagai seorang waiters salah satu kafe di Kota Parepare.

temaram  giat bekerja sembari tetap menjalankan kewajiban kuliahnya dengan sangat baik.

(di tempat kerja sembari bersih bersih temaram pun berpantun dengan bahagia)

Temaram :          Terlihat batu terbelah

Sungguh elok dilontarkan ke mangga

Syukur alhamdulillah

Akhirnya ku dapat bekerja juga

 

Ditengah rutinitas pekerjaannya, temaram bertemu dengan seorang pria dan akrab di dunia maya .

Setelah beberapa waktu saling mengenal, Mereka pun akhirnya resmi berpacaran.

(telponan/pria menelpon dan temaram mengangkat) MUSIK TELPON

Pacar temaram : selamat pagi sayang

Temaram : Pagiii juga yang

Pacar temaram : Semoga harimu bahagia dan semangat kerjanya yang ,

                Dan inget Kamu jangan deket deket sama tanaman berbunga

Temaram : Loh kenapa yang ?

Pacar temaram : Nanti bunganya layu , soalnya minder kalah cantik sama kamu.

Temaram : aaaa ayang

Pacar temaram : yang, kemarin aku kirim foto kamu ke lembaga antariksa loh. Biar apa coba ?

Temaram  : biar apa emang ?

Pacar temaram : biar mereka tahu ada yang lebih indah dari bintang bintang dilangit.

Temaram : tersipu malu

Pacar temaram : udah dulu yah yang

                                Aku mau kerja dulu, buat ngumpulin uang panai untukmu

                                Dah ayanggg, assalamualaikum

Temaram : dahh yang, waaalaikumsalam.

                               

Seiring berjalanya waktu temaram yang sudah terlanjur membucin, memberanikan diri memberitahukan ibunya tentang hubungannya dengan kekasihnya, via panggilan telfon.

Musik telepon

Temaram : Halo, Assalamualaikum bu

Ibu temaram : Waalaikumsalam nak

Temaram : ibu, temaram telah menemukan pasangan baru

                                Temaram ingin memita izin agar ibu memberi restu

Ibu : (menghelah nafas)

kau telalu cepat untuk membangun hubungan itu nak

                Raihlah anganmu lebih dulu sebelum kau menjalani hubungan yang redup itu

Temaram : wahai ibu, temaram tak melakukan ini hanya untuk kesenanganku

                Ini adalah bagian dari proses pendewasaanku,

Di masa mudaku, aku juga ingin menikmati kebagiaanku ibu

ANA DARA MASOLANG

Sebuah Karya dari Masra Asri, Desi Enengsi, Nur Asira, dan Andi Magfirah  

"Puisi ini diangkat dari kisah nyata seorang gadis bugis yang tinggal di Kota untuk berkuliah. Bagi orang-orang disekitar nya ia dianggap orang yang selalu bahagia dan ceria. Namun, pada nyatanya itu salah. Gadis tersebut kian penuh dengan masalah yang rumit, hingga ia selalu menangis setiap malam tanpa ia membagi sakitnya itu. Ia anak yang tertutup. Ia adalah seorang gadis yang rela membahagiakan orang lain daripada dirinya sendiri"

 

-Anak Dara Masolang-

 iyana anak dara

Anak dara ri jajiang ri tana Ogi

 jaji ri appang tau perri

monro ri tanah kota

 

Aku seorang anak dara yang tidak sempurna

Lahir dan tumbuh di keluarga yang sederhana

Yang menjadi beban keluarga

Dan aku anak dara yg berbeda

 

Aku seorang anak dara yg terhina

Dari kecil aku sudah terikat dgn masalah

Teman, Sahabat, lingkungan, sosial, dan keluarga

Dan membuat ku berfikir bahwa itu adalah anugrah

 

Aku seorang anak dara yg terpuruk

Diriku sudah cacat

Batin ku kian rusak

Hatiku terlanjur bejat

 

iyana anak dara mapeddi

Anak dara masolang

anak dara degaga siri'na

 anak Dara degaga peccena

 

Aku seorang anak dara yang tak tau malu

Diriku tinggal dikota dan tak tau arah

Aku adalah anak dara bugis yg tak punya jalan kebaikan

Yang kutau ialah jalan menuju neraka

 

Aku seorang anak dara yang lalai akan diri sendiri

Demi kebahagiaan orang aku rela dibuat susah

Aku memang anak dara bugis yang bodoh

Sebab tak tau menjaga diri

 

Aku seorang anak dara yang kuat

Diri ini telah kebal dengan masalah yang ada

Tak pernah membiarkan orang sulit

Dengan mengorbankan diri, Aku rela mengurut dada

 

iyana anak dara masolang

anak dara dega adecengenna

anak dara mappakasiri-siri) 

 MANUSIA SEPARUH SETAN

Cipt : Isnaeni (Relief)

Dalam potret lembaran sejarah 

Aksi ini muncul karena minimnya upah

Melahirkan perlawanan kelas pekerja

Menyuarakan kalangan pekerja di jalan raya 

Seakan menjadi pemandangan yang luar biasa bagi mereka

Belum lagi dengan lahirnya undang-undang setan 

Yang semakin menyengsarakan para bekerja

Kita sudah lama terluka

Mereka yang dipaksa bekerja dengan jam kerja di atas rata-rata


Kita hidup di mana uang menggantikan semuanya

Memilih percaya adalah pilihan

Nama itu benar adanya

Upahhh…..

Tapi ada yang lebih buruk dari itu semua

Mulai dari dari robot-robot dikte layaknya manusia

Mengambil alih lahan kerja

Lantas kaun pekerja akan terseleksi dengan sendirinya….


Angka pengangguran melebihi kapasitas ruang

Tak jarang kita jumpa di setiap gerbang tol

Tak lagi dijaga oleh manusia

Semua digantikan oleh mesin teknologi canggih

Maraknya Tenaga Kerja Asing

Masuk ke negara tercinta

Melengserkan tenaga pribumi dan rumahnya sendiri

Apakah nasib buruk hanya sebatas pesuruh

Meski sudah bersimbah luka dan pilu

Tak usah kita bicara mimpi

Karena ini telah menjadi santapan sehari-hari tanpa diolah dikunyah dan ditelan mentah-mentah.

 MENGAPA

Cipt: Risma Ramadhani (Shiva Mahanata)

Aku pernah bermimpi

Engkau bakal ada di sampingku

Memberiku banyak perhatian

Semuanya terjalin begitu saja


Musim kini kian berganti

Cintamu tak kekal bagai pelangi

Sayangmu bagaikan senja di langit sore

Namun harus hilang dikala malam


Ingin rasanya membuang semua kenangan

Namun sedikit rasa yang menjadi alasan

Alasan mengapa aku belum bisa?

Ntah mustahil tuk di hilangkan


Aku hanya bisa mengenang

Kenangan yang begitu manis terukir indah

Kau penyembuh hatiku

Mencuri rasa yang ada sebelumnya


Pengorbanan ada karena usaha

Aku ikhlas tanpa paksaan

Lelah pun sudah tak di hiraukan

Hanyalah bayang yang tak terhindarkan


Kuhempas nafas panjangku

Mencoba membebaskan sesak yang ada

Namun, ada sakit yang tak bisa ku tahan

Seakan berduri menusuk dada


Ikhlas sudah menjadi memori yang indah

Menjadi kenangan abadi yang tak bisa dilupa

Pasrah menerima kenyataan

Hanya ada sunyi dalam setiap tangisku


Remuk rasanya

Harus dilepaskan tanpa penjelasan

Sulit kumaafkan, tapi harus ku relakan

Aku, hancur karenamu.

 HALU

Cipt: Risma Ramadhani (Shiva Mahanata)


Aku pernah bermimpi

Aku yakin pasti akan meraih nya

Aku bisa!

Pasti bisa


Lalu, apa yang terjadi?

Aku terjatuh diantara bebatuan

Kedua kaki terasa sakit

Kedua mata menahan tangis

Apa yang terjadi?


Semesta rasanya tak adil

Aku bagaikan orang yang asing yang tetap hidup

Diriku susah sendiri

Bagai tak berguna bagi orang lain


Tak bermaksud ku mengungkit kesalahan

Aku hanyalah ingin tau jawaban atas tanyaku

Siapa yang berkhianant?

Siapa yang ada di mimpiku ini?


Hidup diantara tekanan

Lelah menelusuri cinta

Hidup jadi serba salah

Tak mudah untuk meraihnya


Tanda tanya

Lagi lagi tentang tanda tanya

Tak dijawab disangka bohong

Dijawab disangka dusta


Memang rasanya seperti mimpi

Namun apa benar ini sebuah mimpi?

Menjadikan cinta sebuah alasan

Tanpa melihat arti sebenarnya


Congaku bagaikan lingkaran yang tak bersudut

Tanyaku akan dirimu akan selalu ada

Apakah ini yang dinamakan cinta?

Jalannya menyimpan sejuta tanya.

CUMA

Cipt: Risma Ramadhani (Shiva Mahanata)


Semua terasa indah

Entah itu bersama mu atau tidak

Kita disatukan di dunia ini

Kelak bersama di akhirat nanti


Hari ini ku melihat indahnya bunga mawar

Ia serasa hadir untuk dikagumi

Mengagumi sebuah ciptaan

Yang rasanya sangat ingin ku miliki


Tapi

Semuanya tentang kenyataan

Kita berbeda karena tak sama

Cinta kita terhalang dinding pemisah

Cinta kita tak terestui


Sejauh ini usahaku, namun kenyataan nya kita berbeda

Kalung tasbihku berbeda dengan punyamu

Haruskah kita berpisah?

Yang kita dapat hanyalah luka


Kita berdoa dengan cara yang berbeda

Kitabmu berbeda dengan kitabku

Haruskah kita mendustakan cinta?

Meski ada cinta yang tak bisa meninggalkan


Cinta ini terlarang

kita tidak akan bisa bersama

Sekuat apapun kita bertahan

Yang kita dapat lagi lagi luka


Ke kerasan ku, ke egoisan ku

Aku sangan mencintaimu

Tak ada niatpun aku meninggalkan mu

Kau adalah orang yang aku ingin miliki


Semua hanyalah tentang kenyataan

Namun, bukankah perbedaan bisa disatukan dengan cinta?

Ataukah hanya bisa menciptakan luka?

Kita memang aing mencintai, namun iman kita berbeda

Cinta yang dibangun hanyalah dapat menjadi duri


Tapii

Aku ingin kau tetap ada disini

Memegang tanganku erat erat

Berjuang demi takdir yang berbeda


Ntah besok atau nanti

Aku bisa meyakinimu

Kita akan bersama 

Bahkan untuk selamanya.

 CERITA CINTA

Cipt: Desi Enengsi (Caption)

Kali pertama aku bertemu denganmu.

Sebuah tempat dengan penuh ceritaku.

Senang, sedih, dukamu tentu ku tahu.

Sudah ku cap itu tanda cintaku padamu.


Sebuah janji pernah kau ucapkan padaku,

Sembari duduk bersenandung ria di bangku,

Tak heran dirimu memang lucu.

Kau meminangku dengan candamu.


Jangan tanya apa jawab ku. 

Jawabanku sudah terlihat di parasku,

Ego selama ini tertanam dalam diriku.

Lepas karena mu.


Satu hal yang ku mau. 

Kebohongan jauhkan didirimu. Sungguh kata itu.

Jangan biarkan masuk dibenakmu.


Yahhhh memang ku tahu. 

Kebohongan manusiawi dalam hal itu.

Tapi seorang pendusta dimataku.

Tidak ada lagi kesempatan terlintas, dipikiranku.


Untuk itu...

Kau yg telah berhasil menaklukkan hatiku.

Semoga kau tdk mengecewakan ku

 RASA DAN HARAPANKU

Karya : Isnaeni (Relief)


Hai pemilik hati

Yang hadirnya selalu dinanti

Aku ingin bercerita tentang banyak hal

Mengenai makna sendiri

Bisakah berjanji untuk tak mengingkari janji

Yang Februari tak lagi ada disisi ...


Perihal hati...

Aku tidak mudah mengubah rasa

Bukan pula hati yang mudah jatuh cinta

Namun jika satu nanna sudah tertulis

Maka sulit untuk menghapusnya...


Teruntuk Februari dan cerita tentang kita

Yang pernah hilang

Aku selalu menganggap ini sempurna

Tapi kau hanya singgah sejenak

Bukan tentang kita yang sudah usang

Tapi bagaimana cara kita untuk melupakan waktu


Nanti..

Bila kita sudah tak bersama lagi Aku akan tetap bersyukur

Karena pernah menjadi alasanmu tertawa

pernah menjadi pendengar cerita-ceritamu

Walau cerita tentang dia... Setidaknya aku sempat menjadi sesuatu dihidupmu

Meski hanya sebatas diperlukan Bukan dipelukan.

 TULIP KUNING

Karya : Muh. Rezky M (Ritardando) 


Kupikir kamu masih ingat saat itu

Sulit bagiku untuk mendapatkannya

Aku seperti orang yang sangat egois

Melakukannya dengan perasaan bingung

Meski bingung, aku selalu saja melakukannya


Kau sangat persis dengan senja

Walau indah, tapi itu hanya sementara

Haruskah aku menanggung semua ini?

Disaat kau mennbawaku melihat hujan

Tanpa mengajakku melihat pelangi


Kau tau arti tulip kuning? 

Aku memikirkan itu saat bulan purnama, itu indah

Tanpa sadar, bulan itu hilang dihadapanku

Apa aku hanya dipermainkan? Aku seperti mengejar takdir yang menolak untuk dikejar


Hari ini aku membeli tulip kuning untuk diriku

Bunga indah ini tak seindah maknanya, itu menyedihkan

Hujan telah reda dan pelanginu telah datang

Tugasku sebagai payungmu telah usai sampai sini.

MIMPI

Karya : Masra Asri (Kilas)


Kini...

Ku duduk dibawah rembulan

Dekat dengan pohon

Dan di dampingi seorang laki - laki manis


Yah ....dia hitam

Tapi, tak pekat ya

Dia gondrong, tapi rambutnya Indah

Sering iya bertingkah aneh, tapi lucu

Namun aku sayang

Tatkala kumenatap bintang

Entah kenapa wajahnya ada diantara bintang - bintang itu

Dan nyatanya ia sudah ada di sampingku


Tunggu, apakah ini hanya sekadar bayangan, khayalan atau imajinasiku?

Hmmm... tidak !

Aku yakin ini nyata

Dan sekejap kupalingkan kepalaku


Dan ternyata disampingku

Hanya sebuah batu besar

Yang dikelilingi dengan lumut dan rumput yang indah

Sungguh ini mimpi indah bukan

TENTANG SEBAIT RASA

Karya: Tiina Suandi (pantofel)


Tentang kita yang tak lagi searah

Namun menyisakan kisah yang bersejarah

Tentang kita yang dulunya menyimpan rasa

Namun kini enggan tuk bertegur sapa


Jangan terlalu memberi nyaman

Jika pada akhirnya kita hanya berteman

Bukan ingin lepas harapan

Hanya tak ingin jarak menjadi alasan

Untuk bungkam dalam suatu keadaan


Harapan yang terlalu besar akan hubungan

Ternyata hanya bayangan semu semata

Terhempaskan oleh angin kencang kenyataan

Bahwa hubungan yang tak dapat berlangsung lagi

Ternyata adalah fakta yang tak bisa terelakkan


Bukan tak percaya hubungan akan bertahan

Hanya mewanti - wanti agar jarak tak benar-benar tercipta Namun...

Sekuat hati menahanmu tetap disisi

Yang pergi akan tetap pergi

TANYA CINTA

Karya : Nur Azizah Kasman (Serip) 

Apa kabar hari ini?

Apa ada yang berubah?

Apa hari ini masih sama dengan kemarin?

Sepertinya sudah berbeda ...


Apa ini pertanda?

Bahwa perasaan tak lagi sama Apa ini pertanda ?

Bahwa kau telah merubah perasaan itu


Sama seperti rasa cinta yang berubah

Menjadi rasa canda, hingga tidak lagi menjadi candu

Sama seperti rasa sayang yang berubah

Menjadi kasihan, hingga dikasihani


Tidak ada yang abadi bukan? Termasuk cintamu itu

Lelah ? aku menyerah

Meski aku mencintaimu 


Bersamamu adalah keinginanku

Yang tidak direstui takdir

Jika mengikhlaskanmu adalah jalan terbaik

Akan kuusahakan mencapai titik terbaik

Menunut takdir.

 CINTA BEDA ALAM

Karya : Muhammad Risal S. (vektor)


Katanya, cinta itu ungkapan tentang sebuah perasaan

Katanya, cinta itu muncul dikala Kerinduan tiba

Katanya, cinta itu rasa bahagia saat memiliki

Itu katanya, bukan kataku! Karena nyatanya ... Mencintainya membuat hatiku diam terluka...


Bukan bercerita mengenai rindu yang mendalam

Tapi bercerita mengenai luka yang ku pendam

Inikah yang dinamakan cinta ? yang orang bilang, 

Kebahagiaan berlandaskan kasih sayang, namun sulit untuk kuungkapkan

Entah kenapa ... rasa cintaku yang mendalam kini di selimuti dengan yang berujung tangisan,

Entah kenapa... cintaku padamu macih saja menggebuh-gebuh

Namun kutau, Kaulah orang yang hadir dimasa kecilku saja


Bagaimana bisa, cinta diungkapkan dengan kasih sayang

Jika orang yang diantai tak pernah hadir dipandangan

Bagaimana bisa, rasa nyaman akan melekat di pelukan

Jika nyaman bersamanya saja, masih kulakukan dengan khayalan


Mungkin kau memberikan kasih sayangmu sepenuhnya padaku

Namun, rasa itu tak tersampaikan padaku....

Karena ku tau, ada sekat di antara kita...


Kita beda ALAM ... Alamku dan alammu kini jauh berbeda ...

Ayah, maaf ... jika manjaku dikala kecil, yang mungkin menghambat aktivitasmu

Semoga saja, kau mendapatkan tempat yang penuh kebahagiaan disana

Tuhan...Jaga dia untukku...

 I MISS YOU FATHER

INILAH KAMI

Cipt: Semua Anggota Sastra


Merenung dalam angan

Realita Kehidupan tumbuh di era digital

Yaahhh…. Memang hidup itu bagaikan roda yang berputar


Dunia itu sederhana

Siapa yang kuat akan menang

Tetapi jika yang kuat ditekan

Maka kita akan ditindas


Selamat datang

Pada masa yang begitu ambigu

Pada dunia penuh tanya

Pada zaman penuh misteri


Sungguh manusia dari hari ke hari

Tak ada yang nyata 

Generasi yang saling terkoneksi

Menjadi sekelompok dalam satu kehidupan


Apa kabar pemuda-pemudi?

Terlihat puas dengan kenangan!

Terlarut-larut dalam kemalasan!

Terlihat pada kalimat masa bodoh!


Ya inilah generasi Z

Generasi kekinian

Yang identic dengan hal-hal instan

Dengan sejuta ide kreatif dalam mencapai sesuatu


Kita adalah generasi pembaharuan!!

Katanya generasi yang kreatif dan inovatif

Generasi harapan penerus bangsa

Mahir dalam teknologi bijak berkomunikasi


Kita generasi yang hobi musik

Koneksi internet jadi magnet public

Ego enggan dikutik


Teknologi mainan kami

Gaya hidup yang sosialita

Namun, apakah ini salah?

Sedangkan kami yang terbawa oleh derasnya arus zaman


Zaman ini zaman digital

Serba bisa dan pastinya canggih

Kita mahir didunia yang serba instan

Lita bisa belajar, tinggal memahaminya saja


Dunia begitu luas 

Isinya tak dapa dipungkiri

Kita seharusnya menjadi generasi baik

Menutup generasi yang tak terpungkiri


Kita adalah segumpal darah

Yang hadir di era 2000-an

Z bisa jadi jadi kata yang layak untuk diri kita

Karena itu kita seperti ini


Yah, inilah kami

Makhlik tuhan yang dilahirkan dibumi yang dust aini

Makhluk Tuhan yang lahir Bersama derasnya masalah

Dan kini, menjerit akan luka bumi pertiwi


Benarkan demikian?

Sepertinya sebagian dari kita menentang hal itu

Faktanya tidak semua insan serupa

Lita terkungkung pada satu sisi


Bagaimana bisa?

Dalam sekejab, hal yang terlihat mustahil nampak nyata

Ini perihal pembuktian

Bukan hanya sekedar pembenaran

Namun, semua takkan terwujud

Tanpa adanya tekad


Kesadaran kita jeda terlalu lama

Mengabaikan yan sudah berjuang

Hingga pada akhirnya

Masing-masing dari kami memilih bungkam


Membiarkan semua mengalir

Menemukan jawaban pada lautan tanda tanya

Menitip pesan pada angin

Sampaikan pada mereka

Inilah generasi yang dinanti!!!

Mengubah pola fikir tak sejalan hingga semesta mengakui hadirnya

Maka dari itu, kami berusaha mengubah fikiran mereka tentang generasi kami

Semua akan berubah Ketika ada usaha yang dilakukan


Dunia ini sungguh sangat instan

Tetaplah hidup meski itu sulit 

Belajarlah beradaptasi diantara mereka

Sebeb, kau tak bisa bila kau tak biasakan

Tak semua jahat, begitupun sebaliknya

Bila kau lelah, janganlah berhenti

Kau hanya akan menjadi sampah jika kau mundur

Maka, sesuaikanlah dirimu digenerasi ini


Jangan sangka kehidupan Bahagia

Jangan fikir hidup hanya enak-enak saja

Jika kau berfikir hanya sampai situ saja

Maka, kau perlu melihat luasnya dunia

Banyak orang yang ingin menjatuhkan


Tutur katanya yang menyakitkan

Sehingga tak jarang membuat hidup berantakan

Itulah hidup, butuh sebuah perjuangan

Jangan sampai kau merasa terlena

Dengan kehidupan yang fana


Suatu Ketika akan datang sebuah luka

Dan kau harus pasang kuda-kuda

Jika kau benar, kau akan bertemu dengan kesuksesan

Sehingga kahidupan akan lebih nyaman


Dan ingat,

Kau butuh belajar dari sisi positif

Kehidupan adalah pengalaman baru dari setiap insan

Kehidupan suatu anugrah dari sang kuasa

Karena Tuhan telah sedia meniupkan ruh dalam raga

Be Smart guys

Terus belajar karena tidak ada kata terlambat untuk belajar.

METOMORFOSA

Cipt: Tiina Suandi & Muhammad Risal. S


Masih ingatkah kalian

28 Oktober waktu itu

Pemuda pemudi Indonesia mengucap sebuah ikrar

Kurang lebih seperti ini


SUMPAH PEMUDA

“KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA, MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU, TANAH INDONESIA

KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA, MENGAKU BERBANGSA YANG SATU, BANGSA INDONESIA

KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA, MENJUJUNG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA”


Ibarat ranting dengan sebuah pohon

Akar adalah alasan tumbuh

Menjadi kuat pada dahan membawa ranting


Layaknya pemuda

Negeri ini butuh akan hadirnya

Demi tercapai bangsa berjiwa kokoh


Memupuk semangat pada raga

Kita tumbuh dari berbagai rumpun

Namun akar juang tetap satu

Hingga harapan berbuah manis


Saat penguasa menolak di bantah

Berbekal keberanian

Ia rapatkan barisan

Menjadi tonggak kepercayaan

Bagi kaum yang tertindas


Lihatlah 

Sosok yang berdiri di depan kalian

Bahkan banyak di sekeliling kita

Adalah penentu nasib bangsa ini

Estafet perjuangan ada di tangannya

Dan sekarang bukan lagi waktunya berdiam diri


Hey...

Bangkitlah

Aku, kau, kita adalah satu

Mari bersatu

Membawa sebuah perubahan


Seperti kata Bung Karno

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia”


 CAFEEIN

Cipt: Tiina Suandi (Pantofel)


Dingin menyelimuti malam

Menyatu dalam kelam hembusan angin mencekam

Pada suasana yang temaram


Bertabur bintang menyinari gelap

Berkawan dengan hening 

Suara jangkrik terdengar nyaring

Hanya mampu bergeming 

Dan menatap pada dinding membuat pelupuk sulit terpejam


Bergumam dalam hati 

Sambil bertanya pada diri

Perasaan apa ini?

Fikiranku ini telah diracuni

Oleh sosok yang bertahta dalam benak


Wajah dengan khas keanggunan

Hanya terlihat dan kejauhan Bersinar bagai rembulan 

Berharap kamu ada dalam dekapan


Matamu yang elok

Berpadu warna kecoklatan

Membuat diri ini tidak berani menatap

Karena itu aku mengagumimu 


Hidung mancungmu

Bagai pohon menjulang tinggi

Dengan begitu

Kau terlihat sempurna dimataku


Senyum bagaikan madu

Memandangnya membuat hati luluh

Hingga menjadi candu

Namun engkau begitu jauh


Dalam penantian masa

Memberanikan diri menyatakan

Tentang isi lubuk hati terdalam

Tentang perangaimu yang lembut

Tentang kerendahan hatimu

Tentang bagaimana kamu mampu menarik perhatian kecilku

Tak salah jika aku jatuh hati padamu

Tak ayal jika harus menahan rasa terhadapku

Karena sejak awal melihatmu

Sudah kuputuskan untuk mencintaimu


Ketahuilah bahwa hatiku sangat tulus

Hingga tak mampu ku jabarkan

Akankah engkau dapat kugapai

Akankah kita bertaut dalam satu rasa

Akankah rasaku terbalaskan


Hati ini hanya untukmu

Menjadi penyembuh akan luka

Memupuk semangat di setiap hariku

Kan ku sirami agar tetap tumbuh

Engkau hadir meyakinkan raguku

Berharap engkau membuka ruang dalam Penantian

Memberi harapan pada harapan

Dan menjadi sebuah wujud nyata


Semoga semesta memberi restu

Membersamai langkah kehidupanmu

Menyatu dalam ikatan yang sakral

Saling menyempurnakan satu sama lain

Saling menutupi aib masing-masing 


Kutitip pada angin

Apa yang menjadi ingin

Agar bukan sekedar angan 


Hingga pada bait terakhir puisi ini

Aku terus memikirkanmu.

TENTANG SEBAIT RASA

Cipt: Tiina Suandi (Pantofel)


Tentang kita yang tak lagi searah

Namun menyisakan kisah yang bersejarah?

Tentang kita yang dulunya menyimpann rasa

Namun kini enggan tuk bertegur sapa


Jangan terlalu memberi nyaman 

Jika pada akhirnya kita hanya berteman

Bukan ingin lepas harapan Hanya tak ingin jarak menjadi alasan

Untuk bungkam dalam suatu keadaan


Harapan yang terlalu besar akan hubungan

Ternyata hanya bayangan semu semata

Terhempaskan oleh angin kencang kenyataan 

Hubungan yang tak dapat berlangsung lagi

Ternyata adalah fakta yang tak bisa tertelakkan


Bukan tak percaya hubungan akan bertahan

Hanya mewanti - wanti agar jarak tak benar-benar tercipta

Namun, sekuat hati menahamu tetap disisi

Yang pergi akan tetap pergi.

D: (ER) ITA

Cipt: Tiina Suandi (Pantofel)


Adzan subuh membangunkan jiwa

Untuk menjalankan kewajiban

Matahari terbit di ufuk timur

Ayam berkokok, kicauan burung, dan suara ombak meinecah karang

Menyapa di pagi hari


Langit cevah menenangkan

Biru pekat menandakan kedalaman laut

Gunung cli pesisir tampak kokoh 

Burung camar Saling beterbangan

Dermaga kayu untuk menanti senja


Awan kabut tampak tipis

Namun tidak menghalangi pandangan

Para nelayan bergegas menuju perahu

Untuk memenuhi nafkah keluarga


Terlahir tak berada 

Namun tetap ceria

Bakti pada orang tua 

Demi semangat cita-cita


Nafkah hasil laut tidak cukup 

Dalam memenuhi kebutuhan hidup

Memikul beban di pundak 

Untuk mengangkat derajatnya


Segala resiko siap dihadapi

Berbagai rintangan sudah terbayang

Melawan kerasnya hati dengan kelembutan

Tentu, restunya adalah kunci


Bekal kebutuhan seadanya

Berusaha terlihat tegar Menahan air di sudut mata 

Mengikhlaskan degala keresahan

Mengkokohkan tekad untuk masa depan


Langkah kaki untuk melepas 

Tanpa menoleh aku tetap berjalan

Menegakkan pundak untuk meyakinkan

Bahwa semua akan baik-baik saja


Jelas dalam ingatan

Dengan tegas ia berpesan

"Lakukanlah kebaikan, agar kebaikan mengikut padamu"


Jejak-jejak menuju kapal

Suara corong, kepakan layar, dan mesin kapal terdengar

Melepas segala keresahan

Menumpahkan kesedihan yang tertahan


Ramainya kebisingan Kota 

Sekeliling terasa sepi dan asing 

Kendaraan lalu lalang 

Penandanya padatnya aktivitas manusia


Kesana kemari tanpa henti 

Mercari tempat berstirahat

Akankah aku menemukan? 

Tentu. jika aku berusaha 

Meskit tidak elok, ia tetap layak 

Untuk melepas penat


Memulai hidup dengan niat

Pekerjaan kecil tidak jadi masalah

Karena untuk bertahan hidup 

Butuh cucuran keringat


Termenung dalan kesendirian

Meratapi tapi nasib masa depan

Berharap niat baik menjadi nyata

Agar rencana berjalan semestinya


Parihal hidup terus mengalir

Seseorang ku percaya mampu menjaga 

Seseorang yang setia menemani

Pekerjaan yang sekiranya membawaku pada kehidupan layak

Justru, menggiring ku pada kesesatan hidup tak terduga


Mereka dengan keegoisannya

Memikirkan kenikmatan dunia

Dan ... 

Ha....ha...ha. 

Dengan santai mereka berkata

"Ayolah, hanya semalam saja. Tenang! yang kau inginkan sudah kusiapkan"

Tapi apa? 

Mereka seakan tuli atas jeritan-jeritan ketakutan

Jeritan - jeritan kesakitan 

Membungkam suara yang ingin lepas

Melampiaskan nafsu membabi buta

Mereka sedang kehilangan nuraninya


Mahkota yang sangat berharga

Perhiasan yang tak ternilai

Kehormatan jaga yang ku

Di rampas begitu saja


Hancur....

Hilang sudah 

Entah harus bagaimana

Entah akan seperti apa 

Semua terlihat gelap 

Semua terasa hampa


Dunia Seakan berbalik haluan

Dunia tidak lagi memihak

Pada rencana baik berujung tragis


Pada semangat yang patah

Aku hilang arah

Serasa menemukan jalan buntu

Dengan kebingungan tak berarti


Tuhan ... 

jika ini adalah takdiku 

jika ini adalah jalanku

Jika ini adalah nasibku

Biar ku pasrahkan semuanya


Aku merasa nama ini adalah derita

Hidup ini adalah kisah yang tidak layak dikenang

Maka izinkan aku mengakhirinya

Dengan cara yang engkau benci.

GARIS MERAH

Cipt: Muh Rezky M (Ritardando)


Seharusnya aku tak percaya padanya...

Seharusnya aku tak hidup satu atap bersamanya... 

Dia mengikutiku...

Dia terus memperhatikanku...

Aku takut, aku tak bisa lagi  kemana-mana. Dia menemukanku... 

      2 bulan lalu aku pindah ke apartemen itu, aku membiayai hidupku dan kuliah serta tempat tinggalku dari hasil aku sebagai selebram, hidupku sempurna, setiap hari aku dipuji oleh orang orang banyak dan itu tentu membuatku bahagia. Orang sering menyapaku Remi, salah satu gadis populer di kota ini. Aku kira hari hariku yang sangat indah dan bahagia ini  akan terus berlanjut setiap harinya, tapi aku rasa aku keliru, suatu hari aku selalu mendapat pesan pesan dari nomor yang sama setiap harinya dari seorang yang aku tidak ketahui, aku mencoba untuk tidak menghiraukannnya tetapi dia mencoba untuk menggangguku, sampai akhirnya aku mendapat kiriman box yang berisi potongan bangkai kucing  yang berlumur darah, aku kaget dan membuang box tersebut.

   Hari itu aku pulang malam karena hari ini juga ada kuliah malam, tetapi saat menuju pulang ke apartemenku, aku merasakan ada orang yang mengikutiku, aku menoleh dan benar saja ada yang mengikuti sambil memegang pisau. Aku kaget dan tanpa sadar aku mempercepat langkahku kemudian lari saat aku sadar bahwa dia juga mempercepat langkahnya, aku berlari tanpa tujuan dan tak menghiraukan aku akan tersesat atau apapun itu, tanpa sadar aku masuk ke gang kecil dan bersembunyi di belakang tong sampah yang besar. Disamping tempat sampah aku melihat pecahan kaca dan segera mengambilnya untuk berjaga jaga apabila dia menyerangku. Aku terus bersembunyi sambil memegang pecahan kaca itu, betapa kagetnya aku saat orang itu lewat di tong sampah dan berteriak dengan kasar yang membuat ketakutan.

"KELUAR KAU GADIS KEP*RAT!! Tunjukkan wajah cantikmu, aku ingin menyentuhnya dengan pisau ini!". Teriaknya

   Tiba-tiba hp ku berdering dan membuatku kaget, seketika orang itu membalikkan badannya dan sadar bahwa aku sedang sembunyi dibelakang tong sampah. Aku menangis dan gemetar seluruh badan dan tak sadar bahwa tanganku sudah berdarah karena pecahan kaca yang kugenggam terlalu erat. Dia melihatku dan tersenyum kepadaku layaknya seorang psikopat.

"KETEMU KAU" senyumnya.

   Dia mendekatiku dan tanpa berpikir aku mengayunkan pecahan kaca itu ke arah kakinya, dia meringis kesakitan dan berusaha mencabut pacahan kaca itu dikakinya dengan perlahan dan sementara aku berlari sekuat tenaga sampai akhirnya aku sampai ke apartemenku, karena sudah tengah malam suasananya sepi dan ditambah liftnya yang tidak aktif sehingga membuatku berlari ke arah pintu darurat. Aku berlari dan sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan keberadaannya, karena sadar aku berlari kencang dia melempar pisaunya dan mengenai kaki kiriku, aku terjatuh dan meringis kesakitan. Aku terus berlari setengah pincang dan sampai ke depan pintu apartemenku, untungnya aku sudah masuk sebelum dia menangkapku. Orang itu terus memukul mukul pintu apartemen ku, namun tiba tiba ia berhenti mendobrak pintu dan aku rasa dia telah pergi. Betapa kagetnya aku saat pintu kamar mandi terbuka dan itu adalah Jia yang sedang keluar sambil memegang pisau.

"JIA??" kataku

"Remi? Kau kenapa hm?". Tanyanya dengan tersenyum

"Ahh ini, tadi aku dikejar oleh orang yang ingin membunuhku, aku tak tahu siapa dia". Kataku dengan penuh ketakutan. 

"Ohh adikku?". Katanya dengan senyuman

"APA katamu?". Lanjutku

   Aku menatap Jia dan ia tersenyum kepadaku, ketika pintunya terbuka aku berbalik dan adiknya memukul kepalaku dengan tongkat bisbol dan membuatku pingsan. Aku tak lama sadar dan tubuhku sudah terikat di kursi, Jia dan Rey menghampiriku dan tertawa aku tak menyangka Jia terlibat dalam hal ini, tak lama Jia berbisik ke telingaku atas apa yang aku rasakan sekarang.

"Bagaimana rasanya Remi?". Kata Jia dengan senyum

"Apa maksudmu Jia? Kenapa kau melakukan ini semua terhadapku?" jawabku

  Dia menamparku dan menjambak rambutku sambil menyentuhkan pisau ke wajahku hingga ke leher.

"Asal kau tahu, kau sudah mengambil semuanya, saat kau mulai populer, orang-orang mulai menyukaimu dan mulai menghindariku. Bahkan orang yang lama aku sukai ternyata menyukaimu karena kau populer dan cantik. Aku mau melihat apa dia masih menyukaimu apabila pisau ini mengiris wajahmu!". Katanya sambil mengiris bagian bibirku.

"Akhhh hentikan Jia, kumohon hentikan semua ini, tolongggg". Teriakku

"Percuma saja kau teriak tak ada yang bisa menolongmu, karena basement apartemen ini sudah lama tak terpakai dan takkan ada orang yang datang menolongmu". Jawabnya.

   Setetes demi tetes darah mengalir dari bibirku, Jia tertawa dan merasa sangat senang saat  ia menyiksaku layaknya seorang psikopat, saking senangnya ia mengambil hp ku dan memotret diriku yang terikat dan berlumuran darah. Saat setelah dia memotret ia menaruh HP itu di meja sambil merekam diriku, dan Jia membuka tas kecilnya dan mengambil sebuah topeng yang sangat mirip dengan topeng seorang psikopat yang ada di TV. Aku ketakutan dan terus berpikir bahwa aku sebentar lagi akan mati di tangan sahabatku sendiri, Jia menghampiriku dan membawa tongkat bisbol yang dipenuhi paku yang berkarat, dia mengayunkan tongkat itu kearahku dan mengenaiku dibagian punggung, setetes darah keluar melalui punggungku dan itu sangat menyakitkan. Aku merintih kesakitan dan darahku terus mengalir sambil membasahi lantai.

"K-kumohon Jia h..hentikan ini akuu s-salah! m...maa..maafkan aku Jia". Kataku dengan nada kesakitan.

"Apa? Kau menyuruhku berhenti? Remi sayang,  ini masih belum selesai aku bahkan baru mau memulainya, melihatmu kesakitan  membuatku semakin bergairah untuk segera membunuhmu". Kata Jia dengan senyuman lebarnya. 

"Bagian tubuh mana lagi yang harus aku mainkan Remi?". Lanjutnya.

"Hentikan Jia kumohon". Teriakku dengan keras.

PLAKK... 

"Dasar cewek tak tahu diri". Kata Jia

   Saat setelah dia menamparku, ia kembali mengayunkan tongkat itu dan terus memukul punggungku beberapa kali, sampai tongkat itu sudah dipenuhi oleh darahku. Tak sampai situ ia mengiris daun telingaku dan sesekali membisikkan kepadaku bahwa ini sangat menyenangkan, aku teriak kesakutan tetapi ia tak mempedulikanku, sampai akhirnya ia kelelahan dan teriak sekeras mungkin sambil memegang kepalanya.

"Akhhhh sakittt akhhhh hentikan". Teriak Jia

   Tiba tiba sakit kepalanya menghilang dan Jia terjatuh seakan ada yang mendorongnya, tak lama ia bangkit dan menatapku dan mengambil beberapa foto dirinya dan keluarganya dan foto diriku di saku celananya, ia melempar foto itu ke hadapanku dan segera membakarnya.

"Hah...kau ingatkan kedua orang tuaku meninggal pada tahun lalu dan tepat hari ini aku membunuhnya, aku menyiksa mereka berdua layaknya kau Remi, awalnya aku tak bermaksud tapi keduanya kehabisan darah dan akhirnya mereka berdua mati sehingga aku dan adikku menguburnya di halaman belakang dan hingga  saat  itu aku selalu mendapat mimpi buruk, sering berhalusinasi, mencakar diriku sendiri dan membuat luka lebam saat aku tertidur. Sudah banyak masalah yang aku sudah lewati dan aku tak memberitahukanmu karena takut kau khawatir". Kata Jia sambil menangis

   Tak lama setelah itu Jia tiba tiba tertawa dihadapanku dan mengambil botol dan memecahkannya, ia menatapku sambil memegang botol yang sudah ia pecahkan sambil mengarahkan botol itu kelehernya dan mendorong pecahan botol itu sehingga merobek lehernya, ia terjatuh dan darahnya membasahi lantai. Melihat kejadian itu, Rey langsung melarikan diri tanpa mempedulikan keadaan Jia. Aku menangis dan tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku berusaha menenangkan diri sambil berusaha mengambil pecahan kaca dan memutuskan tali yang terikat di tubuhku. Talinya lepas dan aku segera mengambil hp ku yangmasih sedeng merekam dan segera menelpon polisi, tak lama setelah itu polisi datang dan berhasil menemukanku.

   Akhirnya aku di bawa kerumah sakit bersama Jia tetapi sayang, Jia meninggal saat diperjalanan menuju rumah sakit karena kehilangan banyak darah. Polisi mengecek CCTV yang aktif pada saat itu dan berusaha mencari keberadaan adik Jia.  Hari berlalu, aku akhirnya keluar dari rumah sakit, dan mendapat beberapa jahitan. Aku kembali ke kehidupanku yang baru, aku pindah ke tempat tinggal yang jauh lebih aman dan berusaha untuk melupakan semua mimpi buruk yang terjadi padaku pada masa lalu.

    2 bulan berlalu, bel apartemenku berbunyi dan itu adalah polisi yang sudah menyelidik kasus Jia, polisi memberiku surat yang Jia tulis sebelum ia meninggal dan aku membacanya dengan seksama. Surat itu berisi salam perpisahan Jia saat sebelum ia melakukan itu terhadapku, aku menangis dan masih bertanya-tanya mengapa Jia melakukan itu semua. Aku melipat kembali surat itu dan hendak menyimpannya tapi masih ada surat kecil yang ia sisipkan. Aku rasa itu penyebab dia melakukan itu semua.

"Dia mengganggu ku tiap malam dan membuat luka lebam di tubuhku. Makhluk itu...ia merubah diriku menjadi sosok parasit yang menjijikkan. Aku tak bisa lari lagi!"

MENANTI SEBUAH NAMA

Cipt: Muh Rezky M (Ritardando)


 Siang ini langit cukup mendung, matahari telah sedari tadi menyembunyikan diri di balik hitamnya awan tebal. Sekalipun begitu, hujan tak juga turun membasahi bumi. Angin bertiup sepoi-sepoi menghembusi wajahku yang sedari tadi menunggu bel pulang di kursi taman

''Keysia? Kamu kok bengong terus sih?''. Ujar Nurul yang menyadariku dalam lamunan ku.

''Nggak kok, yuk pulang''. Ajakku sambil menggandeng tangannya. Keysia dan Nurul bergegas keparkiran untuk mengambil sepeda dan bersiap untuk pulang. Saat ditengah jalan, Keysia merasakan getaran HP disakunya, ia berhenti sejenak dan diikuti oleh Nurul di belakang nya dengan ekspresi bingung. Ternyata pihak rumah sakit sedang menelponnya dan segera Keysia mengangkatnya. Nurul yang melihat ekspresi Keysia ikut merasa tak tenang, tiba-tiba Nurul kaget saat Keysia tiba-tiba melajukan sepedanya dengan cepat.

   Keysia melajukan sepedanya dengan kecepatan tinggi, ia sudah tak peduli dengan keringat yang mengucur deras diwajahnya, rambutnya yang acak-acakan serta ban sepeda nya yang hendak terlepas dari tempatnya akibat ulahnya. Dan luar biasa, dalam 5 menit ia bisa tiba dirumah sakit dengan jarak kurang lebih 2 KM. Gadis itu kemudian memarkirkan sepedanya di dekat parkiran sepeda motor dan bergegas masuk ke rumah sakit dan menuju ruangan ibunya dirawat, alangkah paniknya gadis itu saat dokter berusaha melepaskan alat bantu pernapasan ibunya.

''Dok! Ibu aku gimana?''. Ucap panik gadis itu dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. 

''Maaf Keysia, tapi dokter sudah melakukan yang terbaik buat ibu kamu, tapi tuhan lebih sayang pada ibumu. Kamu yang sabar ya Keysia''. Tangis Keysia pecah saat mendengar tutur dokter Fahri dan ia segera menghampiri ibunya yang sudah tak bernyawa.

''Bu! Bangun bu!! jangan tinggalin Keysia, Putra dan Meysia masih butuh pelukan ibu...Huhuhu...''. Tangis Keysia pecah sambil memeluk tubuh ibunya, dibelakang sana terlihat Nurul yang menangis dalam diam melihat satu-satunya sahabat dalam hidupnya telah saja kehilangan ibunya, Nurul tak menghampiri Meysia agar gadis itu bisa memeluk ibunya untuk terakhir kalinya.

   Pagi itu beberapa bendera putih terlihat berkibar di halaman rumah Keysia, satu demi satu tetangga mengunjungi rumah gadis itu untuk berbela sungkawa. Keysia dan kedua adiknya menangis sambil memeluk jasad ibunya. Satu demi satu teman Keysia datang dan berbela sungkawa atas kematian ibu gadis itu.

...

Satu minggu berlalu...

   Hari demi hari Keysia menjalani hidupnya tanpa kedua orang tuanya, Ayah Keysia telah lama pergi meninggalkan ibu gadis itu saat ibu Keysia sering sakit-sakitan. Sejak saat itu Keysia sangat berhati-hati dengan seorang laki-laki karena faktor kekejaman ayahnya yang dilakukan kepada ibu gadis itu.

   Jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan gadis 17 tahun itu masih saja bersarang dibalik selimutnya, sadar akan sinar matahari yanng mengenai matanya, Keysia terbangun panik dan segera membangunkan kedua adiknya yang masih tertidur juga. Setelah membangunkan kedua adiknya, Keysia langsung menuju kamar mandi,dan setelah selesai ia membuatkan sarapan buat kedua adiknya. 15 menit berlalu, keysia langsung bergegas mengambil sepedanya dan segera menuju sekolah kedua adiknya. 

   Kedua adiknya panik saat Keysia melajukan sepedanya seperti orang gila, dan hebatnya Keysia sampai disekolah adiknya dengan waktu 7 menit dengan jarak 5 KM. Belum sempat kedua adiknya memberi salam kepada kakaknya, gadis itu sudah melajukan sepedanya dengan kecepatan tinggi, kedua adiknya terlihat bingung dengan kelakuan kakak satu-satunya itu. Jantung keysia sudah berdetak kencang saat jam tangan nya menunjukkan pukul 07:40 yang berati dia sudah terlambat 10 menit. Untungnya gerbang masih terbuka setengan antara senang dan bingung sebab jam hampir menunjukkan angka 8 dan gerbang masih terbuka untuknya. Gadis itu menuju parkiran dan memarkirkan sepedanya disebelah puluhan motor lainnya.


''Duh kok becek banget sih, perasaan semalam hujannya cuma bentar doang''. Ucapnya kesal saat sepatunya sudah dipenuhi lumpur. Gadis itu kemudian dengan hati-hatinya menjauh dari parkiran agar roknya tidak terkena lumpur

TIINNN.....

CRASSSSSS

Keysia terdiam mematung saat melihat rok putihnya sudah berubah menjadi coklat ketika lima buah motor besar melewatinya dan menyipratkan lumpur padanya.para laki-laki itu mungkin tidak melihatnya. Tidak, salah satu laki-laki itu melihatnya tapi ia tidak peduli denagn keberadaan Keysia.


''Tanggung jawab''. Ujar Keysia tanpa basa basi pada salah satu pria yang kini berdiri di tengah tengah mereka. Kening laki-laki itu mengerut.

''Tanggung jawab apa? Gue gak pernah ngehamilin lo!''


Keysia terkejut mendengar itu, bukan tanggung jawab soal itu melainkan tanggung jawab soal roknya yang sudah kotor.

''Dasar cowok mesum, liat nih rok aku kotor gara-gara kelakuan lo, bisa gak sih bawa motor yang bener, sok gaya-gayaan bawa motor tapi gak tau cara pakai yang bener''. Ucap Keysia sambil menunjuk wajah laki-laki itu.

   Kelima laki-laki itu hanya bisa bengong mendengar omelan cewek aneh yang ada dihadapannya, berani-beraninya cewek dekil seperti itu mengomeli pemilik sekolah ini. Raya, laki-laki yang sedari tadi gadis itu omeli terlihat mendekat dan memajukan wajahnya tepat didepan wajah Keysia, gadis itu kaget karena ujung hidung mereka bersentuhan. Deruh napas kedua insan itu terasa satu sama lain dan membuat wajah Keysia memerah. Alangkah terkejutnya Keyia saat bibir Raya mengkecup pipi gadis itu.


''Dasar bawel''. Ucap Raya saat sesudah mencium pipi gadis itu dan segera masuk ke kelasnya dan diikuti oleh keempat temannya.

Keysia mematung hingga Nurul datang menepuk bahunya dan menyadarkan Keysia dari lamunannya.


''Gue bingung ama lo Key, ngapain lo disini kek tiang?''. Kesal Nurul terhadap sahabatnya. Sadar akan dirinya, gadis itu berlari ke WC untuk membersihkan roknya yang kotor. Selama di WC, gadis itu terus-menerus mengutuk laki-laki itu.

   Tepat pada pukul 08:00, Keysia baru memasuki kelas dan alhasil guru yang mengajar dikelas hanya bisa menghela napas dan segera menyuruh gadis itu membersihkan lapangan. Keysia memang dikenal dengan gadis yang malas tapi ia mempunyai sikap yang sangat baik. Helai demi helai daun Keysia pungut dipinggir lapangan dan sudah sejam tapi daun tak terlihat berkurang. Kebetulan jam pelajaran olahraga basket Raya dilakukan dilapangan itu juga, Keysia masih sibuk dengan hukumannya. Saat Raya hendak mengoper bola, salah satu teman Raya tak menggapai bola itu hingga bola melaju di kepala Keysia.

BRUKK...

   Keysia terjatuh hingga pingsan dan sadar akan kelakuannya, Raya membopong tubuh Keysia dan berlari menuju UKS. Sejam berlalu Keysia perlahan-lahan membuka matanya dan yang pertama ia lihat yaitu laki-laki yang menciumnya sedang tertidur pulas disampingnya sambil memegang tangannya.


''KYAAAA......DASAR COWO MESUM''. Teriak keysia dan berhasil membangunkan pemuda itu. Keysia tambah panik saat sadar bahwa satu kancing bajunya terbuka.

''LO APAIN GUE HAH??''. Panik Keysia sambil memukul laki-laki itu menggunakan bantal yang ia pakai tidur tadi.

''HEIIII, tenang dulu, siapa juga yang apa-apain lo''. Ucap Raya sambil melindungi tubuhnya dari serangan Keysia.

''Eh bentar, kamu kan yang tadi pagi kan?". Ucap Keysia sambil menutupi mulutnya dengan tangannya.

"Hmm". Ucap singkat Raya.

''Kayaknya gue suka ama lo deh''. Lanjut Raya sambil mengelus kepala Keysia dan langsung pergi begitu saja. Keysia yang mendapat perlakuan seperti itu mendadak gugup dan detak jantungnya terasa begitu cepat dan suhu tubuhnya seketika menghangat. Sejak saat itu hubungan Keysia dan Raya bagai seekor kucing dan tikus, mereka setiap hari bertengkar lalu berbaikan begitu saja. Hari- hari Keysia terasa sangat indah disaat Raya ada di sampingnya dan begitupun sebaliknya, Nurul yang setiap hari melihat kebersamaaan Raya dan Keysia hanya bisa tersenyum tipis.

   Di pagi hari seperti biasa, Raya dan Keysia datang kesekolah bersamaan, Nurul yang melihat itu hanya menampakkan wajah yang datar, entah apa yang ia pikirkan. Saat di kelas tiba-tiba Nurul menghampiri Keysia dan mengajak gadis itu ke mall, Nurul juga menyarankan untuk mengajak Raya. Tanpa pikir panjang Keysia setuju dan ia mengambil handphone nya dan menghubungi Raya untuk ikut dengannya, tak lama Raya setuju dan mereka besok akan pergi ke mall.

   Keesokan harinya mereka berangkat dan tak lama mereka pun sampai. Sudah sejam lebih Raya menunggu kedua gadis itu memilih-milih baju dan sampai sekarang mereka belum juga selesai. Sadar akan keberadaan Raya, Keysia pun menyarankan untuk mencari makan dulu. Tak lama berjalan, mereka pun menemukan tempat makan yang sangat cocok untuk perut mereka bertiga. Saat menunggu makanan, Keysia izin ke toilet dan saat hendak ingin berdiri Nurul pun ingin pergi juga. Tersisa lah Raya ditempat itu.


   Saat di toilet, Keysia panik saat pintu toilet itu tak bisa dibuka, ia berteriak tapi toilet itu sepertinya kedap suara. Di satu sisi Nurul menghampiri Raya, dahi Raya berkerut saat Nurul datang tanpa Keysia.

''Mana Keysia?''. Ucap Raya.

''Tadi pas keluar toilet, Keysia terima telpon dan pas selesai dia langsung pergi aja''. Bohong Nurul.

''Kok gak bilang ama gua dulu sih?''. Kesal Raya

''Nggak tau tuh". Cuek Nurul

''Kayaknya dia pulang deh, soalnya suara telpon tadi kayak suara adiknya, mau susulin Keysia gak?''. Lanjut Nurul.

''Ya udah''. Ucap Raya


   Mereka berdua pun keparkiran dan bergegas kerumah Keysia, saat dijalan kelakuan Nurul sangat kurang ajar, ia selalu sengaja mengelus tangan Raya dan sesekali mengelus paha Raya. Raya yang merasa tak nyaman, tiba-tiba menghentikan mobil.

''TURUN''. Ucap dingin Raya. Mendengar ucapan Raya, Nurul langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Raya dan mencium bibirnya kaget dan Nurul masih saja menarik-narik kerah baju Raya agar tubuh mereka mendekat. Raya yang sudah syok tiba-tiba menancap gas, tetapi Nurul ,asih saja mnedekatkan wajahnya ke wajah Raya. Hingga saat lampu merah menyala, mobil Raya masih saja melaju, konsentrasi Raya hilang, tiba-tiba mobil truk di arah lain datang dan menabrak mobil Raya, mobil Raya terhempas hingga 10 meter.

   Di satu sisi, Keysia masih saja terkurung di Wc itu dan tak lama petugas kebersihan datang dan membukakan pintu WC itu. Keysia merasa lega dan berterimah kasih kepada petugas itu. Keysia bergegas ke meja makan itu, tapi Nurul dan Raya sudah tak ada lagi. Keysia mengalihkan perhatinnya di slah satu televisi di mall itu dan memberitakan bahwa sebuah mobil tertabrak oleh truk, mendadak perasaan Keysia tak enak. Tak pikir lama ia langsung menelpon Raya tapi panggilan itu tak diangkatnya, perasaan Keysia bertambah tak enak.

Saat ia keluar dari mall, 2 mobil ambulans melaju didepannya, entah perasaan apa itu tapi Keysia ingin mengikuti ambulans itu. Keysia menghentikan taksi dan mengikuti ambulans itu. Sesampainnya di rumah sakit, alangkah kagetnya Keysia saat melihat Nurul dan Raya berlumuran darah.


2 bulan berlalu...

Nurul dan Raya masih belum sadar dan Keysia masih setia merawat sahabat dan orang paling berarti baginya. Saat itu Keysia mengunjungi kamar rawat Nurul, ia sangat ingin mengetahui mengapa semua kejadian itu terjadi. Tak lama mata Nurul terbuka dan orang pertama yang sadar akan hal itu ialah Keysia sendiri. Nurul meneteskan air matanya saat ia melihat Keysia berada di sisinya.


''Maafin gue Key''. Ucap lemah Nurul

''Nurul, kamu sudah sadar? Syukurlah''. Ucap haru Keysia

''Maafin gue Key, ini salah gue''. Tangis Nurul

''Apa yang sebenarnya terjadi Nurul?''. Ucap penasaran Keysia. Tak lama Nurul menceritakan semuanya dan itu membuat Keysia tak menyangka dengan Nurul, sungguh tega ia melakukan semua itu.

''Tega kamu Nurul, gue kecewa ama lo''. Ucap Keysia sambil meneteskan air matanya dan pergi dari tempat itu.


   Saat keluar dari tempat Nurul, Keysia panik saat banyak petugas kesehatan diruangan Raya. Ternyata alat pernapasan Raya dilepas, dan itu membuat Keysia dan kedua orang tua Raya menangis histeris. Kini hanya kenangan itu yang tersisa, tak ada lagi tawa bahagia yang akan mengisi hari-hari Keysia lagi, sahabat yang tega mengkhianatinya dan oarang yang sangat spesial bagi Keysia sudah dipanggil oleh yang maha kuasa. Keysia hanya bisa pasrah dan terus menjalani sisa hidupnya.

   Matahari tampak menyembunyikan dirinya dibalik awan hitam, angin yang sangat kencang dan awan yang menghitam yang menandakan bahwa hujan akan turun. Tetes demi tetes rintik hujan membasahi tubuh Keysia yang sedari tadi duduk di makam Raya.

''terima kasih untuk semuanya, aku bahagia saat-saat bersamamu, aku mencintaimu. Semoga kamu tenang disana yah''.

 SERPIHAN MAAF

Cipt: Isnaeni (Relief)


Seorang gadis remaja dengan alis yang tebal, warna kulit yang sawo matang, dan dengan menggunakan seragam putih abu-abu yang sangat rapih. “Yahh sebut saja namanya Melly.” Seorang gadis berkacamata tebal yang duduk disudut ruang perpustakaan. Dia dikenal sebagai gadis cupu, jelek, culun, dekil, dan lain-lain. 

Tak sedikit perkataan yang sering ia dengarkan, bagi Melly perkataan demikian sudah tidak asing didengar ditelinganya. Sejak saat itu hingga sekarang ejekan itu memang selalu ia dengar dari teman-temannya. Namun hal itu tak membuat ia putus asah, ia hanya mengabaikan perkataan teman-temannya dan menganggapnya seperti angin yang berlalu.

Saat bel istirahat tiba ia paling suka menyendiri. Membaca buku adalah hobinya dan baginya perpustakaan adalah teman setianya. Tiada hari tanpa berkunjung ke perpustakaan dan hampir sebagian buku-buku yang ada di perpustakaan sudah pernah ia baca. Bahkan tak pernah sedikit pun ia bosan melewati jam istirahatnya untuk membaca buku di perpustakaan sekolah.

Suatu ketika saat jam istirahat ia sedang menuju ke perpustakaan untuk membaca, tiba-tiba ada 2 orang teman yang menghampirinya.


“Ehh ada si cupu tuhh, malas banget gua dekat-dekat dia, badanya bau.” ( Ujar Clara teman kelasnya ).


Clara dan teman-teman lainnya memang termasuk orang yang sering membully Melly, bagi mereka Melly adalah gadis yang berbeda. Melly sangat jelek, cupu, dekil, dan sebagainya. Berbeda dengan Clara yang terkenal dengan kecantikannya, dia cewek yang kaya, berkulit putih, bertubuh tinggi, dan berhidung mancung. Dari fisik dia memang terlihat sempurna. Akan tetapi, ia sangat angkuh dan sombong.

Hobi mereka memang membully orang-orang seperti Melly, namun kelebihan dari Melly adalah ia seorang gadis yang sabar. Ia tetap tersenyum walau hatinya terluka, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan pula. “Inilah kecantikan sesungguhnya, tidak melihat dari fisiknya melainkan kecantikan yang melekat pada hatinya.”

Melly adalah seorang gadis desa yang sangat cupu dan selalu memakai kacamata jadul yang besar. Ia juga tak pernah lepas dari logat Jawanya yang medok. Kebetulan, Melly adalah asli Jawa. Namun, Ia sekarang tinggal dan menjadi warga penduduk Parepare. Karena kebetulan Ayah dan Ibunya saat ini bermata pencaharian di Parepare. Ibu Melly bernama Salwa sedangkan Ayahnya bernama Salamet.

Melly bersekolah di SMA Negeri 4 Parepare. Ia juga merupakan siswa yang berprestasi disekolah. Saat ujian Melly selalu mendapatkan juara umum. Akan tetapi karena keculunanya, teman-temannya sering mengejeknya setiap hari dan tak ada yang mau berteman dengannya. Tak hanya itu, ia juga sering dimanfaatkan oleh teman-temanya untuk mengerjakan tugas sekolah.


“Hai cupu! Cepat kerjakan semua tugas-tugasku ini !!!”(Kata Clara)

“Tapi Clara, mengapa tidak kamu saja yang mengerjakan tugas-tugasmu sendiri?” (Jawab Melly).

“Oohh begitu.. Kau sudah berani melawanku?!! Kau tau kan apa akibatnya jika kau tak mau menuruti semua perintahku?” (Tegas Clara).

“Ba...ba...ba...baiklah Clara. Aku akan mengerjakan tugas-tugasmu ini.”


Beberapa minggu kemudian....


Ujian kenaikan kelas pun tiba. Semua siswa telah mempersiapkan jauh-jauh hari. Tapi tidak dengan Clara, dia hanya mengandalkan jawaban dari Melly.

“Cupu! Kau nanti harus memberikan lembar jawaban ujianmu padaku !!” (Kata Clara memaksa) 

“Tapi Clara..”(Bantah Melly)

“Jangan coba-coba melawanku.”(Kata Clara)

“Baiklah” (Ucap Melly dengan pelan)


Sejak saat itu, Melly selalu memberikan jawaban ujiannya dan mengerjakan semua tugas-tugas Clara.

Setelah seminggu selesai ujian, Clara kembali mengejek Melly dengan kata-katanya yang menyakitkan hati. Tapi Melly tak pernah sedikit pun marah kepada Clara dan teman-teman lainnya.

Suatu ketika pada saat liburan sekolah pun tiba, SMA Negeri 4 Parepare mengadakan liburan sekolah sekaligus camping. Seluruh siswa wajib mengikuti liburan tersebut.

Pada saat liburan, Clara pun tak pernah absen untuk mengejek Melly. Bahkan ia memerintahkan Melly untuk membawa barang-barangnya yang sangat berat itu. Clara memang tidak punya hati, dia adalah orang yang sangat egois dan selalu memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain.


Melly pun tak pernah menceritakan kelakuan teman-temannya disekolah kepada orang tuanya. Baginya itu hanya candaan biasa yang dilakukan anak-anak SMA jaman sekarang. Melly pun tidak pernah mempermasalahkan semua itu. 

Liburan pun telah selesai dan semua siswa telah kembali ke sekolah. Dan tidak ada satu pun siswa yang tidak naik kelas, termasuk Clara dan teman-temannya. Karena berkat Melly Clara dapat naik kelas.

Pada saat ajaran baru, SMA Negeri 4 Parepare kedatangan murid baru. Murid baru itu bernama Natasya Angelista. Ia pindahan dari Makassar dan kebetulan Natasya duduk sebangku dengan Melly.


“Hai namaku Natasya Angelista, bisa dipanggil Tasya.” (Sapa Tasya sambil mengulurkan tangannya kepada Melly)

“Nama Saya Melly Adriani, bisa dipanggil Melly” (Balas Melly dengan senyum dan berjabat tangan).


Sejak saat itu, Melly jadi dekat dengan Tasya. Tasya adalah anak yang pintar, tetapi dibandingkan dengan Melly, Melly jauh lebih pintar dari pada Tasya. Mereka berdua sering belajar bersama dirumahnya Melly.


“Assalamualaikum Ibu...!!” (Panggil Melly)

“Ono opo toh ndok? (Tanya Ibunya)

“Iki loh Ibu, Melly punya teman baru”

“Oohh halo ndok !! Saya Ibunya Melly” (Sapa Ibunya dengan lembut)

“Halo Ibu, senang bertemu dengan ibu!! (Jawab Tasya dengan tersenyum)

“Silahkan duduk ndok, Ibu permisi ke belakang sebentar ya ndok.” (Kata Ibu Melly)

“Sebentar ya Tasya, Aku mau ganti baju dulu.” (Sambung Melly)

“Ohiya silahkan Melly” (Jawab Tasya).


Keesokan harinya, Clara bertemu dengan Melly dan Tasya disekolah. Kebetulan mereka bertiga satu kelas lagi. Seperti biasa, Clara mengejek Melly dengan kata-kata mutiaranya itu.


“Selamat pagi cupu !! Sudah punya teman ya sekarang? Hahaha!! (Cetus Clara sambil menyindir).


Melly pun hanya membalas dengan senyuman manis.


“Dia itu siapa sih Melly?” (Tanya Tasya)

“Oohh dia itu Clara, anak yang sering mengejekku.” (Jawab Melly)

“Kok kamu diam aja sihh dienjak kayak gitu? Lawan dong Melly” (Kata Tasya)

“Gak papa, tidak usah dibalas” (Jawabnya Melly dengan santai)


Tasya yang siswa baru, baru mengetahui kalau Melly sahabatnya sendiri sering diejek oleh Clara. Dan Tasya sudah berusaha untuk melawan Clara, Tapi Melly tetap diam membalas Clara dengan senyumnya saja.


Semakin hari tingkah Clara semakin menjadi-jadi pada Melly. Melly pun tetap diam melihat itu semua dan tak pernah dendam kepada Clara. Akan tetapi, Tasya yang sangat kesal melihat tingkah lakunya Clara kepada sahabat baiknya itu, Ia hanya ingin membalas perkataan-perkataan Clara tetapi Melly melarangnya.


“Melly kok sabar banget sih jadi orang. Kalau Aku jadi dia mungkin udah Aku balas tuh semua ejekan-ejekan Clara”. (Kata Tasya dalam hati)


Keesokan harinya, Melly sedang berjalan-jalan sore tanpa ditemani Tasya. Tiba-tiba ia melihat sekumpulan orang ramai.


“Maaf pak ini ada apa yah, Kok ramai sekali? (Tanya Melly dengan heran)

“Ada seorang anak yang jatuh naik sepeda motor.” (Jelas Bapak itu)

“Yowess, coba Saya lihat. Siapa tahu saya mengenalnya.” (Kata Melly)

“Ohiya silahkan nak...”


Melly pun segera melihat anak itu, dan ternyata anak itu adalah Clara. Tanpa berpikir panjang lagi, Melly pun langsung membawa ke rumahnya dan mengobati luka dikaki Clara. 


“Dimana Aku? Sedang apa Aku disini? Kau menculikku cupu?” (Tanya Clara dengan sedikit menjauh dari Melly)

“Tidak kok, jangan menuduh sembarangan. Tadi kamu jatuh saat mengendarai motor dijalan dekat rumahku, Lahh Aku pun langsung membawamu ke rumahku.” (Jelas Melly panjang lebar)

“Tak usah banyak alasan lagi!! Kau pasti ingin balas dendam dengan cara menculikku kan, culun?! Sudahlah lebih baik kau mengaku saja!!!” (Cetus Clara)

“Tidak, saya tidak ingin balas dendam denganmu. Saya hanya ingin menolong mu saja toh.” (Kata Melly lagi)

“Alah! Sudahlah culun! Tak usah mengelak lagi!!” (Kata Clara dan langsung meninggalkan si gadis culun).


Keesokan harinya, Melly menceritakan kejadian kemarin sore kepada Tasya disekolah. Tasya sudah mendengarkan semua cerita Melly dengan jelas dan tanpa sepengetahuan Melly, Tasya mendatangi Clara dan memakinya. 


“Eh, Clara! Kamu sadar gak sih? Kemarin sore, Melly itu udah niat tolongin ! Tapi kamu malah menuduhnya sembarangan! Sadar dong !!”(Maki Tasya dengan kasar)

“Tau apa kamu tentang kejadian kemarin sore? Ha?! Jangan asal ngomong deh kamu! Anak baru saja sudah belagak!” (Clara kembali memakinya).


Tak lama kemudian, Melly datang. Ia kaget melihat Tasya adu mulut dengan Clara. Melly segera melerai mereka. Tetapi mereka tetap adu mulut. Akhirnya, Melly membawa Tasya pergi jauh-jauh dari Clara.


“Kamu itu ngapain berantem dengan Clara?” (Tanya Melly sambil menatap muka Tasya).

“Ya aku kesal saja sama Clara. Seenak-enak saja dia mengejekmu!” (Kata Melly)

“Haduh Tasya, Saya sudah bilang Clara itu anaknya memang begitu. Tidak usah diladenin lagi.”

“Sampai kapan sih kamu mau sabar sama semua tingkah-tingkah Clara yang udah kelewatan batas?” (Tasya kembali melawan perkataan Melly).

“Sudahlah, Tasya diamkan saja.” (Balas Melly).


 (Tasya tak membalas perkataan Melly lagi).


Dua hari kemudian, Clara jatuh sakit dan Ia demam tinggi. Clara memutuskan untuk tidak ke rumah sakit dan tetap dirawat di rumah saja. Karena melihat kondisi Pandemi Covid-19 yang semakin merajalelah. Ibunya berpikir jika anaknya di bawah di rumah sakit jangan sampai penyakit Clara semakin memburuk, karena di rumah sakit begitu banyak pasien yang terkena covid-19. Dan Ia juga takut jika anaknya nanti tertular.


Sudah tiga hari Clara jatuh sakit dan tidak masuk sekolah. Orang tuanya pun telah mengirim surat kesekolah. Teman-teman Clara juga sudah mengetahui bahwa Clara saat ini sakit dan tak bisa mengikuti pembelajaran seperti biasanya.


“Bagus deh Clara gak masuk sekolah. Kelas jadi aman, gak ada yang jail dan gak ada lagi yang sering ngejek kita.”(Kata Tasya sambil ketawa kecil)

“Hahahaha, betul tuh, Tasya! Setuju banget deh sama kamu.”(Sambung anak-anak kelas lainnya).

“Tidak boleh begitu, walaupun Clara sering ngejek kita, Clara itu juga termasuk teman kita. Tidak baik seperti itu sama teman sendiri. Lebih baik kita jenguk dia saja. Kasihan dia nggak ada yang jenguk.” (Ujar Melly)

“Engga deh, gua malas jenguk dia. Dia udah jahat sama kita, ya gak temen-temen?” jawab Tasya dan mengharapkan jawaban dari temen-temen sekelasnya.

“Ya sudah kalau kalian tidak mau jenguk Clara, biar saya saja yang menjenguknya sendirian.” (Kata Melly)


Bell sekolah pun berbunyi, sekarang sudah pukul 14.00, menunjukkan waktu pulang telah tiba. Semua siswa kembali ke rumahnya. Dan Melly pun bergegas untuk menjenguk Clara di rumahnya.


Assalamualaikum! Apa benar ini rumahnya Clara?”(Melly mulai bertanya)

“Iya benar, maaf kamu siapa ya nak?” (Sapa Ibunya Clara dengan lembut).

“Saya temannya Clara Ibu.” (Kata Clara dengan senyum)

 “Oh mari silahkan masuk." (Ajak Ibunya Clara)

“Terimakasih banyak Ibu.” (Melly segera masuk ke kamarnya Clara. Kebetulan, Clara sedang menonton TV).

“Halo Clara, selamat siang! Gimana keadaan kamu sekarang? Sudah enakan belum?” (Tanya Melly).

“Melly?!! Ngapain kamu jenguk aku? Aku ini sudah jahat sama kamu, tapi kamu masih mau menjenguk Aku. Teman-teman ku saja tidak ada yang mau menjenguk ku.” (Kata Clara kaget).

“Sudah, tidak usah di tanyakan lagi. Ohiya, Saya bawain kamu buah. Maaf, buahnya cuma sedikit.” (Kata Melly sambil senyum).

“Ya ampun Melly, Terimakasih banyak. Kamu ini baik sekali sama Aku, padahal aku sudah sering mengejek mu. Sekali lagi, terimakasih.

 “Hehehehehe, sama-sama. Ya sudah, aku mau pulang dulu. Jangan lupa dimakan buahnya. Kamu pasti bisa sembuh, Clara!

 “Iya Melly terimakasih yah sudah mau menjenguk ku.”(Clara berterima kasih kepada Melly)


Sejak saat itu Clara pun sadar, sikapnya sudah keterlaluan. Sekarang Ia juga sudah berteman dengan Melly dan Tasya. Clara juga tidak akan mengejek dan menghina orang lagi. Clara juga sudah rajin belajar dan ketika ujian, Ia tak pernah menyontek lagi. Para guru disekolah dan orang tua Clara, senang melihat perubahan sikap Clara yang semakin baik.

DIBALIK KACA

Cipt : Isnaeni (Relief)


Seorang gadis remaja dengan alis yang tebal, warna kulit yang sawo matang, dan dengan menggunakan seragam putih abu-abu yang sangat rapih. “Yahh sebut saja namanya Melly.” Seorang gadis berkacamata tebal yang duduk disudut ruang perpustakaan. Dia dikenal sebagai gadis cupu, jelek, culun, dekil, dan lain-lain. 

Tak sedikit perkataan yang sering ia dengarkan, bagi Melly perkataan demikian sudah tidak asing didengar ditelinganya. Sejak saat itu hingga sekarang ejekan itu memang selalu ia dengar dari teman-temannya.  Namun hal itu tak membuat ia putus asah, ia hanya mengabaikan perkataan teman-temannya dan menganggapnya seperti angin yang berlalu.

Saat bel istirahat tiba ia paling suka menyendiri. Membaca buku adalah hobinya dan baginya perpustakaan adalah teman setianya. Tiada hari tanpa berkunjung ke perpustakaan dan hampir sebagian buku-buku yang ada di perpustakaan sudah pernah ia baca. Bahkan tak pernah sedikit pun ia bosan melewati jam istirahatnya untuk membaca buku di perpustakaan sekolah.

Suatu ketika saat jam istirahat ia sedang menuju ke perpustakaan untuk membaca, tiba-tiba ada 2 orang teman yang menghampirinya.

“Ehh ada si cupu tuhh, malas banget gua dekat-dekat dia, badanya bau.” ( Ujar Clara teman kelasnya ).

Clara dan teman-teman lainnya memang termasuk orang yang sering membully Melly, bagi mereka Melly adalah gadis yang berbeda. Melly sangat jelek, cupu, dekil, dan sebagainya. Berbeda dengan Clara yang terkenal dengan kecantikannya, dia cewek yang kaya, berkulit putih, bertubuh tinggi, dan berhidung mancung. Dari fisik dia memang terlihat sempurna. Akan tetapi, ia sangat angkuh dan sombong.

Hobi mereka memang membully orang-orang seperti Melly, namun kelebihan dari Melly adalah ia seorang gadis yang sabar. Ia tetap tersenyum walau hatinya terluka, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan pula. “Inilah kecantikan sesungguhnya, tidak melihat dari fisiknya melainkan kecantikan yang melekat pada hatinya.”

Melly adalah seorang gadis desa yang sangat cupu dan selalu memakai kacamata jadul yang besar. Ia juga tak pernah lepas dari logat Jawanya yang medok. Kebetulan, Melly adalah asli Jawa. Namun, Ia sekarang tinggal dan menjadi warga penduduk Parepare. Karena kebetulan Ayah dan Ibunya saat ini bermata pencaharian di Parepare. Ibu Melly bernama Salwa sedangkan Ayahnya bernama Salamet.

Melly bersekolah di SMA Negeri 4 Parepare. Ia juga merupakan siswa yang berprestasi disekolah. Saat ujian Melly selalu mendapatkan juara umum. Akan tetapi karena keculunanya, teman-temannya sering mengejeknya setiap hari dan tak ada yang mau berteman dengannya. Tak hanya itu, ia juga sering dimanfaatkan oleh teman-temanya untuk mengerjakan tugas sekolah.

“Hai cupu! Cepat kerjakan semua tugas-tugasku ini !!!”(Kata Clara)

“Tapi Clara, mengapa tidak kamu saja yang mengerjakan tugas-tugasmu sendiri?” (Jawab Melly).

“Oohh begitu.. Kau sudah berani melawanku?!! Kau tau kan apa akibatnya jika kau tak mau menuruti semua perintahku?” (Tegas Clara).

“Ba...ba...ba...baiklah Clara. Aku akan mengerjakan tugas-tugasmu ini.”

Beberapa minggu kemudian....

Ujian kenaikan kelas pun tiba. Semua siswa telah mempersiapkan jauh-jauh hari. Tapi tidak dengan Clara, dia hanya mengandalkan jawaban dari Melly.

“Cupu! Kau nanti harus memberikan lembar jawaban ujianmu padaku !!” (Kata Clara memaksa) 

“Tapi Clara..”(Bantah Melly)

“Jangan coba-coba melawanku.”(Kata Clara)

“Baiklah” (Ucap Melly dengan pelan)

Sejak saat itu, Melly selalu memberikan jawaban ujiannya dan mengerjakan semua tugas-tugas Clara.

Setelah seminggu selesai ujian, Clara kembali mengejek Melly dengan kata-katanya yang menyakitkan hati. Tapi Melly tak pernah sedikit pun marah kepada Clara dan teman-teman lainnya.

Suatu ketika pada saat liburan sekolah pun tiba, SMA Negeri 4 Parepare mengadakan liburan sekolah sekaligus camping. Seluruh siswa wajib mengikuti liburan tersebut.

Pada saat liburan, Clara pun tak pernah absen untuk mengejek Melly. Bahkan ia memerintahkan Melly untuk membawa barang-barangnya yang sangat berat itu. Clara memang tidak punya hati, dia adalah orang yang sangat egois dan selalu memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain.

Melly pun tak pernah menceritakan kelakuan teman-temannya disekolah kepada orang tuanya. Baginya itu hanya candaan biasa yang dilakukan anak-anak SMA jaman sekarang. Melly pun tidak pernah mempermasalahkan semua itu. 

Liburan pun telah selesai dan semua siswa telah kembali ke sekolah. Dan tidak ada satu pun siswa yang tidak naik kelas, termasuk Clara dan teman-temannya. Karena berkat Melly Clara dapat naik kelas.

Pada saat ajaran baru, SMA Negeri 4 Parepare kedatangan murid baru. Murid baru itu bernama Natasya Angelista. Ia pindahan dari Makassar dan kebetulan Natasya duduk sebangku dengan Melly.

“Hai namaku Natasya Angelista, bisa dipanggil Tasya.” (Sapa Tasya sambil mengulurkan tangannya kepada Melly)

“Nama Saya Melly Adriani, bisa dipanggil Melly” (Balas Melly dengan senyum dan berjabat tangan).

Sejak saat itu, Melly jadi dekat dengan Tasya. Tasya adalah anak yang pintar, tetapi dibandingkan dengan Melly, Melly jauh lebih pintar dari pada Tasya. Mereka berdua sering belajar bersama dirumahnya  Melly.

“Assalamualaikum Ibu...!!” (Panggil Melly)

“Ono opo toh ndok? (Tanya Ibunya)

“Iki loh Ibu, Melly punya teman baru”

“Oohh halo ndok !! Saya Ibunya Melly” (Sapa Ibunya dengan lembut)

“Halo Ibu, senang bertemu dengan ibu!! (Jawab Tasya dengan tersenyum)

“Silahkan duduk ndok, Ibu permisi ke belakang sebentar ya ndok.” (Kata Ibu Melly)

“Sebentar ya Tasya, Aku mau ganti baju dulu.” (Sambung Melly)

“Ohiya silahkan Melly” (Jawab Tasya).

Keesokan harinya, Clara bertemu dengan Melly dan Tasya disekolah. Kebetulan mereka bertiga satu kelas lagi. Seperti biasa, Clara mengejek Melly dengan kata-kata mutiaranya itu.

“Selamat pagi cupu !! Sudah punya teman ya sekarang? Hahaha!! (Cetus Clara sambil menyindir).

Melly pun hanya membalas dengan senyuman manis.

“Dia itu siapa sih Melly?” (Tanya Tasya)

“Oohh dia itu Clara, anak yang sering mengejekku.” (Jawab Melly)

“Kok kamu diam aja sihh dienjak kayak gitu? Lawan dong Melly” (Kata Tasya)

“Gak papa, tidak usah dibalas” (Jawabnya Melly dengan santai)

Tasya yang siswa baru, baru mengetahui kalau Melly sahabatnya sendiri sering diejek oleh Clara. Dan Tasya sudah berusaha untuk melawan Clara, Tapi Melly tetap diam membalas Clara dengan senyumnya saja.

Semakin hari tingkah Clara semakin menjadi-jadi pada Melly. Melly pun tetap diam melihat itu semua dan tak pernah dendam kepada Clara. Akan tetapi, Tasya yang sangat kesal melihat tingkah lakunya Clara kepada sahabat baiknya itu, Ia hanya ingin membalas perkataan-perkataan Clara tetapi Melly melarangnya.

“Melly kok sabar banget sih jadi orang. Kalau Aku jadi dia mungkin udah Aku balas tuh semua ejekan-ejekan Clara”. (Kata Tasya dalam hati)

Keesokan harinya, Melly sedang berjalan-jalan sore tanpa ditemani Tasya. Tiba-tiba ia melihat sekumpulan orang ramai.

“Maaf pak ini ada apa yah, Kok ramai sekali? (Tanya Melly dengan heran)

“Ada seorang anak yang jatuh naik sepeda motor.” (Jelas Bapak itu)

“Yowess, coba Saya lihat. Siapa tahu saya mengenalnya.” (Kata Melly)

“Ohiya silahkan nak...”

Melly pun segera melihat anak itu, dan ternyata anak itu adalah Clara. Tanpa berpikir panjang lagi, Melly pun langsung membawa ke rumahnya dan mengobati luka dikaki Clara. 

“Dimana Aku? Sedang apa Aku disini? Kau menculikku cupu?” (Tanya Clara dengan sedikit menjauh dari Melly)

“Tidak kok, jangan menuduh sembarangan. Tadi kamu jatuh saat mengendarai motor dijalan dekat rumahku, Lahh Aku pun langsung membawamu ke rumahku.” (Jelas Melly panjang lebar)

“Tak usah banyak alasan lagi!! Kau pasti ingin balas dendam dengan cara menculikku kan, culun?! Sudahlah lebih baik kau mengaku saja!!!” (Cetus Clara)

“Tidak, saya tidak ingin balas dendam denganmu. Saya hanya ingin menolong mu saja toh.” (Kata Melly lagi)

“Alah! Sudahlah culun! Tak usah mengelak lagi!!” (Kata Clara dan langsung meninggalkan  si gadis culun).

Keesokan harinya, Melly menceritakan kejadian kemarin sore kepada Tasya disekolah. Tasya sudah mendengarkan semua cerita Melly dengan jelas dan tanpa sepengetahuan Melly, Tasya mendatangi Clara dan memakinya. 

“Eh, Clara! Kamu sadar gak sih? Kemarin sore, Melly itu udah niat tolongin ! Tapi kamu malah menuduhnya sembarangan! Sadar dong !!”(Maki Tasya dengan kasar)

“Tau apa kamu tentang kejadian kemarin sore? Ha?! Jangan asal ngomong deh kamu! Anak baru saja sudah belagak!” (Clara kembali memakinya).

Tak lama kemudian, Melly datang. Ia kaget melihat Tasya adu mulut dengan Clara. Melly segera melerai mereka. Tetapi mereka tetap adu mulut. Akhirnya, Melly membawa Tasya pergi jauh-jauh dari Clara.

“Kamu itu ngapain  berantem dengan Clara?” (Tanya Melly sambil menatap muka Tasya).

“Ya aku kesal saja sama Clara. Seenak-enak saja dia mengejekmu!” (Kata Melly)

“Haduh Tasya, Saya sudah bilang Clara itu anaknya memang begitu. Tidak usah diladenin lagi.”

“Sampai kapan sih kamu mau sabar sama semua tingkah-tingkah Clara yang udah kelewatan batas?” (Tasya kembali melawan perkataan Melly).

“Sudahlah, Tasya diamkan saja.” (Balas Melly).

 (Tasya tak membalas perkataan Melly lagi).

Dua hari kemudian, Clara jatuh sakit dan Ia demam tinggi. Clara memutuskan untuk tidak ke rumah sakit dan tetap dirawat di rumah saja. Karena melihat kondisi Pandemi Covid-19 yang semakin merajalelah. Ibunya berpikir jika anaknya di bawah di rumah sakit jangan sampai penyakit Clara semakin memburuk, karena di rumah sakit begitu banyak pasien yang terkena covid-19. Dan Ia juga takut jika anaknya nanti tertular.

Sudah tiga hari Clara jatuh sakit dan tidak masuk sekolah. Orang tuanya pun telah mengirim surat kesekolah. Teman-teman Clara juga sudah mengetahui bahwa Clara saat ini sakit dan tak bisa mengikuti pembelajaran seperti biasanya.

“Bagus deh Clara gak masuk sekolah. Kelas jadi aman, gak ada yang jail dan gak ada lagi yang sering ngejek kita.”(Kata Tasya sambil ketawa kecil)

“Hahahaha, betul tuh, Tasya! Setuju banget deh sama kamu.”(Sambung anak-anak kelas lainnya).

“Tidak boleh begitu, walaupun Clara sering ngejek kita, Clara itu juga termasuk teman kita. Tidak baik seperti itu sama teman sendiri. Lebih baik kita jenguk dia saja. Kasihan dia nggak ada yang jenguk.” (Ujar Melly)

“Engga deh, gua malas jenguk dia. Dia udah jahat sama kita, ya gak temen-temen?” jawab Tasya dan mengharapkan jawaban dari temen-temen sekelasnya.

“Ya sudah kalau kalian tidak mau jenguk Clara, biar saya saja yang menjenguknya sendirian.” (Kata Melly)

Bell sekolah pun berbunyi, sekarang sudah pukul 14.00, menunjukkan waktu pulang telah tiba. Semua siswa kembali ke rumahnya. Dan Melly pun bergegas  untuk menjenguk Clara di rumahnya.

Assalamualaikum! Apa benar ini rumahnya Clara?”(Melly mulai bertanya)

“Iya benar, maaf kamu siapa ya nak?” (Sapa Ibunya Clara dengan lembut).

“Saya temannya Clara Ibu.” (Kata Clara dengan senyum)

 “Oh mari silahkan masuk." (Ajak Ibunya Clara)

“Terimakasih banyak Ibu.” (Melly segera masuk ke kamarnya Clara. Kebetulan, Clara sedang menonton TV).

“Halo Clara, selamat siang! Gimana keadaan kamu sekarang? Sudah enakan belum?” (Tanya Melly).

“Melly?!! Ngapain kamu jenguk aku? Aku ini sudah jahat sama kamu, tapi kamu masih  mau menjenguk Aku. Teman-teman ku saja tidak ada yang mau menjenguk ku.” (Kata Clara kaget).

“Sudah, tidak usah di tanyakan lagi. Ohiya, Saya bawain kamu buah. Maaf, buahnya cuma sedikit.” (Kata Melly sambil senyum).

“Ya ampun Melly, Terimakasih banyak. Kamu ini baik sekali sama Aku, padahal aku sudah sering mengejek mu. Sekali lagi, terimakasih.

 “Hehehehehe, sama-sama. Ya sudah, aku mau pulang dulu. Jangan lupa dimakan buahnya. Kamu pasti bisa sembuh, Clara!

 “Iya Melly terimakasih yah sudah mau menjenguk ku.”(Clara berterima kasih kepada Melly)

Sejak saat itu Clara pun sadar, sikapnya sudah keterlaluan. Sekarang Ia juga sudah berteman dengan Melly dan Tasya. Clara juga tidak akan mengejek dan menghina orang lagi. Clara juga sudah rajin belajar dan ketika ujian, Ia tak pernah menyontek lagi. Para guru disekolah dan orang tua Clara, senang melihat perubahan sikap Clara yang semakin baik.

MENUNGGU SEBUAH KEHANCURAN

Cipt: Desi Enengsi (Caption)


Negeri yang berbendera merah putih

Kaya akan seni dan adat istiadat

Beragam flora dan fauna yang ada

Negeri yang melimpah akan renpah-rempahnya


Beribu pulau yang ada 

Daur-baur globalisasi merajalela

Penuh dengan symphoni yang menawan

Namun ada kekalutan pada butiran awan


Mengapa tak kita lestarikan ?

Menagapa tak kita pertahankan ?

Katanya… adat istiadat disini diagungkan

Belum lagi kisah pemimpinnya yang perkasa

Terhormat disinggasananya

Pemimpin negeri menjadi garang

Ditakuti lawan disegani kawan


Lihatlah…awan sudah menipis

Tandanya nenek moyangmu sedang menangis

Dipandangnya adat istiadat luar yang masuk dengan beringis

Mencuci otak rakyat tradisional hingga habis


Yang tertinggal hanyalah pusaka

Yang tertera hanyalah nama

Unik…hahh… Apa itu INDONESIA ?


Kelakuan ini disebabkan oleh rakyatnya, termasuk aku

Yang berada di persimpangan prahara

Kami lagi sibuk membanggakan diri,

Lupa akan toleransi!!!

Kami lagi sibuk menyenangkan diri,

Lupa dengan adat istiadat korupsi!!!

Kami tengah sibuk mempersiapkan pemilu,

Lupa makna demokrasi!!!

Kami tengah sibuk menghujat para pembesar negeri,

Lupa memaknai diri sebagai anak negeri!!!

Kami menyibukkan diri dengan adat istiadat luar,

Lupa bahwa adat istiadat sendiri, tengah diincar oleh Negara lain!!!


Sekarang… buah hati bangsa tak lagi peduli

Mereka Cuma mementingkan diri sendiri

Tidak berkeinginan lagi berkawan dengan pribumi 


Jikalau sudah seperti ini

Tidak perlu nanti untuk menjerit

Ketika warisan bansa yang diakui oleh Negara 


Ketika ibu pertiwi sudah menangis

Mereka tak perlu mencium kakinya

Tak perlu minta maaf 


Karena adat istiadat sudah terkikis

Oleh deburan KESOMBONGAN dan KEEGOISAN

Mungkin saja… kita tengah menunggu

MENUNGGU SEBUAH KEHANCURAN

DIBALIK KACA

Cipt : Isnaeni (Relief)


Seorang gadis remaja dengan alis yang tebal, warna kulit yang sawo matang, dan dengan menggunakan seragam putih abu-abu yang sangat rapih. “Yahh sebut saja namanya Melly.” Seorang gadis berkacamata tebal yang duduk disudut ruang perpustakaan. Dia dikenal sebagai gadis cupu, jelek, culun, dekil, dan lain-lain. 

Tak sedikit perkataan yang sering ia dengarkan, bagi Melly perkataan demikian sudah tidak asing didengar ditelinganya. Sejak saat itu hingga sekarang ejekan itu memang selalu ia dengar dari teman-temannya.  Namun hal itu tak membuat ia putus asah, ia hanya mengabaikan perkataan teman-temannya dan menganggapnya seperti angin yang berlalu.

Saat bel istirahat tiba ia paling suka menyendiri. Membaca buku adalah hobinya dan baginya perpustakaan adalah teman setianya. Tiada hari tanpa berkunjung ke perpustakaan dan hampir sebagian buku-buku yang ada di perpustakaan sudah pernah ia baca. Bahkan tak pernah sedikit pun ia bosan melewati jam istirahatnya untuk membaca buku di perpustakaan sekolah.

Suatu ketika saat jam istirahat ia sedang menuju ke perpustakaan untuk membaca, tiba-tiba ada 2 orang teman yang menghampirinya.

“Ehh ada si cupu tuhh, malas banget gua dekat-dekat dia, badanya bau.” ( Ujar Clara teman kelasnya ).

Clara dan teman-teman lainnya memang termasuk orang yang sering membully Melly, bagi mereka Melly adalah gadis yang berbeda. Melly sangat jelek, cupu, dekil, dan sebagainya. Berbeda dengan Clara yang terkenal dengan kecantikannya, dia cewek yang kaya, berkulit putih, bertubuh tinggi, dan berhidung mancung. Dari fisik dia memang terlihat sempurna. Akan tetapi, ia sangat angkuh dan sombong.

Hobi mereka memang membully orang-orang seperti Melly, namun kelebihan dari Melly adalah ia seorang gadis yang sabar. Ia tetap tersenyum walau hatinya terluka, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan pula. “Inilah kecantikan sesungguhnya, tidak melihat dari fisiknya melainkan kecantikan yang melekat pada hatinya.”

Melly adalah seorang gadis desa yang sangat cupu dan selalu memakai kacamata jadul yang besar. Ia juga tak pernah lepas dari logat Jawanya yang medok. Kebetulan, Melly adalah asli Jawa. Namun, Ia sekarang tinggal dan menjadi warga penduduk Parepare. Karena kebetulan Ayah dan Ibunya saat ini bermata pencaharian di Parepare. Ibu Melly bernama Salwa sedangkan Ayahnya bernama Salamet.

Melly bersekolah di SMA Negeri 4 Parepare. Ia juga merupakan siswa yang berprestasi disekolah. Saat ujian Melly selalu mendapatkan juara umum. Akan tetapi karena keculunanya, teman-temannya sering mengejeknya setiap hari dan tak ada yang mau berteman dengannya. Tak hanya itu, ia juga sering dimanfaatkan oleh teman-temanya untuk mengerjakan tugas sekolah.

“Hai cupu! Cepat kerjakan semua tugas-tugasku ini !!!”(Kata Clara)

“Tapi Clara, mengapa tidak kamu saja yang mengerjakan tugas-tugasmu sendiri?” (Jawab Melly).

“Oohh begitu.. Kau sudah berani melawanku?!! Kau tau kan apa akibatnya jika kau tak mau menuruti semua perintahku?” (Tegas Clara).

“Ba...ba...ba...baiklah Clara. Aku akan mengerjakan tugas-tugasmu ini.”

Beberapa minggu kemudian....

Ujian kenaikan kelas pun tiba. Semua siswa telah mempersiapkan jauh-jauh hari. Tapi tidak dengan Clara, dia hanya mengandalkan jawaban dari Melly.

“Cupu! Kau nanti harus memberikan lembar jawaban ujianmu padaku !!” (Kata Clara memaksa) 

“Tapi Clara..”(Bantah Melly)

“Jangan coba-coba melawanku.”(Kata Clara)

“Baiklah” (Ucap Melly dengan pelan)

Sejak saat itu, Melly selalu memberikan jawaban ujiannya dan mengerjakan semua tugas-tugas Clara.

Setelah seminggu selesai ujian, Clara kembali mengejek Melly dengan kata-katanya yang menyakitkan hati. Tapi Melly tak pernah sedikit pun marah kepada Clara dan teman-teman lainnya.

Suatu ketika pada saat liburan sekolah pun tiba, SMA Negeri 4 Parepare mengadakan liburan sekolah sekaligus camping. Seluruh siswa wajib mengikuti liburan tersebut.

Pada saat liburan, Clara pun tak pernah absen untuk mengejek Melly. Bahkan ia memerintahkan Melly untuk membawa barang-barangnya yang sangat berat itu. Clara memang tidak punya hati, dia adalah orang yang sangat egois dan selalu memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain.

Melly pun tak pernah menceritakan kelakuan teman-temannya disekolah kepada orang tuanya. Baginya itu hanya candaan biasa yang dilakukan anak-anak SMA jaman sekarang. Melly pun tidak pernah mempermasalahkan semua itu. 

Liburan pun telah selesai dan semua siswa telah kembali ke sekolah. Dan tidak ada satu pun siswa yang tidak naik kelas, termasuk Clara dan teman-temannya. Karena berkat Melly Clara dapat naik kelas.

Pada saat ajaran baru, SMA Negeri 4 Parepare kedatangan murid baru. Murid baru itu bernama Natasya Angelista. Ia pindahan dari Makassar dan kebetulan Natasya duduk sebangku dengan Melly.

“Hai namaku Natasya Angelista, bisa dipanggil Tasya.” (Sapa Tasya sambil mengulurkan tangannya kepada Melly)

“Nama Saya Melly Adriani, bisa dipanggil Melly” (Balas Melly dengan senyum dan berjabat tangan).

Sejak saat itu, Melly jadi dekat dengan Tasya. Tasya adalah anak yang pintar, tetapi dibandingkan dengan Melly, Melly jauh lebih pintar dari pada Tasya. Mereka berdua sering belajar bersama dirumahnya  Melly.

“Assalamualaikum Ibu...!!” (Panggil Melly)

“Ono opo toh ndok? (Tanya Ibunya)

“Iki loh Ibu, Melly punya teman baru”

“Oohh halo ndok !! Saya Ibunya Melly” (Sapa Ibunya dengan lembut)

“Halo Ibu, senang bertemu dengan ibu!! (Jawab Tasya dengan tersenyum)

“Silahkan duduk ndok, Ibu permisi ke belakang sebentar ya ndok.” (Kata Ibu Melly)

“Sebentar ya Tasya, Aku mau ganti baju dulu.” (Sambung Melly)

“Ohiya silahkan Melly” (Jawab Tasya).

Keesokan harinya, Clara bertemu dengan Melly dan Tasya disekolah. Kebetulan mereka bertiga satu kelas lagi. Seperti biasa, Clara mengejek Melly dengan kata-kata mutiaranya itu.

“Selamat pagi cupu !! Sudah punya teman ya sekarang? Hahaha!! (Cetus Clara sambil menyindir).

Melly pun hanya membalas dengan senyuman manis.

“Dia itu siapa sih Melly?” (Tanya Tasya)

“Oohh dia itu Clara, anak yang sering mengejekku.” (Jawab Melly)

“Kok kamu diam aja sihh dienjak kayak gitu? Lawan dong Melly” (Kata Tasya)

“Gak papa, tidak usah dibalas” (Jawabnya Melly dengan santai)

Tasya yang siswa baru, baru mengetahui kalau Melly sahabatnya sendiri sering diejek oleh Clara. Dan Tasya sudah berusaha untuk melawan Clara, Tapi Melly tetap diam membalas Clara dengan senyumnya saja.

Semakin hari tingkah Clara semakin menjadi-jadi pada Melly. Melly pun tetap diam melihat itu semua dan tak pernah dendam kepada Clara. Akan tetapi, Tasya yang sangat kesal melihat tingkah lakunya Clara kepada sahabat baiknya itu, Ia hanya ingin membalas perkataan-perkataan Clara tetapi Melly melarangnya.

“Melly kok sabar banget sih jadi orang. Kalau Aku jadi dia mungkin udah Aku balas tuh semua ejekan-ejekan Clara”. (Kata Tasya dalam hati)

Keesokan harinya, Melly sedang berjalan-jalan sore tanpa ditemani Tasya. Tiba-tiba ia melihat sekumpulan orang ramai.

“Maaf pak ini ada apa yah, Kok ramai sekali? (Tanya Melly dengan heran)

“Ada seorang anak yang jatuh naik sepeda motor.” (Jelas Bapak itu)

“Yowess, coba Saya lihat. Siapa tahu saya mengenalnya.” (Kata Melly)

“Ohiya silahkan nak...”

Melly pun segera melihat anak itu, dan ternyata anak itu adalah Clara. Tanpa berpikir panjang lagi, Melly pun langsung membawa ke rumahnya dan mengobati luka dikaki Clara. 

“Dimana Aku? Sedang apa Aku disini? Kau menculikku cupu?” (Tanya Clara dengan sedikit menjauh dari Melly)

“Tidak kok, jangan menuduh sembarangan. Tadi kamu jatuh saat mengendarai motor dijalan dekat rumahku, Lahh Aku pun langsung membawamu ke rumahku.” (Jelas Melly panjang lebar)

“Tak usah banyak alasan lagi!! Kau pasti ingin balas dendam dengan cara menculikku kan, culun?! Sudahlah lebih baik kau mengaku saja!!!” (Cetus Clara)

“Tidak, saya tidak ingin balas dendam denganmu. Saya hanya ingin menolong mu saja toh.” (Kata Melly lagi)

“Alah! Sudahlah culun! Tak usah mengelak lagi!!” (Kata Clara dan langsung meninggalkan  si gadis culun).

Keesokan harinya, Melly menceritakan kejadian kemarin sore kepada Tasya disekolah. Tasya sudah mendengarkan semua cerita Melly dengan jelas dan tanpa sepengetahuan Melly, Tasya mendatangi Clara dan memakinya. 

“Eh, Clara! Kamu sadar gak sih? Kemarin sore, Melly itu udah niat tolongin ! Tapi kamu malah menuduhnya sembarangan! Sadar dong !!”(Maki Tasya dengan kasar)

“Tau apa kamu tentang kejadian kemarin sore? Ha?! Jangan asal ngomong deh kamu! Anak baru saja sudah belagak!” (Clara kembali memakinya).

Tak lama kemudian, Melly datang. Ia kaget melihat Tasya adu mulut dengan Clara. Melly segera melerai mereka. Tetapi mereka tetap adu mulut. Akhirnya, Melly membawa Tasya pergi jauh-jauh dari Clara.

“Kamu itu ngapain  berantem dengan Clara?” (Tanya Melly sambil menatap muka Tasya).

“Ya aku kesal saja sama Clara. Seenak-enak saja dia mengejekmu!” (Kata Melly)

“Haduh Tasya, Saya sudah bilang Clara itu anaknya memang begitu. Tidak usah diladenin lagi.”

“Sampai kapan sih kamu mau sabar sama semua tingkah-tingkah Clara yang udah kelewatan batas?” (Tasya kembali melawan perkataan Melly).

“Sudahlah, Tasya diamkan saja.” (Balas Melly).

 (Tasya tak membalas perkataan Melly lagi).

Dua hari kemudian, Clara jatuh sakit dan Ia demam tinggi. Clara memutuskan untuk tidak ke rumah sakit dan tetap dirawat di rumah saja. Karena melihat kondisi Pandemi Covid-19 yang semakin merajalelah. Ibunya berpikir jika anaknya di bawah di rumah sakit jangan sampai penyakit Clara semakin memburuk, karena di rumah sakit begitu banyak pasien yang terkena covid-19. Dan Ia juga takut jika anaknya nanti tertular.

Sudah tiga hari Clara jatuh sakit dan tidak masuk sekolah. Orang tuanya pun telah mengirim surat kesekolah. Teman-teman Clara juga sudah mengetahui bahwa Clara saat ini sakit dan tak bisa mengikuti pembelajaran seperti biasanya.

“Bagus deh Clara gak masuk sekolah. Kelas jadi aman, gak ada yang jail dan gak ada lagi yang sering ngejek kita.”(Kata Tasya sambil ketawa kecil)

“Hahahaha, betul tuh, Tasya! Setuju banget deh sama kamu.”(Sambung anak-anak kelas lainnya).

“Tidak boleh begitu, walaupun Clara sering ngejek kita, Clara itu juga termasuk teman kita. Tidak baik seperti itu sama teman sendiri. Lebih baik kita jenguk dia saja. Kasihan dia nggak ada yang jenguk.” (Ujar Melly)

“Engga deh, gua malas jenguk dia. Dia udah jahat sama kita, ya gak temen-temen?” jawab Tasya dan mengharapkan jawaban dari temen-temen sekelasnya.

“Ya sudah kalau kalian tidak mau jenguk Clara, biar saya saja yang menjenguknya sendirian.” (Kata Melly)

Bell sekolah pun berbunyi, sekarang sudah pukul 14.00, menunjukkan waktu pulang telah tiba. Semua siswa kembali ke rumahnya. Dan Melly pun bergegas  untuk menjenguk Clara di rumahnya.

Assalamualaikum! Apa benar ini rumahnya Clara?”(Melly mulai bertanya)

“Iya benar, maaf kamu siapa ya nak?” (Sapa Ibunya Clara dengan lembut).

“Saya temannya Clara Ibu.” (Kata Clara dengan senyum)

 “Oh mari silahkan masuk." (Ajak Ibunya Clara)

“Terimakasih banyak Ibu.” (Melly segera masuk ke kamarnya Clara. Kebetulan, Clara sedang menonton TV).

“Halo Clara, selamat siang! Gimana keadaan kamu sekarang? Sudah enakan belum?” (Tanya Melly).

“Melly?!! Ngapain kamu jenguk aku? Aku ini sudah jahat sama kamu, tapi kamu masih  mau menjenguk Aku. Teman-teman ku saja tidak ada yang mau menjenguk ku.” (Kata Clara kaget).

“Sudah, tidak usah di tanyakan lagi. Ohiya, Saya bawain kamu buah. Maaf, buahnya cuma sedikit.” (Kata Melly sambil senyum).

“Ya ampun Melly, Terimakasih banyak. Kamu ini baik sekali sama Aku, padahal aku sudah sering mengejek mu. Sekali lagi, terimakasih.

 “Hehehehehe, sama-sama. Ya sudah, aku mau pulang dulu. Jangan lupa dimakan buahnya. Kamu pasti bisa sembuh, Clara!

 “Iya Melly terimakasih yah sudah mau menjenguk ku.”(Clara berterima kasih kepada Melly)

Sejak saat itu Clara pun sadar, sikapnya sudah keterlaluan. Sekarang Ia juga sudah berteman dengan Melly dan Tasya. Clara juga tidak akan mengejek dan menghina orang lagi. Clara juga sudah rajin belajar dan ketika ujian, Ia tak pernah menyontek lagi. Para guru disekolah dan orang tua Clara, senang melihat perubahan sikap Clara yang semakin baik.



Garis Merah

Cipt: Muh Rezky M (Ritardando)


Seharusnya aku tak percaya padanya...

Seharusnya aku tak hidup satu atap bersamanya... 

Dia mengikutiku...

Dia terus memperhatikanku...

Aku takut, aku tak bisa lagi  kemana-mana. Dia menemukanku... 

      2 bulan lalu aku pindah ke apartemen itu, aku membiayai hidupku dan kuliah serta tempat tinggalku dari hasil aku sebagai selebram, hidupku sempurna, setiap hari aku dipuji oleh orang orang banyak dan itu tentu membuatku bahagia. Orang sering menyapaku Remi, salah satu gadis populer di kota ini. Aku kira hari hariku yang sangat indah dan bahagia ini  akan terus berlanjut setiap harinya, tapi aku rasa aku keliru, suatu hari aku selalu mendapat pesan pesan dari nomor yang sama setiap harinya dari seorang yang aku tidak ketahui, aku mencoba untuk tidak menghiraukannnya tetapi dia mencoba untuk menggangguku, sampai akhirnya aku mendapat kiriman box yang berisi potongan bangkai kucing  yang berlumur darah, aku kaget dan membuang box tersebut.

   Hari itu aku pulang malam karena hari ini juga ada kuliah malam, tetapi saat menuju pulang ke apartemenku, aku merasakan ada orang yang mengikutiku, aku menoleh dan benar saja ada yang mengikuti sambil memegang pisau. Aku kaget dan tanpa sadar aku mempercepat langkahku kemudian lari saat aku sadar bahwa dia juga mempercepat langkahnya, aku berlari tanpa tujuan dan tak menghiraukan aku akan tersesat atau apapun itu, tanpa sadar aku masuk ke gang kecil dan bersembunyi di belakang tong sampah yang besar. Disamping tempat sampah aku melihat pecahan kaca dan segera mengambilnya untuk berjaga jaga apabila dia menyerangku. Aku terus bersembunyi sambil memegang pecahan kaca itu, betapa kagetnya aku saat orang itu lewat di tong sampah dan berteriak dengan kasar yang membuat ketakutan.

"KELUAR KAU GADIS KEP*RAT!! Tunjukkan wajah cantikmu, aku ingin menyentuhnya dengan pisau ini!". Teriaknya

   Tiba-tiba hp ku berdering dan membuatku kaget, seketika orang itu membalikkan badannya dan sadar bahwa aku sedang sembunyi dibelakang tong sampah. Aku menangis dan gemetar seluruh badan dan tak sadar bahwa tanganku sudah berdarah karena pecahan kaca yang kugenggam terlalu erat. Dia melihatku dan tersenyum kepadaku layaknya seorang psikopat.

"KETEMU KAU" senyumnya.

   Dia mendekatiku dan tanpa berpikir aku mengayunkan pecahan kaca itu ke arah kakinya, dia meringis kesakitan dan berusaha mencabut pacahan kaca itu dikakinya dengan perlahan dan sementara aku berlari sekuat tenaga sampai akhirnya aku sampai ke apartemenku, karena sudah tengah malam suasananya sepi dan ditambah liftnya yang tidak aktif sehingga membuatku berlari ke arah pintu darurat. Aku berlari dan sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan keberadaannya, karena sadar aku berlari kencang dia melempar pisaunya dan mengenai kaki kiriku, aku terjatuh dan meringis kesakitan. Aku terus berlari setengah pincang dan sampai ke depan pintu apartemenku, untungnya aku sudah masuk sebelum dia menangkapku. Orang itu terus memukul mukul pintu apartemen ku, namun tiba tiba ia berhenti mendobrak pintu dan aku rasa dia telah pergi. Betapa kagetnya aku saat pintu kamar mandi terbuka dan itu adalah Jia yang sedang keluar sambil memegang pisau.

"JIA??" kataku

"Remi? Kau kenapa hm?". Tanyanya dengan tersenyum

"Ahh ini, tadi aku dikejar oleh orang yang ingin membunuhku, aku tak tahu siapa dia". Kataku dengan penuh ketakutan. 

"Ohh adikku?". Katanya dengan senyuman

"APA katamu?". Lanjutku

   Aku menatap Jia dan ia tersenyum kepadaku, ketika pintunya terbuka aku berbalik dan adiknya memukul kepalaku dengan tongkat bisbol dan membuatku pingsan. Aku tak lama sadar dan tubuhku sudah terikat di kursi, Jia dan Rey menghampiriku dan tertawa aku tak menyangka Jia terlibat dalam hal ini, tak lama Jia berbisik ke telingaku atas apa yang aku rasakan sekarang.

"Bagaimana rasanya Remi?". Kata Jia dengan senyum

"Apa maksudmu Jia? Kenapa kau melakukan ini semua terhadapku?" jawabku

  Dia menamparku dan menjambak rambutku sambil menyentuhkan pisau ke wajahku hingga ke leher.

"Asal kau tahu, kau sudah mengambil semuanya, saat kau mulai populer, orang-orang mulai menyukaimu dan mulai menghindariku. Bahkan orang yang lama aku sukai ternyata menyukaimu karena kau populer dan cantik. Aku mau melihat apa dia masih menyukaimu apabila pisau ini mengiris wajahmu!". Katanya sambil mengiris bagian bibirku.

"Akhhh hentikan Jia, kumohon hentikan semua ini, tolongggg". Teriakku

"Percuma saja kau teriak tak ada yang bisa menolongmu, karena basement apartemen ini sudah lama tak terpakai dan takkan ada orang yang datang menolongmu". Jawabnya.

   Setetes demi tetes darah mengalir dari bibirku, Jia tertawa dan merasa sangat senang saat  ia menyiksaku layaknya seorang psikopat, saking senangnya ia mengambil hp ku dan memotret diriku yang terikat dan berlumuran darah. Saat setelah dia memotret ia menaruh HP itu di meja sambil merekam diriku, dan Jia membuka tas kecilnya dan mengambil sebuah topeng yang sangat mirip dengan topeng seorang psikopat yang ada di TV. Aku ketakutan dan terus berpikir bahwa aku sebentar lagi akan mati di tangan sahabatku sendiri, Jia menghampiriku dan membawa tongkat bisbol yang dipenuhi paku yang berkarat, dia mengayunkan tongkat itu kearahku dan mengenaiku dibagian punggung, setetes darah keluar melalui punggungku dan itu sangat menyakitkan. Aku merintih kesakitan dan darahku terus mengalir sambil membasahi lantai.

"K-kumohon Jia h..hentikan ini akuu s-salah! m...maa..maafkan aku Jia". Kataku dengan nada kesakitan.

"Apa? Kau menyuruhku berhenti? Remi sayang,  ini masih belum selesai aku bahkan baru mau memulainya, melihatmu kesakitan  membuatku semakin bergairah untuk segera membunuhmu". Kata Jia dengan senyuman lebarnya. 

"Bagian tubuh mana lagi yang harus aku mainkan Remi?". Lanjutnya.

"Hentikan Jia kumohon". Teriakku dengan keras.

PLAKK... 

"Dasar cewek tak tahu diri". Kata Jia

   Saat setelah dia menamparku, ia kembali mengayunkan tongkat itu dan terus memukul punggungku beberapa kali, sampai tongkat itu sudah dipenuhi oleh darahku. Tak sampai situ ia mengiris daun telingaku dan sesekali membisikkan kepadaku bahwa ini sangat menyenangkan, aku teriak kesakutan tetapi ia tak mempedulikanku, sampai akhirnya ia kelelahan dan teriak sekeras mungkin sambil memegang kepalanya.

"Akhhhh sakittt akhhhh hentikan". Teriak Jia

   Tiba tiba sakit kepalanya menghilang dan Jia terjatuh seakan ada yang mendorongnya, tak lama ia bangkit dan menatapku dan mengambil beberapa foto dirinya dan keluarganya dan foto diriku di saku celananya, ia melempar foto itu ke hadapanku dan segera membakarnya.

"Hah...kau ingatkan kedua orang tuaku meninggal pada tahun lalu dan tepat hari ini aku membunuhnya, aku menyiksa mereka berdua layaknya kau Remi, awalnya aku tak bermaksud tapi keduanya kehabisan darah dan akhirnya mereka berdua mati sehingga aku dan adikku menguburnya di halaman belakang dan hingga  saat  itu aku selalu mendapat mimpi buruk, sering berhalusinasi, mencakar diriku sendiri dan membuat luka lebam saat aku tertidur. Sudah banyak masalah yang aku sudah lewati dan aku tak memberitahukanmu karena takut kau khawatir". Kata Jia sambil menangis

   Tak lama setelah itu Jia tiba tiba tertawa dihadapanku dan mengambil botol dan memecahkannya, ia menatapku sambil memegang botol yang sudah ia pecahkan sambil mengarahkan botol itu kelehernya dan mendorong pecahan botol itu sehingga merobek lehernya, ia terjatuh dan darahnya membasahi lantai. Melihat kejadian itu, Rey langsung melarikan diri tanpa mempedulikan keadaan Jia. Aku menangis dan tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku berusaha menenangkan diri sambil berusaha mengambil pecahan kaca dan memutuskan tali yang terikat di tubuhku. Talinya lepas dan aku segera mengambil hp ku yangmasih sedeng merekam dan segera menelpon polisi, tak lama setelah itu polisi datang dan berhasil menemukanku.

   Akhirnya aku di bawa kerumah sakit bersama Jia tetapi sayang, Jia meninggal saat diperjalanan menuju rumah sakit karena kehilangan banyak darah. Polisi mengecek CCTV yang aktif pada saat itu dan berusaha mencari keberadaan adik Jia.  Hari berlalu, aku akhirnya keluar dari rumah sakit, dan mendapat beberapa jahitan. Aku kembali ke kehidupanku yang baru, aku pindah ke tempat tinggal yang jauh lebih aman dan berusaha untuk melupakan semua mimpi buruk yang terjadi padaku pada masa lalu.

    2 bulan berlalu, bel apartemenku berbunyi dan itu adalah polisi yang sudah menyelidik kasus Jia, polisi memberiku surat yang Jia tulis sebelum ia meninggal dan aku membacanya dengan seksama. Surat itu berisi salam perpisahan Jia saat sebelum ia melakukan itu terhadapku, aku menangis dan masih bertanya-tanya mengapa Jia melakukan itu semua. Aku melipat kembali surat itu dan hendak menyimpannya tapi masih ada surat kecil yang ia sisipkan. Aku rasa itu penyebab dia melakukan itu semua.

"Dia mengganggu ku tiap malam dan membuat luka lebam di tubuhku. Makhluk itu...ia merubah diriku menjadi sosok parasit yang menjijikkan. Aku tak bisa lari lagi!"



MENANTI SEBUAH NAMA

Cipt: Muh Rezky M (Ritardando)


  Siang ini langit cukup mendung, matahari  telah sedari tadi menyembunyikan diri di balik hitamnya awan tebal. Sekalipun begitu, hujan tak juga turun membasahi bumi. Angin bertiup sepoi-sepoi menghembusi wajahku yang sedari tadi menunggu bel pulang di kursi taman

''Keysia? Kamu kok bengong terus sih?''. Ujar Nurul yang menyadariku dalam lamunan ku.

''Nggak kok, yuk pulang''. Ajakku sambil menggandeng tangannya. Keysia  dan Nurul bergegas  keparkiran untuk mengambil sepeda dan bersiap untuk pulang. Saat ditengah jalan, Keysia  merasakan getaran HP disakunya, ia berhenti sejenak dan diikuti oleh Nurul di belakang nya dengan ekspresi bingung. Ternyata pihak rumah sakit sedang menelponnya dan segera Keysia mengangkatnya. Nurul yang melihat ekspresi  Keysia ikut merasa tak tenang, tiba-tiba Nurul kaget saat Keysia tiba-tiba melajukan sepedanya dengan cepat.

   Keysia melajukan sepedanya dengan kecepatan tinggi, ia sudah tak peduli dengan keringat yang mengucur deras diwajahnya, rambutnya yang acak-acakan serta ban sepeda nya yang hendak terlepas dari tempatnya akibat ulahnya. Dan luar biasa, dalam 5 menit ia bisa tiba dirumah sakit dengan jarak kurang lebih 2 KM. Gadis itu kemudian memarkirkan sepedanya di dekat parkiran sepeda motor dan bergegas masuk ke rumah sakit dan menuju ruangan ibunya dirawat, alangkah paniknya gadis itu saat dokter berusaha melepaskan alat bantu pernapasan ibunya.

''Dok! Ibu aku gimana?''. Ucap panik gadis itu dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. 

''Maaf Keysia, tapi dokter sudah melakukan yang terbaik buat ibu kamu, tapi tuhan lebih sayang pada ibumu. Kamu yang sabar ya Keysia''. Tangis Keysia pecah saat mendengar tutur dokter Fahri dan ia segera menghampiri ibunya yang sudah tak bernyawa.

''Bu! Bangun bu!! jangan tinggalin Keysia, Putra dan Meysia masih butuh pelukan ibu...Huhuhu...''. Tangis Keysia pecah sambil memeluk tubuh ibunya, dibelakang sana terlihat Nurul yang menangis dalam diam melihat satu-satunya sahabat dalam hidupnya telah saja kehilangan ibunya, Nurul tak menghampiri Meysia agar gadis itu bisa memeluk ibunya untuk terakhir kalinya.

   Pagi itu beberapa  bendera putih terlihat berkibar di halaman rumah Keysia, satu demi satu tetangga mengunjungi rumah gadis itu untuk berbela sungkawa. Keysia dan kedua adiknya menangis sambil memeluk jasad ibunya. Satu demi satu teman Keysia datang dan berbela sungkawa atas kematian ibu gadis itu.

...

Satu minggu berlalu...

   Hari demi hari Keysia menjalani hidupnya tanpa kedua orang tuanya, Ayah Keysia telah lama pergi meninggalkan ibu gadis itu saat ibu Keysia sering sakit-sakitan. Sejak saat itu Keysia sangat berhati-hati dengan seorang laki-laki karena  faktor kekejaman ayahnya yang dilakukan kepada ibu gadis itu.

   Jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan gadis 17 tahun itu  masih saja bersarang dibalik selimutnya, sadar akan sinar matahari yanng mengenai matanya, Keysia terbangun panik dan segera membangunkan kedua adiknya yang  masih tertidur juga. Setelah membangunkan kedua adiknya, Keysia langsung menuju kamar mandi,dan setelah selesai ia membuatkan sarapan buat kedua adiknya. 15 menit berlalu, keysia langsung bergegas mengambil sepedanya dan segera menuju sekolah kedua adiknya. 

   Kedua adiknya panik saat Keysia melajukan sepedanya seperti orang gila, dan hebatnya Keysia sampai disekolah adiknya dengan waktu 7 menit dengan jarak 5 KM. Belum sempat kedua adiknya memberi salam kepada kakaknya, gadis itu sudah melajukan sepedanya dengan kecepatan tinggi, kedua adiknya terlihat bingung dengan kelakuan kakak satu-satunya itu. Jantung keysia sudah berdetak kencang  saat jam tangan nya menunjukkan pukul 07:40 yang berati dia sudah terlambat 10 menit. Untungnya gerbang masih terbuka setengan antara senang dan bingung sebab jam hampir menunjukkan angka 8 dan gerbang masih terbuka untuknya. Gadis itu menuju parkiran dan memarkirkan sepedanya disebelah puluhan motor lainnya.

''Duh kok becek banget sih, perasaan semalam hujannya  cuma bentar doang''. Ucapnya kesal saat sepatunya sudah dipenuhi lumpur. Gadis itu kemudian dengan hati-hatinya menjauh dari parkiran agar roknya tidak terkena lumpur

TIINNN

CRASSSSSS

Keysia terdiam mematung saat melihat rok putihnya sudah berubah menjadi coklat ketika lima buah motor besar melewatinya dan menyipratkan lumpur padanya.para laki-laki itu mungkin tidak melihatnya. Tidak, salah satu laki-laki itu melihatnya tapi ia tidak peduli denagn keberadaan Keysia.

''Tanggung jawab''. Ujar Keysia tanpa basa basi pada salah satu pria yang kini berdiri di tengah tengah mereka. Kening laki-laki itu mengerut.

''Tanggung jawab apa? Gue gak pernah ngehamilin lo!''

Keysia terkejut mendengar itu, bukan tanggung jawab soal itu melainkan tanggung jawab soal roknya yang sudah kotor.

''Dasar cowok mesum, liat nih rok aku kotor gara-gara kelakuan lo, bisa gak sih bawa motor yang bener, sok gaya-gayaan bawa motor tapi gak tau cara pakai yang bener''. Ucap Keysia sambil menunjuk wajah laki-laki itu.

   Kelima laki-laki itu hanya bisa bengong mendengar omelan cewek aneh yang ada dihadapannya, berani-beraninya cewek dekil seperti itu  mengomeli pemilik sekolah ini. Raya, laki-laki yang sedari tadi gadis itu omeli terlihat mendekat dan memajukan wajahnya tepat didepan wajah Keysia, gadis itu kaget karena ujung hidung mereka bersentuhan. Deruh napas kedua insan itu terasa satu sama lain dan membuat wajah Keysia memerah. Alangkah terkejutnya Keyia saat bibir Raya mengkecup pipi gadis itu.

''Dasar bawel''. Ucap Raya saat sesudah mencium pipi gadis itu dan segera masuk ke kelasnya dan diikuti oleh keempat temannya.

Keysia mematung hingga Nurul datang menepuk bahunya dan menyadarkan Keysia dari lamunannya.

''Gue bingung ama lo Key, ngapain lo disini kek tiang?''. Kesal Nurul terhadap sahabatnya. Sadar akan dirinya, gadis itu berlari ke WC untuk membersihkan roknya yang kotor. Selama di WC, gadis itu terus-menerus mengutuk laki-laki itu.

   Tepat pada pukul 08:00, Keysia baru memasuki kelas dan alhasil guru yang mengajar dikelas hanya bisa menghela napas dan segera menyuruh gadis itu membersihkan lapangan. Keysia memang dikenal dengan gadis yang malas tapi ia mempunyai sikap yang sangat baik. Helai demi helai daun Keysia pungut dipinggir lapangan dan  sudah sejam tapi daun tak terlihat berkurang. Kebetulan jam pelajaran olahraga basket Raya dilakukan dilapangan itu juga, Keysia masih sibuk dengan hukumannya. Saat Raya hendak mengoper bola, salah satu teman Raya tak menggapai bola itu hingga bola  melaju di kepala Keysia.

BRUKK...

   Keysia terjatuh hingga pingsan dan sadar akan kelakuannya, Raya membopong tubuh Keysia dan berlari menuju UKS. Sejam berlalu Keysia perlahan-lahan membuka matanya dan yang pertama ia lihat yaitu laki-laki yang menciumnya sedang tertidur pulas disampingnya sambil memegang tangannya.

''KYAAAA......DASAR COWO MESUM''. Teriak  keysia dan berhasil membangunkan pemuda itu. Keysia tambah panik saat sadar bahwa satu kancing bajunya terbuka.

''LO APAIN GUE HAH??''. Panik Keysia sambil memukul laki-laki itu menggunakan bantal yang ia pakai tidur tadi.

''HEIIII, tenang dulu, siapa juga yang apa-apain lo''. Ucap Raya sambil melindungi tubuhnya dari serangan Keysia.

''Eh bentar, kamu kan yang tadi pagi kan?". Ucap Keysia sambil menutupi mulutnya dengan tangannya.

"Hmm". Ucap singkat Raya.

''Kayaknya gue suka ama lo deh''. Lanjut Raya sambil mengelus kepala Keysia dan langsung pergi begitu saja. Keysia yang mendapat perlakuan seperti itu mendadak gugup dan detak jantungnya terasa begitu cepat dan  suhu tubuhnya seketika menghangat. Sejak saat itu hubungan Keysia dan Raya bagai seekor kucing dan tikus, mereka setiap hari bertengkar lalu berbaikan begitu saja. Hari- hari Keysia terasa sangat indah disaat Raya ada di sampingnya dan begitupun sebaliknya, Nurul yang setiap hari melihat kebersamaaan Raya dan Keysia hanya bisa tersenyum tipis.

   Di pagi hari seperti biasa, Raya dan Keysia datang kesekolah bersamaan, Nurul yang melihat itu hanya menampakkan wajah yang datar, entah apa yang ia pikirkan. Saat di kelas tiba-tiba Nurul menghampiri Keysia dan mengajak gadis itu ke mall, Nurul juga menyarankan untuk mengajak Raya. Tanpa pikir panjang Keysia setuju dan ia mengambil handphone nya dan menghubungi Raya untuk ikut dengannya, tak lama Raya setuju dan mereka besok akan pergi ke mall.

   Keesokan harinya mereka berangkat dan tak lama mereka pun sampai. Sudah sejam lebih Raya menunggu kedua gadis itu memilih-milih baju dan sampai sekarang mereka belum juga selesai. Sadar akan keberadaan Raya, Keysia pun menyarankan untuk mencari makan dulu. Tak lama berjalan, mereka pun menemukan tempat makan yang sangat cocok untuk perut mereka bertiga. Saat menunggu makanan, Keysia izin ke toilet dan saat hendak ingin berdiri Nurul pun ingin pergi juga. Tersisa lah Raya ditempat itu.

   Saat di toilet, Keysia panik saat pintu toilet itu tak bisa dibuka, ia berteriak tapi toilet itu sepertinya kedap suara. Di satu sisi Nurul menghampiri Raya, dahi Raya berkerut saat Nurul datang tanpa Keysia.

''Mana Keysia?''. Ucap Raya.

''Tadi pas keluar toilet, Keysia terima telpon dan pas selesai dia langsung pergi aja''. Bohong Nurul.

''Kok gak bilang ama gua dulu sih?''. Kesal Raya

''Nggak tau tuh". Cuek Nurul

''Kayaknya dia pulang deh, soalnya suara telpon tadi kayak suara adiknya, mau susulin Keysia gak?''. Lanjut Nurul.

''Ya udah''. Ucap Raya

   Mereka berdua pun keparkiran dan bergegas kerumah Keysia, saat dijalan kelakuan Nurul sangat kurang ajar, ia selalu sengaja mengelus tangan Raya dan sesekali mengelus paha Raya. Raya yang merasa tak nyaman, tiba-tiba menghentikan mobil.

''TURUN''. Ucap dingin Raya. Mendengar ucapan Raya, Nurul langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Raya dan mencium bibirnya kaget  dan Nurul masih saja menarik-narik kerah baju Raya agar tubuh mereka mendekat. Raya yang sudah syok tiba-tiba menancap gas, tetapi Nurul ,asih saja mnedekatkan wajahnya ke wajah Raya.  Hingga saat lampu merah menyala, mobil Raya masih saja melaju, konsentrasi Raya hilang, tiba-tiba mobil truk di arah lain  datang dan menabrak mobil Raya, mobil Raya terhempas hingga 10 meter.

   Di satu sisi, Keysia masih saja terkurung di Wc itu dan tak lama petugas kebersihan datang dan membukakan pintu WC itu. Keysia merasa lega dan berterimah kasih kepada petugas itu. Keysia bergegas ke meja makan itu, tapi Nurul dan Raya sudah tak ada lagi. Keysia mengalihkan perhatinnya di slah satu televisi di mall itu dan memberitakan bahwa sebuah mobil tertabrak oleh truk, mendadak perasaan Keysia tak enak. Tak pikir lama ia langsung menelpon Raya tapi panggilan itu tak diangkatnya, perasaan Keysia bertambah tak enak.

Saat ia keluar dari mall, 2 mobil ambulans melaju didepannya, entah perasaan apa itu tapi Keysia ingin mengikuti ambulans itu. Keysia menghentikan taksi dan mengikuti ambulans itu. Sesampainnya di rumah sakit, alangkah kagetnya Keysia saat melihat Nurul dan Raya berlumuran darah.

2 bulan berlalu...

Nurul dan Raya masih belum sadar dan Keysia masih setia merawat sahabat dan orang paling berarti baginya. Saat itu Keysia mengunjungi kamar rawat Nurul, ia sangat ingin mengetahui mengapa semua kejadian itu terjadi. Tak lama mata Nurul terbuka dan orang pertama yang sadar akan hal itu ialah Keysia sendiri. Nurul meneteskan air matanya saat ia melihat Keysia berada di sisinya.

''Maafin gue Key''. Ucap lemah Nurul

''Nurul, kamu sudah sadar? Syukurlah''. Ucap haru Keysia

''Maafin gue Key, ini salah gue''. Tangis Nurul

''Apa yang sebenarnya terjadi Nurul?''. Ucap penasaran Keysia. Tak lama Nurul menceritakan semuanya dan itu membuat Keysia tak menyangka dengan Nurul, sungguh tega ia melakukan semua itu.

''Tega kamu Nurul, gue kecewa ama lo''. Ucap Keysia sambil meneteskan air matanya dan pergi dari tempat itu.

   Saat keluar dari tempat Nurul, Keysia panik saat banyak petugas kesehatan diruangan Raya. Ternyata alat pernapasan Raya dilepas, dan itu membuat Keysia dan kedua orang tua Raya menangis histeris. Kini hanya kenangan itu yang tersisa, tak ada lagi tawa bahagia yang akan mengisi hari-hari Keysia lagi, sahabat yang tega mengkhianatinya dan oarang yang sangat spesial bagi Keysia sudah dipanggil oleh yang maha kuasa. Keysia hanya bisa pasrah dan terus menjalani sisa hidupnya.

   Matahari tampak menyembunyikan dirinya dibalik awan hitam, angin yang sangat kencang dan  awan yang menghitam yang menandakan bahwa hujan akan turun. Tetes demi tetes rintik hujan membasahi tubuh Keysia yang sedari tadi duduk di makam Raya.

''terima kasih untuk semuanya, aku bahagia saat-saat bersamamu, aku mencintaimu. Semoga kamu tenang disana yah''.



SERPIHAN MAAF

Cipt: Isnaeni (Relief)

Seorang gadis remaja dengan alis yang tebal, warna kulit yang sawo matang, dan dengan menggunakan seragam putih abu-abu yang sangat rapih. “Yahh sebut saja namanya Melly.” Seorang gadis berkacamata tebal yang duduk disudut ruang perpustakaan. Dia dikenal sebagai gadis cupu, jelek, culun, dekil, dan lain-lain. 

Tak sedikit perkataan yang sering ia dengarkan, bagi Melly perkataan demikian sudah tidak asing didengar ditelinganya. Sejak saat itu hingga sekarang ejekan itu memang selalu ia dengar dari teman-temannya.  Namun hal itu tak membuat ia putus asah, ia hanya mengabaikan perkataan teman-temannya dan menganggapnya seperti angin yang berlalu.

Saat bel istirahat tiba ia paling suka menyendiri. Membaca buku adalah hobinya dan baginya perpustakaan adalah teman setianya. Tiada hari tanpa berkunjung ke perpustakaan dan hampir sebagian buku-buku yang ada di perpustakaan sudah pernah ia baca. Bahkan tak pernah sedikit pun ia bosan melewati jam istirahatnya untuk membaca buku di perpustakaan sekolah.

Suatu ketika saat jam istirahat ia sedang menuju ke perpustakaan untuk membaca, tiba-tiba ada 2 orang teman yang menghampirinya.

“Ehh ada si cupu tuhh, malas banget gua dekat-dekat dia, badanya bau.” ( Ujar Clara teman kelasnya ).

Clara dan teman-teman lainnya memang termasuk orang yang sering membully Melly, bagi mereka Melly adalah gadis yang berbeda. Melly sangat jelek, cupu, dekil, dan sebagainya. Berbeda dengan Clara yang terkenal dengan kecantikannya, dia cewek yang kaya, berkulit putih, bertubuh tinggi, dan berhidung mancung. Dari fisik dia memang terlihat sempurna. Akan tetapi, ia sangat angkuh dan sombong.

Hobi mereka memang membully orang-orang seperti Melly, namun kelebihan dari Melly adalah ia seorang gadis yang sabar. Ia tetap tersenyum walau hatinya terluka, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan pula. “Inilah kecantikan sesungguhnya, tidak melihat dari fisiknya melainkan kecantikan yang melekat pada hatinya.”

Melly adalah seorang gadis desa yang sangat cupu dan selalu memakai kacamata jadul yang besar. Ia juga tak pernah lepas dari logat Jawanya yang medok. Kebetulan, Melly adalah asli Jawa. Namun, Ia sekarang tinggal dan menjadi warga penduduk Parepare. Karena kebetulan Ayah dan Ibunya saat ini bermata pencaharian di Parepare. Ibu Melly bernama Salwa sedangkan Ayahnya bernama Salamet.

Melly bersekolah di SMA Negeri 4 Parepare. Ia juga merupakan siswa yang berprestasi disekolah. Saat ujian Melly selalu mendapatkan juara umum. Akan tetapi karena keculunanya, teman-temannya sering mengejeknya setiap hari dan tak ada yang mau berteman dengannya. Tak hanya itu, ia juga sering dimanfaatkan oleh teman-temanya untuk mengerjakan tugas sekolah.

“Hai cupu! Cepat kerjakan semua tugas-tugasku ini !!!”(Kata Clara)

“Tapi Clara, mengapa tidak kamu saja yang mengerjakan tugas-tugasmu sendiri?” (Jawab Melly).

“Oohh begitu.. Kau sudah berani melawanku?!! Kau tau kan apa akibatnya jika kau tak mau menuruti semua perintahku?” (Tegas Clara).

“Ba...ba...ba...baiklah Clara. Aku akan mengerjakan tugas-tugasmu ini.”

Beberapa minggu kemudian....

Ujian kenaikan kelas pun tiba. Semua siswa telah mempersiapkan jauh-jauh hari. Tapi tidak dengan Clara, dia hanya mengandalkan jawaban dari Melly.

“Cupu! Kau nanti harus memberikan lembar jawaban ujianmu padaku !!” (Kata Clara memaksa) 

“Tapi Clara..”(Bantah Melly)

“Jangan coba-coba melawanku.”(Kata Clara)

“Baiklah” (Ucap Melly dengan pelan)

Sejak saat itu, Melly selalu memberikan jawaban ujiannya dan mengerjakan semua tugas-tugas Clara.

Setelah seminggu selesai ujian, Clara kembali mengejek Melly dengan kata-katanya yang menyakitkan hati. Tapi Melly tak pernah sedikit pun marah kepada Clara dan teman-teman lainnya.

Suatu ketika pada saat liburan sekolah pun tiba, SMA Negeri 4 Parepare mengadakan liburan sekolah sekaligus camping. Seluruh siswa wajib mengikuti liburan tersebut.

Pada saat liburan, Clara pun tak pernah absen untuk mengejek Melly. Bahkan ia memerintahkan Melly untuk membawa barang-barangnya yang sangat berat itu. Clara memang tidak punya hati, dia adalah orang yang sangat egois dan selalu memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain.

Melly pun tak pernah menceritakan kelakuan teman-temannya disekolah kepada orang tuanya. Baginya itu hanya candaan biasa yang dilakukan anak-anak SMA jaman sekarang. Melly pun tidak pernah mempermasalahkan semua itu. 

Liburan pun telah selesai dan semua siswa telah kembali ke sekolah. Dan tidak ada satu pun siswa yang tidak naik kelas, termasuk Clara dan teman-temannya. Karena berkat Melly Clara dapat naik kelas.

Pada saat ajaran baru, SMA Negeri 4 Parepare kedatangan murid baru. Murid baru itu bernama Natasya Angelista. Ia pindahan dari Makassar dan kebetulan Natasya duduk sebangku dengan Melly.

“Hai namaku Natasya Angelista, bisa dipanggil Tasya.” (Sapa Tasya sambil mengulurkan tangannya kepada Melly)

“Nama Saya Melly Adriani, bisa dipanggil Melly” (Balas Melly dengan senyum dan berjabat tangan).

Sejak saat itu, Melly jadi dekat dengan Tasya. Tasya adalah anak yang pintar, tetapi dibandingkan dengan Melly, Melly jauh lebih pintar dari pada Tasya. Mereka berdua sering belajar bersama dirumahnya  Melly.

“Assalamualaikum Ibu...!!” (Panggil Melly)

“Ono opo toh ndok? (Tanya Ibunya)

“Iki loh Ibu, Melly punya teman baru”

“Oohh halo ndok !! Saya Ibunya Melly” (Sapa Ibunya dengan lembut)

“Halo Ibu, senang bertemu dengan ibu!! (Jawab Tasya dengan tersenyum)

“Silahkan duduk ndok, Ibu permisi ke belakang sebentar ya ndok.” (Kata Ibu Melly)

“Sebentar ya Tasya, Aku mau ganti baju dulu.” (Sambung Melly)

“Ohiya silahkan Melly” (Jawab Tasya).

Keesokan harinya, Clara bertemu dengan Melly dan Tasya disekolah. Kebetulan mereka bertiga satu kelas lagi. Seperti biasa, Clara mengejek Melly dengan kata-kata mutiaranya itu.

“Selamat pagi cupu !! Sudah punya teman ya sekarang? Hahaha!! (Cetus Clara sambil menyindir).

Melly pun hanya membalas dengan senyuman manis.

“Dia itu siapa sih Melly?” (Tanya Tasya)

“Oohh dia itu Clara, anak yang sering mengejekku.” (Jawab Melly)

“Kok kamu diam aja sihh dienjak kayak gitu? Lawan dong Melly” (Kata Tasya)

“Gak papa, tidak usah dibalas” (Jawabnya Melly dengan santai)

Tasya yang siswa baru, baru mengetahui kalau Melly sahabatnya sendiri sering diejek oleh Clara. Dan Tasya sudah berusaha untuk melawan Clara, Tapi Melly tetap diam membalas Clara dengan senyumnya saja.

Semakin hari tingkah Clara semakin menjadi-jadi pada Melly. Melly pun tetap diam melihat itu semua dan tak pernah dendam kepada Clara. Akan tetapi, Tasya yang sangat kesal melihat tingkah lakunya Clara kepada sahabat baiknya itu, Ia hanya ingin membalas perkataan-perkataan Clara tetapi Melly melarangnya.

“Melly kok sabar banget sih jadi orang. Kalau Aku jadi dia mungkin udah Aku balas tuh semua ejekan-ejekan Clara”. (Kata Tasya dalam hati)

Keesokan harinya, Melly sedang berjalan-jalan sore tanpa ditemani Tasya. Tiba-tiba ia melihat sekumpulan orang ramai.

“Maaf pak ini ada apa yah, Kok ramai sekali? (Tanya Melly dengan heran)

“Ada seorang anak yang jatuh naik sepeda motor.” (Jelas Bapak itu)

“Yowess, coba Saya lihat. Siapa tahu saya mengenalnya.” (Kata Melly)

“Ohiya silahkan nak...”

Melly pun segera melihat anak itu, dan ternyata anak itu adalah Clara. Tanpa berpikir panjang lagi, Melly pun langsung membawa ke rumahnya dan mengobati luka dikaki Clara. 

“Dimana Aku? Sedang apa Aku disini? Kau menculikku cupu?” (Tanya Clara dengan sedikit menjauh dari Melly)

“Tidak kok, jangan menuduh sembarangan. Tadi kamu jatuh saat mengendarai motor dijalan dekat rumahku, Lahh Aku pun langsung membawamu ke rumahku.” (Jelas Melly panjang lebar)

“Tak usah banyak alasan lagi!! Kau pasti ingin balas dendam dengan cara menculikku kan, culun?! Sudahlah lebih baik kau mengaku saja!!!” (Cetus Clara)

“Tidak, saya tidak ingin balas dendam denganmu. Saya hanya ingin menolong mu saja toh.” (Kata Melly lagi)

“Alah! Sudahlah culun! Tak usah mengelak lagi!!” (Kata Clara dan langsung meninggalkan  si gadis culun).

Keesokan harinya, Melly menceritakan kejadian kemarin sore kepada Tasya disekolah. Tasya sudah mendengarkan semua cerita Melly dengan jelas dan tanpa sepengetahuan Melly, Tasya mendatangi Clara dan memakinya. 

“Eh, Clara! Kamu sadar gak sih? Kemarin sore, Melly itu udah niat tolongin ! Tapi kamu malah menuduhnya sembarangan! Sadar dong !!”(Maki Tasya dengan kasar)

“Tau apa kamu tentang kejadian kemarin sore? Ha?! Jangan asal ngomong deh kamu! Anak baru saja sudah belagak!” (Clara kembali memakinya).

Tak lama kemudian, Melly datang. Ia kaget melihat Tasya adu mulut dengan Clara. Melly segera melerai mereka. Tetapi mereka tetap adu mulut. Akhirnya, Melly membawa Tasya pergi jauh-jauh dari Clara.

“Kamu itu ngapain  berantem dengan Clara?” (Tanya Melly sambil menatap muka Tasya).

“Ya aku kesal saja sama Clara. Seenak-enak saja dia mengejekmu!” (Kata Melly)

“Haduh Tasya, Saya sudah bilang Clara itu anaknya memang begitu. Tidak usah diladenin lagi.”

“Sampai kapan sih kamu mau sabar sama semua tingkah-tingkah Clara yang udah kelewatan batas?” (Tasya kembali melawan perkataan Melly).

“Sudahlah, Tasya diamkan saja.” (Balas Melly).

 (Tasya tak membalas perkataan Melly lagi).

Dua hari kemudian, Clara jatuh sakit dan Ia demam tinggi. Clara memutuskan untuk tidak ke rumah sakit dan tetap dirawat di rumah saja. Karena melihat kondisi Pandemi Covid-19 yang semakin merajalelah. Ibunya berpikir jika anaknya di bawah di rumah sakit jangan sampai penyakit Clara semakin memburuk, karena di rumah sakit begitu banyak pasien yang terkena covid-19. Dan Ia juga takut jika anaknya nanti tertular.

Sudah tiga hari Clara jatuh sakit dan tidak masuk sekolah. Orang tuanya pun telah mengirim surat kesekolah. Teman-teman Clara juga sudah mengetahui bahwa Clara saat ini sakit dan tak bisa mengikuti pembelajaran seperti biasanya.

“Bagus deh Clara gak masuk sekolah. Kelas jadi aman, gak ada yang jail dan gak ada lagi yang sering ngejek kita.”(Kata Tasya sambil ketawa kecil)

“Hahahaha, betul tuh, Tasya! Setuju banget deh sama kamu.”(Sambung anak-anak kelas lainnya).

“Tidak boleh begitu, walaupun Clara sering ngejek kita, Clara itu juga termasuk teman kita. Tidak baik seperti itu sama teman sendiri. Lebih baik kita jenguk dia saja. Kasihan dia nggak ada yang jenguk.” (Ujar Melly)

“Engga deh, gua malas jenguk dia. Dia udah jahat sama kita, ya gak temen-temen?” jawab Tasya dan mengharapkan jawaban dari temen-temen sekelasnya.

“Ya sudah kalau kalian tidak mau jenguk Clara, biar saya saja yang menjenguknya sendirian.” (Kata Melly)

Bell sekolah pun berbunyi, sekarang sudah pukul 14.00, menunjukkan waktu pulang telah tiba. Semua siswa kembali ke rumahnya. Dan Melly pun bergegas  untuk menjenguk Clara di rumahnya.

Assalamualaikum! Apa benar ini rumahnya Clara?”(Melly mulai bertanya)

“Iya benar, maaf kamu siapa ya nak?” (Sapa Ibunya Clara dengan lembut).

“Saya temannya Clara Ibu.” (Kata Clara dengan senyum)

 “Oh mari silahkan masuk." (Ajak Ibunya Clara)

“Terimakasih banyak Ibu.” (Melly segera masuk ke kamarnya Clara. Kebetulan, Clara sedang menonton TV).

“Halo Clara, selamat siang! Gimana keadaan kamu sekarang? Sudah enakan belum?” (Tanya Melly).

“Melly?!! Ngapain kamu jenguk aku? Aku ini sudah jahat sama kamu, tapi kamu masih  mau menjenguk Aku. Teman-teman ku saja tidak ada yang mau menjenguk ku.” (Kata Clara kaget).

“Sudah, tidak usah di tanyakan lagi. Ohiya, Saya bawain kamu buah. Maaf, buahnya cuma sedikit.” (Kata Melly sambil senyum).

“Ya ampun Melly, Terimakasih banyak. Kamu ini baik sekali sama Aku, padahal aku sudah sering mengejek mu. Sekali lagi, terimakasih.

 “Hehehehehe, sama-sama. Ya sudah, aku mau pulang dulu. Jangan lupa dimakan buahnya. Kamu pasti bisa sembuh, Clara!

 “Iya Melly terimakasih yah sudah mau menjenguk ku.”(Clara berterima kasih kepada Melly)

Sejak saat itu Clara pun sadar, sikapnya sudah keterlaluan. Sekarang Ia juga sudah berteman dengan Melly dan Tasya. Clara juga tidak akan mengejek dan menghina orang lagi. Clara juga sudah rajin belajar dan ketika ujian, Ia tak pernah menyontek lagi. Para guru disekolah dan orang tua Clara, senang melihat perubahan sikap Clara yang semakin baik.